Komisi I DPRD Batam Sidak ke PT Aohai Kabil

    spot_img

    Baca juga

    Warga dan Pihak Sekolah Yayasan Yos Sudarso Ambil Kesepakatan Lewat Mediasi

    BATAM, POSMETRO.CO :  Cek cok sempat terjadi. Warga Kampung...

    Minggu Ini, Pengundian Final Season 4 di Grand Batam Mall

    BATAM, POSMETRO.CO : Pengundian Shop & di Win Grand...

    Kepala BP Batam: Industri Berkembang, Ekonomi Tumbuh, Batam Sejahtera

    BATAM, POSMETRO: Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad...

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...
    spot_img

    Share

    BATAM, POSMETRO.CO : Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Batam, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke PT Aohai Technology Indonesia di Kawasan Industri Ekslusif, Kabil, Kamis (25/5).

    Rombongan Komisi I DPRD Batam dipimpin langsung Ketua Komisi I Lik Khai. Ia mengatakan, tujuan dari Sidak tersebut untuk melihat produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Pihaknya juga ingin tahu jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang diperkerjakan di perusahaan ini.

    Begitu juga kebutuhan pasokan listrik di perusahaan penghasil peralatan elektronik yang diekspor ke Amerika, Australia Eropa, hingga Dubai ini.

    “Kedatangan kami, ingin mengecek semua dokumen operasional perusahaan. Sebab ada aduan yang kami terima, jadi kami tindaklanjuti. Tadi kami sudah minta, besok dibawa dokumen ke Kantor DPRD,” tegas Lik Khai.

    Meskipun, pihaknya mendukung investor ke Batam. Namun tentu harus bisa mendukung agar iklim investasi berjalan adil.

    Informasi yang diterima konsumsi listrik di perusahaan ini cukup tinggi. Ada kekhawatiran, hal ini menjadi salah satu penyebab gangguan listrik yang saat ini terjadi.

    “Untuk itu, kami ingin tahu terkait informasi tersebut. Kita dapat aduan dari masyarakat banyak pabrik yang diduga membuat perangkat, untuk menunjang bisnis yang seharusnya tidak diperbolehkan. Karena, itu memakan listrik cukup besar,” bebernya.

    Rombongan Komisi I DPRD Batam melihat produksi langsung dari PT Aohai Technology Indonesia, yang memproduksi Superkomputer.

    Terdapat beberapa hal yang menjadi sorotan DPRD saat itu yakni pemasaran produk, penggunaan listrik, dan penyerapan tenaga kerja.

    Lik Khai khawatir superkomputer itu dipasarkan di Indonesia khususnya Batam. Hal tersebut karena superkomputer itu berpotensi disalahgunakan.

    “Kalau produk untuk ekspor, tidak apa. Jangan sampai beredar di sini,” tegasnya.

    Setelah itu, DPRD Batam meminta agar PT Aohai Technology Indonesia melaporkan berbagai izinnya untuk ditelaah bersama.

    Perusahaan ini memproduksi Superkomputer adalah perangkat berbentuk seperti CPU. Tapi lebih kecil secara fisik. Cuma kemampuannya untuk big data atau penyimpanan data berskala besar. Satu unit bisa nampung sekitar 10 tera. Selain itu, changer dan handphone.

    Sementara itu, Suryanto Manajer Operasional PT Aohai Technology Indonesia menjelaskan, pihaknya hanya memproduksi perangkat berupa Superkomputer. Pihaknya, hanya memproduksi produk yang dibutuhkan sesuai pesanan dari customer.

    “Superkomputer ini bisa digunakan untuk penyimpanan data. Contohnya seperti perangkat penyedia big data,” jelasnya.

    Bahkan, setiap superkomputer, memiliki kapasitas setidaknya 10 terabyte. Ia memastikan, produk-produk tersebut hanya diperuntukkan untuk ekspor. Tidak ada satu produk pun yang dipasarkan di Indonesia khususnya Batam.

    “Rata-rata, superkomputer dari PT Aohai, dijual ke Amerika dan Australia,” jelas dia.

    Sedangkan, sebagian besar karyawan PT Aohai adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Namun, dia mengakui ada beberapa Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di perusahaan tersebut.

    “Tenaga kerja sekitar 400-500. Sebagian besar lokal. Ada juga dari TKA, mereka di bagian akuntan, pembukuan, dan penerjemah,” bebernya.

    Sedangkan perihal listrik, ia justru mengeluh karena listrik di kawasan tersebut sering mati. Padahal produksi harus terus berjalan. Setiap bulannya, PT Aohai memerlukan listrik sebesar 4 megawatt dengan jumlah produksi mencapai 40-50 ribu perangkat.

    “Sekarang kebutuhan kita malah sering mati. Produksi pun terkendala. Kami bayar sekitar Rp1,6 miliar atau Rp1,7 miliar,” pungkasnya. (hbb)