BATAM, POSMETRO.CO: Wali Kota Batam, HM Rudi menyoroti fasilitas di sejumlah sekolah negeri di Batam terutama kamar mandi atau toilet yang harus dibenahi segera. Kritikan itu ia sampaikan agar sekolah lebih memperhatikan kebersihan di lingkungan mengajarnya.
“Tolong perhatikan kebersihan toilet sekolah. Saya sudah pantau berapa sekolah. Ada pintunya jebol dan closetnya pecah. Ini harus dibenahi,” kata Rudi, di Batamcentre, Kamis (28/5).
Rudi mengimbau agar semua sekolah memperhatikan lingkungan sekolahnya terutama fasilitas yang sering digunakan. Karena penyebaran virus ini sangat rentan terhadap anak-anak. Ia juga meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Batam untuk melaporkan hal-hal mana saja yang harus dibenahi.
“Kalau tidak layak kita benahi. Nanti kita minta Disdik itu biar dia yang mengawasi. Sekolah juga perlu menjaga kebersihan lingkungannya. Karena saat ini penyebaran virus tidak hanya menyerang orang dewasa tapi juga anak-anak,” imbau Rudi lagi.
Selain itu, karena Covid-19 belum berakhir dan masih menjadi kewaspadaan, pihaknya memutuskan KBM diperpanjang hingga 13 Juli. Namun, kepala sekolah dan tenaga pendidikan wajib masuk tanggal 2 Juni untuk menyiapkan ujian dan masa masuk ajaran baru.
“13 Juli semua sudah belajar. Tapi, khusus pegawai tanggal 2 Juni masuk kantor, yang libur itu muridnya belajar di rumah dan menghadapi ujian,” tegas Rudi mengingatkan.
Ia juga meminta semua sekolah baik negeri dan swasta untuk memikirkan cara agar proses belajar mengajar yang akan dibuka pada pertengahan Juli nanti bisa berjalan sesuai rencana. Tidak mengindahkan aturan kesehatan.
“Kalau covid belum reda, protokol tetap berlaku. Sekolah negeri agak sulit. Jika 40 orang per kelas, harus social distancing, makanya buat berapa gelombang, butuh tenaga. Makanya kita minta sekolah memikirkan caranya,” pesan Kepala BP Batam itu.
Hal tersebut juga pernah sampaikan Hendri Arulan. Jika nantinya harus diterapkan jaga jarak kemungkinan agak ribet terutama di sekolah negeri. Karena rata-rata per kelas itu ada 40 orang lebih. Hal ini menjadi persoalan yang dikeluhkan semua sekolah.
“Kalau mau diatur jaraknya, pasti membutuhkan ruang kelas lagi. Selain itu siswa juga berbeda dengan guru. Sebab mereka pasti interaksinya lebih luas bersama teman-teman lainnya. Jadi, sepertinya tidak cukup sulit diterapkan,” bebernya.
Begitu juga dengan membagi waktu belajar dari satu shift menjadi dua atau tiga. Hal ini lebih tidak memungkinkan, sebab di beberapa sekolah masih ada sekolah yang numpang dan menggunakan ruang kelas ketika sekolah pagi selesai.
“Berbagai opsi ini sudah kami fikirkan. Karena jumlah siswa di negeri itu melebihi kapasitas. Untuk itu, belajar dari rumah masih menjadi pilihan terbaik,” ucap Hendri.(hbb)