
BATAM, POSMETRO.CO : Matahari terik menyilaukan mata. Di lapangan terbuka, Musarman telaten menyipak chapteh. Serupa dengan sepak raga. Tak jauh beda dengan takraw. Alat yang ditendang bukan bola rotan. Tapi berupa bulu ayam. Lima helai. Dicat warna-warni. Bulu ayam disatukan dengan gelang pengikat. Diberi pemberat lempengan tutup botol yang sudah dipipihkan. Alasnya ditempelkan sebuah karet seluas lempengan pemberat tadi. Karet inilah yang memantul saat disepak.
Usia Musarman tak lagi muda. Tapi, untuk memainkan chapteh, Musarman tak terlihat lelah. Sabtu (27/10) siang, Musarman tak menolak ajakan Irwan B Humberit untuk memainkan permainan tradisional itu. Irwan adalah tamu di sekolah Musarman. Datang dari Johor, Malaysia. Membawa serta 59 pelajar. Ikut mendampingi 17 guru dari 13 sekolah di negeri jiran itu. Sebagai Kepala Sekolah Dasar Negeri 008 Sekupang, Batam, Musarman tak ingin mengecewakan tamu.
“Kunjungan ini merupakan program silahturahmi budaya,” kata Musarman kepada POSMETRO. Kegiatan digelar di halaman sekolah. Satu tenda didirikan untuk tamu undangan. Di halaman terbuka itu, berbagai permainan tradisional diperagakan.
Selain chapteh, ada juga permainan enggrang.
“Mengenang kembali permainan kenangan,” kata Musarman. Saat ini, enggrang memang terlihat jarang dimainkan. Tapi, pada acara Ragam Budaya Serumpun itu, banyak anak yang piawai memain enggrang. Mereka siswa-siswi SDN 008 Sekupang. Enggrang merupakan sebuah permainan tradisional.

Terbuat dari dua kayu sepanjang dua meter atau lebih. Pada masing-masing kayu, di ketinggian kurang dari setengah meter, diberi pijakan. Untuk memainkan enggrang dibutuhkan keseimbangan. Tak semua anak bisa memainkan.
Dani, seorang siswa SDN 008 Sekupang, sangat mahir memainkan enggrang. Dia wara-wiri di lapangan. Bersama lima teman sebayanya. Saat kelompok lain memainkan chapteh dan enggrang, kelompok lain juga bermain riang dengan permianan kenangan lainnya. Ada jembatan berantai, congklak, dan batu seremban. Permainan itu diperlombakan.
“Inti dari acara ini, saling mengingatkan kembali tentang permainan tradisional,” sebut Musarman. Dia ingin, permainan tradisional tak hilang digerus era teknologi seperti saat ini.
Musarman bangga, sekolahnya dipilih untuk dikunjungi. Artinya, anak didiknya punya kesempatan untuk saling mengenal dengan pelajar dari luar negeri. Terutama, dari negara tetangga. “Anak didik kami jadi tahu, banyak kesamaan dengan Malaysia. Karena memang, kita negara serumpun,” ujar Musarman. Musarman berharap, anak didiknya bisa mempelajari permainan tradisional dari Malaysia jika memang permainan itu tak ada di Indonesia, khususnya Batam. “Begitu sebaliknya,” imbuhnya.
Khairulakmar, Pegawai Koakademik Bahasa dan Sains Sosial Jabatan Pendidikan Negeri Johor, menyebut, banyak kesamaan budaya antara Malaysia dan Indonesia. “Memang ada sedikit beza,” kata dia. Banyak permainan kenangan yang ditampilkan pada gelaran acara, tak lagi asing bagi peserta didik. “Bahkan mereka sangat mahir memainkannya,” ujar Khairul. Dia berharap, acara serupa rutin digelar. Sehingga, berbagai permainan tradisional tak hilang digilas permainan teknologi modern.
Pada kesempatan itu, SDN 008 Sekupang juga memperkenalkan berbagai ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut juga ditampilkan. Diantaranya, pramuka, silat dan jujitsu.
Di akhir acara, Dayangku Safirah, perwakilan siswa dari Johor diminta naik ke atas panggung untuk menyampaikan kesan terhadap acara tersebut. Dia merasa beruntung bisa mengenal beragam budaya yang ada di Indonesia.(chi)