Bahas Lingkungan, IBA Undang Mantan Menteri Dalam Negeri Taiwan dan Ahli Hak Karbon

    spot_img

    Baca juga

    Genset Indomaret Digondol Maling, Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Orang Buron

    BATAM, POSMETRO: Satu unit genset Indomaret Botania 2, Kecamatan...

    Ahmad Yuda Siregar Calon Bupati yang Bakar Istri, Dituntut Hukuman Mati

    BATAM, POSMETRO: Hukuman mati menurut Windi Martika, pantas bagi...

    Halal Bihalal Bersama PMI di 12 Negara, IBA: PMI Menopang Perekonomian Nasional

      BATAM, POSMETRO: Internasional Bisnis Asosiasi (IBA) kembali menggelar acara...

    Gubernur Serahkan Bantuan Senilai Rp7,45 Miliar di Tarempa, Anambas

    KEPRI, POSMETRO: Menutup kunjungan kerja di Kabupaten Kepulauan Anambas,...
    spot_img

    Share

    BATAM, POSMETRO: International Business Association (IBA) mengundang mantan Menteri Dalam Negeri Taiwan, Profesor Li Hongyuan dan ahli hak karbon Profesor He untuk berpartisipasi dalam proyek perlindungan lingkungan ESG Indonesia.

    Menurut Ketua Umum IBA, Shan Shan, mereka mengunjungi pada Selasa (24/1) lalu atas undangan IBA dan perusahaan Camel Asia.

    “Mereka akan bekerja kerja dengan tim profesional International dari Hong Kong untuk mempromosikan perlindungan lingkungan ESG, energi hijau, proyek berkelanjutan, dan perdagangan hak karbon yang sedang secara aktif dipromosikan di seluruh dunia,” kata Shan Shan dalam siaran pers, Jumat (26/1).

    Shan Shan melanjutkan, kalau IBA dan Camel Asia menerapkan rencana inovatif demi pembangunan berkelanjutan di planet ini.

    Rencananya, tempat kremasi tinggi karbon yang sudah digunakan di berbagai daerah akan diperbaiki menjadi tempat kremasi rendah karbon, dan Abu akan ditempatkan di Taman Kehidupan yang ramah lingkungan di gunung Jin Gang di bagian tengah dan selatan Pulau Bintan.

    “Cara ini sangat menghemat konsumsi lahan, mengurangi luas deforestasi, dan mengurangi emisi karbon,” jelasnya.

    Taman tersebut saat ini berencana untuk memasok 300.000 tempat, dengan penilaian awal sebesar SGD 3 miliar. Ini merupakan lokasi pengujian pertama dan dapat direplikasikan di lokasi lain yang cocok, sesuai dengan keberhasilan pengujian awal di masa depan.

    “Nilai sebesar Rp 33 triliun ini akan menjadi sumber pendanaan untuk pembangunan pusat konvensi dan pameran, yang digunakan untuk menyumbang dan membangun ruang pameran ekonomi dan perdagangan untuk 38 provinsi Indonesia di Pulau Bintan,” imbuh Shan Shan.

    Pihaknya, kemudian merencanakan platform komunikasi dan pertukaran sumber daya yang menghubungkan Indonesia dengan sumber daya asing dan membantu setiap kabupaten kota di Indonesia untuk mengembangkan sumber daya yang kaya, pariwisata dan proyek investasi lainnya.

    Selain secara langsung mendorong perkembangan pariwisata dan perekonomian serta perdagangan di Pulau Bintan, secara bersamaan juga membantu lebih dari 500 kabupaten dan kota di Indonesia untuk bergabung dalam platform penghitungan dan perdagangan hak karbon, membantu setiap kabupaten dan kota dalam memulihkan lahan dan hutan nya ke kondisi semula.

    Proyek ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjadi negara perdagangan hak karbon terbesar di dunia.

    Mantan Menteri Prof Lee Hong Yuan menambahkan bahwa emisi karbon merupakan masalah global yang sangat krusial saat ini dan Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali sumber daya yang bisa digunakan untuk pengurangan karbon.

    Implementasi rencana inovatif ini akan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui upaya perlindungan lingkungan hidup tingkat lanjut, dan juga akan memberikan rencana implementasi yang paling langsung terhadap isu-isu lingkungan hidup secara global.

    Partisipasi Menteri Li, Profesor He dan tim Hong Kong akan menambah sumber daya asing yang lebih maju ke dalam rencana ini dan meningkatkan kelayakan serta pengaruh proyek.

    Selain itu membantu mendorong perlindungan lingkungan global dan memberikan kontribusi penting bagi pembangunan berkelanjutan di bumi.(cnk/*)