Pemerintah Kota Batam Bagian dari Santri

    spot_img

    Baca juga

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...

    PWI Kepri Terima Kunjungan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kepri

    >>>Kampanyekan Program Merdeka Belajar TANJUNGPINANG, POSMETRO.CO : Persatuan Wartawan Indonesia...

    Peran Strategis Pabrik Baru, Batam Memperkuat Posisi sebagai Pusat Industri

    BATAM, POSMETRO.CO : Batam terus berkembang sebagai pusat pertumbuhan...

    Persiapan Muhammad Rudi Menuju Pilkada 2024  

    >>>Komunikasi dengan Partai Politik Kepri  BATAM, POSMETRO.CO : Setelah menyatakan...
    spot_img

    Share

    Wali Kota Batam HM Rudi sekaligus Kepala BP Batam saat menjadi pembina upacara Hari Santri tingkat Kota Batam di Dataran Engku Putri Batam Centre, Selasa (22/10). (Posmetro.co/ist)

    BATAM, POSMETRO.CO: Pemerintah adalah bagian dari santri. Hal ini diutarakan Wali Kota Batam HM Rudi sekaligus Kepala BP Batam saat menjadi pembina upacara Hari Santri tingkat Kota Batam di Dataran Engku Putri Batam Centre, Selasa (22/10).

    “Pemerintah ini adalah bagian dari kalian. Kalian juga mekiliki Pemerintah Kota Batam ini. Tah usah ragu, segan, kita semua sama. Mau sekolah pesantren atau umum, sama. Tujuannya mau membangun Kota Batam yang kita cintai ini,” ujar Rudi.

    Adapun tema Hari Santri tahun ini adalah “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Nur Kholis Setiawan dalam sambutannya mengatasnamakan menteri, mengatakan, isu perdamaian diangkat berdasar fakta bahwa pesantren sejatinya adalah laboratorium perdamaian. Pesantren sebagai tempat menyemai ajaran Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam).

    Menurut Sekjen, setidaknya ada sembilan alasan dan dasar mengapa pesantren layak disebut sebagai laboratorium perdamaian. Yakni kesadaran harmoni beragama dan berbangsa, metode mengaji dan mengkaji, para santri biasa diajarkan untuk khidmah (satu cara meraih keberkahan ilmu).

    Selanjutnya pendidikan kemandirian, kerja sama, dan saling membantu di kalangan santri. Gerakan komunitas seperti kesenian dan sastra tumbuh subur di pesantren.
    Di pesantren juga banyak lahir beragam kelompok diskusi dalam skala kecil maupun besar yang membahas hal remeh sampai serius.

    Pesantren juga merawat khazanah kearifan lokal. Dan prinsip maslahat atau kepentingan umum merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar di kalangan pesantren.

    “Kesembilan, penanaman spiritual. Tidak hanya soal hukum Islam, fikih, yang didalami. Banyak pesantren juga melatih santrinya untuk tazkiyatunnafs, yaitu proses pembersihan hati,” tutur Rudi membacakan sambutan menteri.(*/hbb)