Natuna Menuju Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020

    spot_img

    Baca juga

    Warga dan Pihak Sekolah Yayasan Yos Sudarso Ambil Kesepakatan Lewat Mediasi

    BATAM, POSMETRO.CO :  Cek cok sempat terjadi. Warga Kampung...

    Minggu Ini, Pengundian Final Season 4 di Grand Batam Mall

    BATAM, POSMETRO.CO : Pengundian Shop & di Win Grand...

    Kepala BP Batam: Industri Berkembang, Ekonomi Tumbuh, Batam Sejahtera

    BATAM, POSMETRO: Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad...

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...
    spot_img

    Share

    Wakil Bupati Natuna, Ngesti Yuni Suprapti. (Posmetro.co/ist)

    NATUNA, POSMETRO.CO: Wakil Bupati Natuna, Ngesti Yuni Suprapti didampingi Kepala Dinas Kesehatan, Rizal Rinaldy dan Kepala Puskesmas Ranai, memaparkan inovasi pelayanan kesehatan dengan nama SI BERES atau Siap Bersalin, Terima Bersih, Praktis dan Ringkas di Ruang Rapat Kantor Bupati Natuna, Bukit Arai, Senin (6/7).

    Pemaparan SI BERES ini disampaikan di hadapan Tim Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik melalui Video Conference. Ngesti dalam pembukaannya mengatakan, Kabupaten Natuna yang saat ini berada dalam peringkat Top 99 dari 2.250 proposal kompetisi pelayanan public puskesmas se-Indonesia.

    “Dari hasil akhir Uji Pemaparan Materi dari Program Inovasi Pelayanan yang dilakukan saat ini diharapkan Kabupaten Natuna dapat meraih peringkat Top 45 besar, dengan kontribusi mendapatkan Dana Insentif Daerah dari Pemerintah Pusat,” ungkap Ngesti Yuni Suprapti.

    Menurut Ngesti, Natuna yang berada di wilayah kepulauan dan perbatasan negara, selalu menjadikan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat sebagai salah satu prioritas utama pembangunan.

    Adapun latar belakang dirancangnya inovasi program Siberes ini terang Ngesti adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat, terutama dalam menjaga kesehatan pribadi, keluarga maupun lingkungan.

    Selain itu sambung Ngesti, pemenuhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan juga masih rendah dan masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, meskipun Pemerintah Kabupaten Natuna telah menerapkan jaminan kesehatan Tahun 2008 dan 2018 yang terintegrasi dalam BPJS kesehatan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut kata Ngesti di antaranya stigma masyarakat tentang proses bersalin di Puskesmas/klinik/rumah sakit, yaitu “rasa takut” dengan pelayanan menggunakan alat kesehatan, tradisi turun temurun.

    Kemudian bidan kampung masih menjadi pilihan masyarakat karena keyakinan dan kenyamanan, pelayanan di Puskesmas/ rumah sakit dirasakan kurang familiar dan kurang ramah, gender, dalam pengambilan keputusan tidak berpihak kepada ibu hamil.

    “Berangkat dari pemikiran di atas, kebijakan pemerintah dirasa harus diubah suai dengan tujuan menghilangkan semua faktor kendala di atas. Dengan demikian diharapkan kondisi cakupan persalinan di fasiltas kesehatan akan meningkat dan tingkat kematian ibu dan bayi akan menurun,” sebut Ngesti lagi.

    Upaya yang dilakukan oleh Kabupaten Natuna untuk mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan indikator kesehatan kerja dibidang pelayanan kesehatan kata Ngesti, perlu ada terobosan baru, yakni dengan berinovasi memberikan pelayanan yang bernama Si Beres.

    “Adapun beberapa bentuk pelayanan dalam inovasi Si Beres tersebut di antaranya antar jemput pakai ambulance, biaya persalinan gratis, layanan pasca melahirkan gratis, layanan KB pasca salin gratis, dokumen kependudukan langsung didapat dan jaminan kesehatan,” kata Ngesti.

    Regulasi yang mendasari kebijakan inovasi diatas ujar Ngesti telah diatur melalui Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi dan disosialisasikan pada Bulan Maret 2018, ditandai dengan dibukanya ruang bersalin 24 jam di Puskesmas Ranai, yang didukung Polindes/ Puskesmas Pembantu Se-Kecamatan Bunguran Timur.

    “Setelah berjalannya inovasi Si Beres ini, terjadi perubahan positif yang signifikan, diantaranya dalam hal cakupan persalinan di fasilitas kesehatan meningkat sebesar 69,91% (2017), 95,19% (2018), dan 98,44% (2019),” ujar Ngesti.

    Dampak lain tambah Ngesti dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) menurun 1 orang (2017), 2018 dan 2019 tidak ada kasus, sedangkan angka kematian Bayi 6 orang (2017), 5 orang (2018) dan 4 orang (2019).

    “Dengan adanya keberhasilan sebagaimana dapat dilihat dari beberapa indicator di atas, dirasa program inovasi ini harus terus dilanjutkan, walaupun nantinya terjadi pergantian jabatan baik di posisi Kepala Dinas Kesehatan,” tambah Ngesti.

    Ngesti menegaskan bahwa, program ini harus terus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diupayakan agar operasionalnya lebih praktis dan gratis untuk seluruh masyarakat, serta dukungan pemangku kepentingan.

    Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna, Rizal Rinaldy juga memaparkan inovasi pelayanan Si Beres ini sudah diterapkan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Natuna dan bekerjasama dengan OPD dan Instansi Vertikal terkait.

    Rizal menjelaskan bahwa, di Kabupaten Natuna terdapat 14 Puskesmas, dengan rincian 6 Puskesmas berada di Pulau Bunguran Besar dekat dengan Ibukota Kabupaten, sedangkan 8 Puskesmas tersebar di Kecamatan yang berada di luar Pulau Bunguran Besar dengan jarak tempuh kurang lebih 4 sampai 5 jam dengan menggunakan pompong (transportasi masyarakat tempatan).

    “Dalam operasional penanganan pelayanan kesehatan, apabila terdapat kasus yang tidak bisa ditangani di Puskesmas, maka akan segera dirujuk ke rumah sakit karena tim pelayanan kesehatan tidak mau mengambil risiko,” ujar Rizal Rinaldy.(maz)