Lukita Mantan Wakil Menteri PPN/ Bappenas, Ziarah dan Salat Jumat di Pulau Penyengat

    spot_img

    Baca juga

    Warga dan Pihak Sekolah Yayasan Yos Sudarso Ambil Kesepakatan Lewat Mediasi

    BATAM, POSMETRO.CO :  Cek cok sempat terjadi. Warga Kampung...

    Minggu Ini, Pengundian Final Season 4 di Grand Batam Mall

    BATAM, POSMETRO.CO : Pengundian Shop & di Win Grand...

    Kepala BP Batam: Industri Berkembang, Ekonomi Tumbuh, Batam Sejahtera

    BATAM, POSMETRO: Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad...

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...
    spot_img

    Share

    Lukita Dinarsyah Tuwo saat berbincang-bincang dengan salah seorang sesepuh di Pulau Penyengat, Jumat (8/11). (Posmetro.co/ist)

    PINANG, POSMETRO.CO: Bakal calon Wali Kota Batam Lukita Dinarsyah Tuwo (LDT) mengunjungi Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Provinsi Kepri, pada Jumat (8/11). Sebagai bentuk menghormati, sekaligus menjunjung tinggi unsur kedaerahan.

    Kunjungan yang disejalankan dengan pelaksanaan salat Jumat bersama di Masjid Sultan Riau Penyengat ini, dilakukan oleh pria yang sebelumya tercatat sebagai Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Wamen PPN)/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Waka Bappenas) dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.

    Mengenakan busana putih, Mantan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam ini juga menyempatkan mengunjungi beberapa situs bersejarah di Bumi Melayu, dan terkenal sebagai tempat pertahanan Raja Kecil saat melawan serangan Tengku Sulaiman dari Hulu Riau pada tahun 1719.

    Ia juga mengunjungi sejumlah benteng pertahanan dibangun pada 1782-1784 untuk menghadapi perang melawan Belanda. Dan menikmati suasana alam dengan menggunakan becak motor.

    Puas berkeliling, bakal calon Wali Kota Batam ini juga terlihat terlibat perbincangan hangat dengan sejumlah tokoh masyarakat di pulau tersebut. Bahkan sambil duduk di pendopo depan Masjid Pulau Penyengat ini, ia melayani sejumlah warga yang ingin berfoto dengannya.

    “Hari ini, saya bersama tim dan sahabat-sahabat mengunjungi Pulau Penyengat, sekaligus melaksanakan salat Jumat bersama. Dimana kunjungan ini, sebagai bentuk melaksanakan filosofi ‘Dimana Bumi Dipijak, Disana Langit Dijunjung’,” ujar Lukita.

    Dan kunjungan kali ini, tambahnya, merupakan kesempatan baginya untuk mengunjugi sebuah tempat yang paling bersejarah khususnya untuk masyarakat Kepri dan Riau.

    “Kita tahu, ada sejarah panjang di sini. Bahkan sejumlah makam dari para Raja-Raja ada di sini,” terangnya.

    Ia mengatakan sangat kagum dan bangga setelah berkeliling kawasan Pulau Penyengat. Mengingat, ada banyak hal yang bisa dirinya ketahui akan kehidupan para Raja di zaman-zaman terdahulu dengan mengunjungi situs bersejarah tersebut.

    “Sangat luar biasa dan patut berbangga, bahwa Kepri memiliki situs bersejarah seperti ini.

    Bahkan hingga saat ini terawat dengan baik serta asri. Dan saya pun berharap, situs ini bisa terjaga dengan baik. Sehingga wisatawan mancanegara dan domestik bisa menikmati ini semua,” jelasnya.

    Sebagaimana diketahui, Situs Pulau Penyengat dapat dijangkau menggunakan perahu motor dalam waktu 15 menit dari Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang.

    Setibanya di dermaga Pulau Penyengat, setiap pasang mata akan tertuju pada Masjid Sultan Riau yang didominasi warna kuning menyala dan terlihat kontras dengan bangunan di sekitarnya.

    Masjid Sultan Riau ini memiliki desain arsitektur unik bergaya persia dan turki dengan empat menara berbentuk kerucut, dan memiliki tujuh pintu masuk serta enam jendela.

    Pada bagian atas masjid dan menara terdapat 17 kubah dengan bentuk menyerupai bawang yang melambangkan 17 rakaat berdirinya salat fardu sehari semalam. Menurut sejarah, Masjid Sultan Riau ini merupakan masjid tertua di Indonesia yang memiliki kubah di bagian atasnya.

    Di halaman masjid terdapat Rumah Sotoh dan Balai pertemuan bagi jamaah. Masjid yang berdiri kokoh sejak tahun 1832 ini. Konon dibangun menggunakan campuran putih telur, kapur, tanah liat, dan pasir.

    Keberadaan masjid ini menjadi sentral pembelajaran Islam di Riau dan sekitarnya, bahkan setiap hari Jumat dan hari-hari besar Islam, Masjid Sultan Riau ini selalu didatangi jamaah dari Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam.

    Tidak jauh dari Masjid Sultan Riau, terdapat makam raja-raja Riau yang setiap harinya tidak pernah sepi dikunjungi. Wisatawan yang datang ke Pulau Penyengat tidak hanya sekadar untuk berfoto semata, tetapi juga untuk berziarah dan berwisata rohani dengan mengetahui sejarah Islam di Riau.(*/waw)