ATB: Pengelolaan SPAM yang Diserahkan ke BP Batam Dalam Kondisi Baik

    spot_img

    Baca juga

    Pendaftaran Fuel Card 5.0 Sudah Mulai Dibuka, Ini syaratnya

    BATAM, POSMETRO.CO : Pendaftaran Fuel Card 5.0 sebagai kartu...

    Rudi Tekan PT Adhi Karya Terkait Pengerjaan Masjid Agung Harus Selesai Tepat Waktu

    BATAM, POSMETRO.CO : Pemerintah Kota (Pemko) Batam terus mendorong...

    Halal Bihalal Keluarga Besar Legiun Veteran RI Kota Batam

    BATAM, POSMETRO.CO : Berlangsung di Hotel Golden View Bengkong,...

    Bolehkah Menikung di Area Blindspot? Ini Penjelasannya!

    BATAM, POSMETRO: Saat berkendara, kita sering dihadapkan dengan situasi...

    Warga dan Pihak Sekolah Yayasan Yos Sudarso Ambil Kesepakatan Lewat Mediasi

    BATAM, POSMETRO.CO :  Cek cok sempat terjadi. Warga Kampung...
    spot_img

    Share

    ATB Rutin melakukan peremajaan pipa distribusi selama masa konsesi. ATB menyerahkan seluruh aset SPAM kepada BP Batam dengan kondisi baik dan berfungsi normal. (Ist)

    BATAM, POSMETRO.CO: PT Adhya Tirta Batam (ATB) menanggapi beberapa pernyataan yang disampaikan oleh kepala BP Batam Muhammad Rudi tentang masalah suplai air bersih di Perumahan Putra Jaya Tanjunguncang, Batuaji yang diakibatkan aset pipa ATB yang telah apkir, karena telah berumur 25 tahun. Sesungguhnya pernyataan itu sangat tidak benar, dan sangat menyesatkan para pelanggan.

    “Kami serahkan pengelolaan SPAM kepada BP Batam dalam kondisi terbaik. Bahkan, tidak ada outstanding pengaduan pelanggan, dan sambungan rumah pada saat itu,” tegas Presiden Direktur Benny Andrianto, Jumat (11/11) melalui rilisnya.

    Perlu diketahui bahwa Konsesi pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam, antara PT Adhya Tirta Batam (ATB) dan BP Batam telah berakhir sejak tanggal 14 November 2020 yang lalu. ATB telah menunjukan dedikasi yang besar selama 25 tahun mengabdi, dan membuahkan pencapaian gemilang untuk Batam.

    Penyerahan aset pengelolaan air bersih dilakukan secara profesional oleh PT Adhya Tirta Batam (ATB) kepada BP Batam, karena hal ini merupakan prasyarat sebelum Pengakhiran Konsesi pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) kota Batam antara PT Adhya Tirta Batam (ATB) dan BP Batam dapat dilakukan.

    Seluruh aset Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang diserahkan oleh PT ATB kepada BP Batam di akhir masa konsesi telah diverifikasi, dan divalidasi oleh Pihak yang berkompeten PT. Surveyor Indonesia, dan dinyatakan dalam kondisi baik ,dan berfungsi normal.

    Lebih dari itu semua pipa menuju ke arah Batuji, Sagulung, Tanjunguncang, dan Batamcentre termasuk kelompok pipa baru yang berumur kurang dari 10 tahun. Hal ini dapat dimaklumi, karena pemasangan pipa mengikuti pertumbuhan penduduk yang sedang berkembang pada daerah tersebut.

    Sebagai informasi tambahan , ATB menyerahkan pengelolaan SPAM di Batam kepada BP Batam dalam kondisi sangat optimal dari sisi kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas, dan hingga tahun 2020 Batam masih merupakan kota dengan layanan air terbaik di Indonesia.

    Hal ini terlihat saat serah terima dilakukan, kontinyuitas suplai air bersih di Batam adalah 23,7 jam perhari, dengan kuantitas suplai rata-rata 160 liter/orang/ hari. Capaian ini berada di atas ketentuan Permen PU dimana di dalamnya menyatakan bahwa: Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan, atau 60 liter/orang/hari.

    Selain itu ATB juga telah berhasil memenuhi kualitas air bersih sesuai standard badan dunia (WHO), dan menjangkau cakupan layanan mencapai 99,7 persen, dan berhasil menekan tingkat kehilangan air hingga 14 persen yang merupakan terendah se-Indonesia untuk kelas pelanggan diatas 250.000.

    Oleh sebab itu Pernyataan Kepala BP Batam Muhammad Rudi terkait kondisi aset yang sudah tidak berfungsi dengan baik menjadi penyebab utama kendala suplai air bersih dianggap tidak tepat.

    Dalam statmentnya Rudi mengatakan banyak aset SPAM yang sudah tidak dapat digunakan lagi akibat sudah apkir, sehingga solusinya harus diganti dan memerlukan anggaran yang besar. Dia mengungkapkan, butuh biaya sekitar Rp 1 triliun untuk mengganti semua aset yang dinilainya tak berfungsi dengan baik.

    Perlu saya sampaikan bahwa permasalahan matinya aliran air di Tanjunguncang, semata – mata adalah masalah kurangnya pasokan kapasitas pengolahan air, dan bukan karena masalah kualitas pipa, sehingga dalih tersebut sangat tidak relevan.

    “BP Batam seharusnya sudah harus membangun tambahan kapasitas pengolahan hingga 400 liter per detik selama 2 tahun terakhir. Dan penambahan pipa Distribusi yang memadai. Tanpa itu jangan harap permasalahan air dapat dibereskan, apalagi kalau cuma mengandalkan tangki air, sehingga sebaiknya jangan mencari kambing hitam,” ucap Benny.

    Pada kesempatan ini ATB juga meminta maaf kepada warga Batam yang sampai hari ini masih sering menghubungi pihaknya untuk mengadukan masalah air bersih sampai ke tagihan pelanggan. Baik melalui media sosial, email perusahaan maupun datang langsung ke kantor ATB. Hal ini tentulah diluar jangkauan ATB, karena ATB tidak lagi mengelola dan mendistribusikan air bersih di Pulau Batam.

    “Ketika terjadi masalah dalam pengelolaan air bersih saat ini. Sebaiknya SPAM Batam fokus mencari solusi konstruktif, dan tidak mengkaitkan masalah tersebut dengan ATB. Karena perusahaan telah menyelesaikan tugasnya dengan gemilang, dan menyerahkan aset pengelolaan SPAM kepada pemerintah dengan kondisi baik dan berfungsi normal. Jangan sampai seperti kata pepatah buruk muka cermin dibelah,” pungkasnya. (hbb)