BNPT RI Berhasil Memutus Mata Rantai Indoktrinasi Penyebab Terorisme

    spot_img

    Baca juga

    Genset Indomaret Digondol Maling, Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Orang Buron

    BATAM, POSMETRO: Satu unit genset Indomaret Botania 2, Kecamatan...

    Ahmad Yuda Siregar Calon Bupati yang Bakar Istri, Dituntut Hukuman Mati

    BATAM, POSMETRO: Hukuman mati menurut Windi Martika, pantas bagi...

    Halal Bihalal Bersama PMI di 12 Negara, IBA: PMI Menopang Perekonomian Nasional

    BATAM, POSMETRO: Internasional Bisnis Asosiasi (IBA) kembali menggelar acara...

    Gubernur Serahkan Bantuan Senilai Rp7,45 Miliar di Tarempa, Anambas

    KEPRI, POSMETRO: Menutup kunjungan kerja di Kabupaten Kepulauan Anambas,...
    spot_img

    Share

    posmetro.co, Bogor: Indoktrinasi merupakan salah satu elemen kunci dalam penyebaran paham radikalisme dan ancaman terorisme. Karena itu, pemutusan mata rantai indoktrinasi terhadap masyarakat yang menjadi sasaran kaderisasi kelompok teror merupakan hal penting.

    Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) dinilai telah berhasil memutus mata rantai indoktrinasi ini. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menciptakan situasi nihil aksi terorisme di Tanah Air sepanjang 2023.

    Guru Besar Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP-UI) Prof. Drs. Adrianus Eliasta Meliala, M.Si., M.Sc., Ph.D. mengatakan ada banyak upaya yang telah dilakukan BNPT untuk membendung laju indoktrinasi perekrutan anggota baru.

    “Jadi banyak sekali upaya BNPT untuk mengurangi proses indoktrinasi,” kata Adrianus dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2023 BNPT RI di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/12/2023).

    Upaya membendung indoktrinasi ini dilakukan BNPT secara masif melalui berbagai strategi, baik yang bersifat online maupun offline. Upaya ini menurut Adrianus menjadi salah satu aspek dalam dua hal pokok yang berdampak besar pada pencapaian nihil aksi teror ini.

    Dua hal pokok yang dibilang Adrianus ialah, pertama; tindakan penegakan hukum termasuk penangkapan, penyitaan, dan aneka macam langkah tegas terhadap mereka yang melakukan kegiatan teror, serta yang kedua; melakukan pemotongan sumber-sumber yang bisa menggerakkan kegiatan teror, termasuk pendanaan dan indoktrinasi via transmisi ideologi kekerasan.

    “Terutama pada konteks pembiayaan, pendanaan. Kemudian juga terkait dengan konteks yang mampu membakar ideologi,” katanya.

    Guru Besar UI ini mengatakan fenomena zero terrorist attack ini merupakan buah dari hasil perjuangan berat yang telah dilakukan.

    “Saya kira kita melihat ini sebagai satu resultante dari perjuangan berat sekali dari teman-teman,” katanya.

    Catatan BNPT sendiri menunjukan tak ada satupun aksi teror yang meletus di Bumi Pertiwi selama 2023. Sepanjang tahun, Densus 88 juga mengamankan 148 tersangka aksi terorisme di berbagai daerah di Indonesia. Dia juga menggarisbawahi upaya deradikalisasi yang dilakukan BNPT.

    Menurutnya, deradikalisasi ini masih menjadi salah satu hipotesis yang terus menerus dikejar. Dia mendorong agar seluruh praktisi yang ada di BNPT semakin berusaha agar hasil dari segala upayanya dapat terkonfirmasi.

    Lebih lanjut, Adrianus juga berpesan agar semua pihak lebih mempersiapkan diri menghadapi tahun politik 2024. Pasalnya, dua dari tiga kelompok rentan terpapar radikalisme dan terorisme, yakni remaja dan perempuan, akan terlibat aktif dalam hajatan politik. Karenanya, pesan-pesan positif perlu terus digalakkan agar Pemilu yang aman dan berkualitas bisa terlaksana.

    “Untuk itu kita perlu berikan pesan-pesan positif kepada mereka agar dalam rangka mengikuti Pemilu tersebut bisa betul-betul dengan kesadaran dan jauh dari kemungkinan terpengaruh lewat media sosial terutama, sehingga kemudian harapan kita melihat Pemilu yang bermutu bisa terealisasi,” tutupnya.
    (lin)