“Masyarakat Tidak Percaya Lagi Informasi dari Pemerintah, Lebih Percaya Calo”

    spot_img

    Baca juga

    Pendaftaran Fuel Card 5.0 Sudah Mulai Dibuka, Ini syaratnya

    BATAM, POSMETRO.CO : Pendaftaran Fuel Card 5.0 sebagai kartu...

    Rudi Tekan PT Adhi Karya Terkait Pengerjaan Masjid Agung Harus Selesai Tepat Waktu

    BATAM, POSMETRO.CO : Pemerintah Kota (Pemko) Batam terus mendorong...

    Halal Bihalal Keluarga Besar Legiun Veteran RI Kota Batam

    BATAM, POSMETRO.CO : Berlangsung di Hotel Golden View Bengkong,...

    Bolehkah Menikung di Area Blindspot? Ini Penjelasannya!

    BATAM, POSMETRO: Saat berkendara, kita sering dihadapkan dengan situasi...

    Warga dan Pihak Sekolah Yayasan Yos Sudarso Ambil Kesepakatan Lewat Mediasi

    BATAM, POSMETRO.CO :  Cek cok sempat terjadi. Warga Kampung...
    spot_img

    Share

    BATAM, PM: Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengapresiasi Ditpolairud Polda Kepri yang berhasil mengamankan dua orang tersangka jaringan pengiriman PMI Ilegal dan menyelamatkan 22 korban PMI ilegal di Moro, Karimun pada Minggu (16/1) lalu.

    “Mereka (korban) hari ini dievakuasi ke Tanjungpinang, dan segera dipulangkan ke kampung halaman masing-masing,” ujar Kepala UPT BP2MI Wilayah Kepri, Mangiring H. Sinaga, Kamis (20/1).

    Sebelum dipulangkan, terlebih dahulu puluhan calon PMI yang rata-rata dari daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) itu dibina. “Kita lakukan pembinaan apa yang menyebabkan mereka seperti ini. Dan ini akan jadi rekomendasi kita di daerah,” kata Mangiring.

    Mangiring memastikan, saat ini secara prosedur, negara Malaysia belum dibuka untuk penempatan PMI. Kemudian calon PMI ilegal ini ada juga yang sudah bolak balik Malaysia. Statusnya diblacklist oleh imigrasi Malaysia, sehingga masuk lewat jalur resmi tak bisa lagi.

    “Karena itulah mereka menempuh jalan belakang, tidak resmi,” singgungnya. Minimnya informasi yang diterima oleh para calon PMI di kampung asal, kata Mangiring juga menjadi faktor PMI memilih jalur tidak resmi tersebut.

    Mangiring juga membantah adanya tudingan kalau BP2MI terkesan mempersulit pemburu ringgit dengan prosedur yang rumit.

    “Setiap orang yang akan bekerja ke luar negeri itu harus memiliki keterampilan. Dan ini amanat UU, wajib kompetensi,” tegasnya.

    Diakuinya, memang calon PMI yang datang banyak yang tidak siap, tapi setelah dilatih dan akhirnya punya keahlian. Di sini akhirnya membuat calon PMI itu merasa lama, ditambah lebih percaya dengan iming-iming calo.

    “Masyarakat kita kini tidak percaya lagi informasi dari pemerintah tapi lebih percaya informasi dari calo yang menjanjikan secara cepat, hari ini dijanjikan, besok berangkat. Dan diiming-imingi dibuatkan paspor, tapi kenyataannya tidak ada paspornya,” katanya lagi.

    Saat ini, BP2MI belum punya data terkait berapa banyak calon PMI yang baru pertama kali menjadi pejuang devisa.

    Faisal, salah satu korban yang gagal berangkat ke Malaysia lewat jalur ilegal mengaku, tidak tahu adanya informasi terkait segala kejadian tentang PMI.

    Apalagi kasus tenggelamnya kapal yang membawa PMI beberapa waktu lalu. “Nggak tahu malah info itu,” kata pemuda 22 tahun yang keseharian bekerja sebagai petani di Sumbawa.

    Alasannya menjadi PMI ilegal, untuk meningkatkan ekonomi keluarga. “Kalau bertani kan nunggu 3 bulan dulu baru panen. Jadi ada yang nawarin kerja ke Malaysia. Tapi jujur saya tidak punya paspor dan tidak terpikirkan juga pulang nya nanti lewat mana,” imbuhnya.(cnk)