LPBKI MUI Gelar Peringatan Hari Santri dan Workshop Pengembangan Literasi Islam

    spot_img

    Baca juga

    Jaksa Ikut Pelatihan Penanganan Terorisme, Tony T Spontana: Jangan Disiasiakan

    BATAM, POSMETRO: Kejaksaan RI meminta komitmen aparat penegak hukum...

    Indosat Ooredoo Hutchison Kembali Hadirkan SheHacks 2024

    >>>Bentuk Nyata Dukungan Bagi Pemberdayaan Perempuan JAKARTA, POSMETRO.CO : Indosat...

    Tindaklanjuti Laporan, DPC PROJO Karimun Sambangi Kementerian KKP

    KARIMUN, POSMETRO.CO : DPC PROJO Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan...

    Dari Lingga, Orang Tua Ramadhan Sananta Nobar di Batam

    BATAM, POSMETRO: Ribuan masyarakat Batam, memadati dataran Engku Putri...
    spot_img

    Share

    Subang, Posmetro.co: Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI MUI) Pusat bekerja sama dengan PP. Darussalam Subang, mengadakan seminar hari santri nasional (HSN) dan workshop dengan tema “pengembangan literasi Islam untuk peradaban bangsa” Minggu, (29/10/2023).

    Pengasuh PP. Darussalam atau akrab di panggil KH. Juanda mengawali dalam seminar workshop tersebut, menyampaikan bahwa peringatan hari santri, pantas untuk di peringati karena santri adalah salah satu yang berjuang dalam memerdekakan negara ini.

    KH. Juanda selaku petinggi pondok pesantren menyampaikan bahwa konsep yang di terapkan buat santri di pondok Darussalam miliknya, adalah konsep tradisi yang di bawa rasulullah SAW. Pertama istiqomah dan dua proposional dan terakhir adalah disiplin.

    “Inilah yang menjadi acuan untuk para santri di pondok Darussalam,” katanya.

    Sementara Ketua LPBKI MUI, Prof.Endang Sutari menyampaikan, bahwa LPBKI mempunyai tiga metra untuk pengembangan LPBKI, yang pertama, adalah ormas-ormas besar islam yang dikatakan besar ketika mengemban amanah besar.

    “Kedua adalah perguruan tinggi besar, jadi LPBKI runtin kunjungan ke kampus-kampus. Ketiga adalah pesantren, sebab Pesantren adalah lembaga Islam yang diwarisi para nabi kepada mekanisme taklim atau tarbiyah kita, yang justru di Indonesia mendapatkan legitimasi sebagai institusi atau lembaga yang mempunyai jati diri, serta fungsi perjuangan yang sangat bermanfaat dari waktu ke waktu,” ucapnya.

    Selanjutnya Kyai Arif Fahrudin Wasekjen MUI Pusat mengawali perbincangan dengan pantun di depan ribuan santri Pondok Darussalam itu menyampaikan bahwa urgennya santri sampek di ibaratkan tidak akan ada ulama kalau tidak ada santri. Jadi untuk menempuh ke tahap jadi ulama atau kyai wajib ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh yaitu harus jadi santri.

    “Dulu tradisi-tradisi ulama kita di awal pertengahan ataupun di awal awal kemajuan peradaban islam adalah ahlul kutub atau ahlul musonnafat, sehingga para ulama dulu banyak yang produktif sehingga membanjiri karangan-nya dan sampek sekarang kita masih bisa mewarisinya. Ada fathul qorib, ada ibnu malik waala alihi wasohbihi,” katanya.

    Namun dengan perubahan zaman semakin kesini ulama ulama Indonesia kata kyai Arif semakin bergeser. Dimana selain ada yang ahlul kutub, ada juga yang ahli khitobi atau ahli dakwah.

    “Jadi banyak yang jadi macan panggung seperti alm.ust. zainudin MZ. Ada ustadz Abd somad, gus miftah dan lain-lain. Masih lanjut semakin kesini semakin berkembang lagi di zaman gen z atau zaman melenial, berkembang lagi dari ulama Khitobi ada ulama YouTuby. Dan ini tidak bisa menolak ataupun harus cuek namun kita jadikan pembelajaran khususnya kepada kita selaku santri,” kata dia.

    Sedangkan Kyai Husein, begitu beliau disapa, mendorong para santri agar giat membaca dan mendedikasikan hidupnya pada dunia tulis menulis. Kyai asal Cirebon ini juga memberikan informasi dari buku yang beliau tulis tentang beberapa nama ulama yang dikenang dalam sejarah, sebagai ulama yang produktif dalam dunia kepenulisan.

    Di akhir pemaparan, Kyai Husein memberikan kalimat pernyataan yang mendorong para santri untuk mengisi kehidupannya dengan duduk bersama dengan para ulama.***