Penulis Buku Perempuan di Kepri, Langka

    spot_img

    Baca juga

    Pendaftaran Fuel Card 5.0 Sudah Mulai Dibuka, Ini syaratnya

    BATAM, POSMETRO.CO : Pendaftaran Fuel Card 5.0 sebagai kartu...

    Rudi Tekan PT Adhi Karya Terkait Pengerjaan Masjid Agung Harus Selesai Tepat Waktu

    BATAM, POSMETRO.CO : Pemerintah Kota (Pemko) Batam terus mendorong...

    Halal Bihalal Keluarga Besar Legiun Veteran RI Kota Batam

    BATAM, POSMETRO.CO : Berlangsung di Hotel Golden View Bengkong,...

    Bolehkah Menikung di Area Blindspot? Ini Penjelasannya!

    BATAM, POSMETRO: Saat berkendara, kita sering dihadapkan dengan situasi...

    Warga dan Pihak Sekolah Yayasan Yos Sudarso Ambil Kesepakatan Lewat Mediasi

    BATAM, POSMETRO.CO :  Cek cok sempat terjadi. Warga Kampung...
    spot_img

    Share

    Acara Bincang Buku The Secret of Room 403, karya Riawani Elyta, di Coffee Breaktime Km 8 Tanjungpinang, Sabtu (8/2). (Posmetro.co/aiq)

    PINANG, POSMETRO.CO: Mungkin, sebagian pencinta dunia literasi di Kepri, tak asing lagi dengan penulis perempuan bernama Riawani Elyta. Selain dikenal sebagai penulis, ibu dari tiga anak ini juga, berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang saban harinya bekerja di lingkungan Pemkab Bintan.

    Sebenarnya, masih ada lagi penulis-penulis-penulis buku lainnya yang keberadaannya tidak diketahui publik, yang karya-karyanya juga cukup menggetarkan pembaca.

    Hal ini, disampaikan Teguh Madia Tarigan, selaku perwakilan kantor Bahasa Kepri, saat diundang dalam acara Bincang Buku The Secret of Room 403, karya Riawani Elyta, di Coffee Breaktime Km 8 Tanjungpinang, Sabtu (8/2).

    Lebih lanjut disampaikan Teguh Madia Tarigan, bahwa nama penulis perempuan di Kepri, bisa dihitung dengan jari, berapa jumlahnya.

    Ini menandakan bahwa penulis perempuan di Kepri sangat langka. Maka dari itu, pihaknya sangat bersyukur dengan hadirnya penulis perempuan Riawani Elyta, yang selama ini turut memajukan dunia literasi, lewat hasil karya-karya fenomenalnya itu.

    ”Jujur, kita akui, keberadaan penulis perempuan di Kepri, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Sepertinya profesi penulis ini kurang banyak diminati. Padahal, dengan literasi, kita banyak memberikan ide dan wawasan ke masyarakat. Terutama kepada generasi muda,” sebut Teguh.

    Ia juga merasa prihatin akan minat baca anak zaman sekarang. Dimana, gadged lebih mereka gemari, ketimbang membaca. Tentu, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua, bagaimana mengajak anak-anak mereka untuk gemar membaca. Padahal, membaca itu sendiri, akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

    Masih kata Teguh, selain keberadaan penulis perempuan yang begitu minim, penulis-penulis Kepri lainnya, namanya banyak yang tenggelam.

    Sekali lagi, Teguh banyak menaruh harap. Kiranya lewat karya-karya Riawani Elyta, mampu menggugah semangat dan kreatifitas penulis lainnya di Kepri, untuk kembali bangkit melahirkan karya-karya yang gemilang.

    Memang, di sisi lain, tidak banyak yang menggantungkan harapan pada profesi menulis, karena mereka beranggapan dunia menulis bukan profesi yang menjanjikan.

    “Jangan salah. Dunia literasi akan memberikan sesuatu yang menjanjikan jika seseorang serius menekuninya,” kata Teguh, meyakinkan.

    Terakhir, sekali lagi Teguh berpesan, menulis adalah sesuatu yang menyenangkan. Jika ditekuni, profesi ini akan memberikan masa depan yang cerah. “Yakinlah, dan terus kembangkan kreatifitas yang ada, maka kesuksesan akan menghampiri,” pungkas Teguh mengakhiri pesannya.(aiq)