Pelaku GU dan RL Kenal Saat di Karantina di Galang, Batam

    spot_img

    Baca juga

    Minggu Ini, Pengundian Final Season 4 di Grand Batam Mall

    BATAM, POSMETRO.CO : Pengundian Shop & di Win Grand...

    Kepala BP Batam: Industri Berkembang, Ekonomi Tumbuh, Batam Sejahtera

    BATAM, POSMETRO: Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad...

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...

    PWI Kepri Terima Kunjungan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kepri

    >>>Kampanyekan Program Merdeka Belajar TANJUNGPINANG, POSMETRO.CO : Persatuan Wartawan Indonesia...
    spot_img

    Share

    Kasat Polair, AKP Binsar Samosir saat tiba di Karimun usai mengamankan GU di Batam.(foto-Ria)

    KARIMUN, POSMETRO.CO: Ada kisah menarik dari keterangan GU dan RL, 2 dari tiga pelaku yang diamankan jajaran Sat Polair Polres Karimun dalam kasus terlibat sindikat penyelundupan PMI lewat jalur gelap. Ternyata belum lama saling kenal.

    Saat di konfirmasi POSMETRO.CO, ternyata keduanya berkenalan saat menjalani karantina di Galang, Kota Batam. Keduanya menjalani Karantina setelah dipulangkan dari Malaysia sejak Covid-19 melanda.

    Hal ini diterangkan GU kepada Posmetro.co. Pria yang senang tersenyum ini mengaku dulunya ia bekerja di Malaysia selaku pekerja migran Indonesia yang dulu sering disebut TKI.

    “Dulu saya kerja di Malaysia juga,” ucap membuka kisah dirinya.

    Di Malaysia, ia mengenal IN yang merupakan pemesan pekerja migran Indonesia di Malaysia yang apes diamankan polisi ini di Karimun.

    IN memang tidak tertangkap, namun GU mengaku mengenalnya. Pasalnya saat di Malaysia, GU bekerja dengan IN.

    “Saya dulu kerja sama IN di Malaysia. Kemarin itu dia nelpon, minta tolong bawa masuk orang dari Lombok, soal kerja apa disana saya tak tahu, itu urusan orang itu (korban-red) mereka sudah kontak langsung sama IN, saya hanya membantu saja saat tiba di Batam,” cerita GU.

    GU juga gak tahu mereka (korban-red) naik pesawat apa, pasalnya ia tidak menjemput para korban. Namun ia hanya bertemu korban saat sudah berada di hotel.

    “Sampai bandara mereka naik taksi sendiri ke hotel, Karena mereka kurang duit akhirnya 4 orang nginap di rumah saya, 4 lagi di hotel, kemudian besok ya saya antar ke Pelabuhan Habor Bay, untuk berangkat ke Karimun tempat RL,” tambahnya.

    Ia mengakui kalau dirinya mendapat uang Rp32 juta dari hasil membantu para korban sampai di Batam. Namun uang itu bukan semua untuknya. Melainkan Rp20 juta ditransfernya ke RL guna pengurusan ke Malaysia lewat Karimun.

    Ia juga menyatakan belum lama mengenal RL, ia mengenal RL baru beberapa bulan. Itupun saat keduanya baru di pulangkan dari Malaysia oleh pemerintah.

    “Saya kenal RL baru, saat kami di Karantina di Galang, Batam, disitu kami kenal dan komunikasi terus,” terangnya.

    Lantaran sama-sama pernah bekerja di Malaysia, akhirnya GU pun menghubungi RL untuk mengurus pemberangkatan 8 orang dari Lombok ini. Kesepakatan pun terjadi. Saat itulah akhirnya GU mengirim 8 orang korban itu ke Karimun.

    Dari kesepakatan itu juga, GU pun mengirin Rp20 juta untuk pengurusan masuk Malaysia di Karimun oleh RL.

    “Saya kirim Rp20 juta, duit saya sisa Rp8 juta aja. Itupun masih di tabungan, Uda disita polisi. Belum sempat saya pakai,” ketusnya sambil tertawa kecil.

    Sementara RL membenarkan menerima uang dari GU sebesar Rp20 juta. Uang itupun di transfer via rekening pacarnya.

    “Rekening pacar saya itu, Total Rp20 juta, uangnya untuk pengurusan masuk Malaysia, udah habis sebagian. Buat beli handphone, bayar mobil dan lain-lainlah. Paling tinggal Rp juta di tabungan,” ucap RL.

    >>ED Pelaku Paling Apes

    Pelaku GU dan RL mengaku mendapatkan untung dari aksi nekat mereka. Yakni mencoba menyelundupkan orang ke Malaysia. Hal ini sangat berbeda apa yang dirasakan ED. Pria tua yang biasa bekerja sebagai tukang ojek di Pelabuhan Domestik Tanjunbalai Karimun ini justru paling miris kisahnya.

    Ed kepada Posmetro.co mengaku tak tahu apa-apa soal pekerja migran Indonesia Illegal ini. Ia mengaku hanya diminta tolong oleh RL.

    “RL Nelpon, minta tolong jemput keluarga dan temannya, dia bilang gitu, bukan PMI, ya saya jemput di pelabuhan,” ED membuka kisah pilunya.

    Bahkan ia mengaku tak ada meminta imbalan saat itu. Bahkan dalam pembicaraan via ponsel dengan RL kala itu, RL pun tidak ada membicarakan masalah bayaran.

    “Saya tak ada minta bayar, RL pun tak ada bilang nak bayar berapa. Saya tak tahu itu Pekerja illegal,” tegasnya.

    Pengakuan Ed ini pun dibenarkan RL. Ia menyatakan saat itu memang meminta tolong Ed untuk menjemput

    “Iya gak ada janjikan uang berapa, hanya saya kemarin mau kasih uang kopi ajalah kalau dah sampai rumah. Dan memang saya bilang itu teman saya,” timpalnya mengiyakan pernyataan ED.

    Kini ketiganya harus menjalani proses hukum dalam kasus yang sama.(ria)