Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam

    spot_img

    Baca juga

    Genset Indomaret Digondol Maling, Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Orang Buron

    BATAM, POSMETRO: Satu unit genset Indomaret Botania 2, Kecamatan...

    Ahmad Yuda Siregar Calon Bupati yang Bakar Istri, Dituntut Hukuman Mati

    BATAM, POSMETRO: Hukuman mati menurut Windi Martika, pantas bagi...

    Halal Bihalal Bersama PMI di 12 Negara, IBA: PMI Menopang Perekonomian Nasional

      BATAM, POSMETRO: Internasional Bisnis Asosiasi (IBA) kembali menggelar acara...

    Gubernur Serahkan Bantuan Senilai Rp7,45 Miliar di Tarempa, Anambas

    KEPRI, POSMETRO: Menutup kunjungan kerja di Kabupaten Kepulauan Anambas,...
    spot_img

    Share

    PENULIS : Wilda Vira Ningsih (Mahasiswi STIE Mahaputra Pekanbaru)

    SEIRING berjalannya waktu, negara tidak lagi hanya mempedulikan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama yang harus diraih.

    Akan tetapi, negara mulai memperhatikan sisi pembangunan ekonomi yang sering dikaitkan dengan kualitas hidup dan kebahagiaan manusia yang ada didalamnya. Menurut Todaro (2011) pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai peningkatan standar hidup, perbaikan kebebasan dan kepercayaan diri masyarakatnya.

    Hal ini kemudian akan tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM), yang terkait dengan tingkat literasi (buta huruf) dan angka harapan hidup.

    Lalu bagaimanakah pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam?

    Pembangunan dalam konteks Islam tentunya dilandaskan kepada Al-Quran dan Hadist. Artinya segala kebijakan yang dibuat untuk meningkatkan pembangunan ekonomi tidak bisa bertentangan dengan dua hal tersebut.

    Islam pada dasarnya sudah menyediakan feature yang sesuai dengan ajarannya, untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Misalnya, untuk memulai sebuah usaha bisa dilakukan dengan bentuk kerjasama mudharabah, zakat dan infaq untuk pemerataan, dsb.

    Perbedaan fundamental antara pembangunan menurut Islam dengan konvensional, adalah bahwa Islam tidak hanya menginginkan umatnya untuk sejahtera baik di dunia akan tetapi juga di akhirat. Sehingga, jelas Islam memiliki pengukuran tersendiri untuk indeks pembangunan manusianya yaitu I-HDI (dicetuskan oleh MBH Anto).

    Indeks yang digunakan dalam I-HDI pun cukup berbeda dengan indeks IPM pada umumnya. Beberapa contoh indesk yang ada dalam I-HDI adalah faith index, life index, science index, family social index, dst.

    Dalam faith index, misalnya, variabel ini akan diukur menggunakan total jamaah yang sholat di masjid/1000 populasi, tingkat korupsi, tingkat kriminal, dst (paper asli terkait I-HDI akan dilampirkan). Akan tetapi, mesipun terlihat komprehensif terdapat kesulitan untuk mengestimasi beberapa variabel indikator yang ada dalam I-HDI.

    Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam menginginkan pembangunan manusia yang menyeluruh dan seimbang. Pembangunan manusia harus mencakup aspek moral, spiritual, dan material. Selain itu, pembangunan dalam perspektif Islam juga harus memenuhi 4 filosofi dasar, yaitu: tauhid, rububiyah, khilafah, dan tazkiyah (Ahmad, 2006).***