Covid-19 Mewabah, Ketua Perpat Lingga Menyayangkan Pemulangan Mahasiswa

    spot_img

    Baca juga

    25 Wartawan Ikuti UKW ke-16 Gratis di Kepri dari PWI Pusat

    BATAM, POSMETRO.CO : Sebanyak 25 wartawan dari berbagai media...

    Spanduk Menakutkan Buat Pelaku Pembuang Sampah Sembarangan

    BATAM, POSMETRO.CO : Tumpukan sampah di pinggir jalan Trans...

    Ditpolair Polda Kepri Gagalkan Pengiriman PMI Bodong ke Malaysia

    BATAM, POSMETRO: Tim Subditgakkum Ditpolairud polda kepri kembali menggagalkan...

    Word Water Forum ke -10 Akan Dihadiri 14 Kepala Negara

    posmetro.co --Bali: Word Water Forum Ke-10 menjadi perhelatan besar...

    Kadis Kominfo Paparkan Potensi dan Kemajuan Batam ke Rombongan Pemprov Kaltim

    BATAM, POSMETRO.CO : Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo)...
    spot_img

    Share

    Ketua Perpat Kabupaten Lingga, Fahrul Anshori. (Posmetro.co/mrs)

    LINGGA, POSMETRO.CO: Adanya rencana Pemkab Lingga mengembalikan ratusan orang mahasiswa di Tanjungpinang ke Kabupaten Lingga, akan menimbulkan kecemasan masyarakat. Banyak yang tak menyangka jika bloking area berujung pengambilan mahasiswa yang berada di zona merah untuk pulang ke Lingga.

    Perlu di garis bawahi, Kabupaten Lingga sejak dilakukan bloking area oleh Pemkab Lingga, sampai hari ini, Kabupaten Lingga masih nihil warga yang terjangkit Virus Corona (Covid-19). Dan masyarakat masih merasa aman dan nyaman meski di luar sana dihebohkan dengan mewabahnya virus mematikan itu.

    Terkait adanya pengembalian mahasiswa tersebut, Mantan Ketua IMKL Kota Batam, Fahrul Anshori menyayangkan sikap mahasiswa Kabupaten Lingga saat ini yang tidak mampu berdiri di atas kepentingan rakyat.

    Bukan tidak beralasan, kata dia, pernyataan tersebut dia lontarkan ketika dipandang para mahasiswa di perantauan hanya mampu memikirkan kepentingan sendiri, ketimbang bersama menyuarakan kepentingan rakyat di tengah mewabahnya Covid-19 ini.

    Katanya lagi, sebagaimana diberitakan, Pemerintah Kabupaten Lingga rencananya akan menjemput ratusan mahasiswa untuk pulang, di tengah berlakunya bloking area, yakni mulai Kamis (23/4) hingga Sabtu (25/4). Begitu juga biaya pemulangan ini dibiayai melalui dana penanggulangan Covid-19 dari Kabupaten Lingga.

    “Artinya, mahasiswa dan pelajar itu tidak akan dipungut biaya sepeserpun. Harusnya mahasiswa memikirkan dampak semua itu, karena akan berakibat luas nantinya,” kata Fahrul Anshori, Kamis (23/4).

    Menurut Ketua Persatuan Pemuda Tempatan (Perpat) Kabupaten Lingga ini, para mahasiswa mampu menyuarakan kepentingan mereka untuk bisa berkumpul bersama keluarga. Namun melalaikan kepentingan masyarakat diperantauan yang tidak bisa ikut pulang, karena sama-sama anak tempatan dan memiliki KTP Lingga.

    “Bagaimana tidak, pemerintah hanya memprioritaskan penjemputan para mahasiswa, bukan semua masyarakat Lingga yang berada di luar daerah lewat pelabuhan Kota Tanjungpinang. Sedangkan mahasiswa, seakan tak mampu mengambil sikap untuk membela masyarakat, setelah mendapat itikad baik pemerintah dimasa bloking area sampai 8 Juni mendatang,” ketusnya.

    Menurutnya lagi, mahasiswa seharusnya bisa memberikan solusi lebih bijak kepada pemerintah daerah terkait hal penjemputan pulang ke kampung halaman dengan tidak mengecualikan masyarakat Kabupaten Lingga yang merantau.

    “Sebagai mantan ketua IMKL saya pribadi sangat sedih dengan keadaan sekarang. Sudah hilang jiwa kepahlawanan mahasiswa. Seharusnya mereka berpikir itu. Satu saja mahasiswa angkat koper, seribu rakyat harus ikut naik di kapal pulang. Jika tidak, yang tidak semua. Agar masyarakat juga tidak berkecil hati,” tegas dia.

    Mantan mahasiswa pergerakan ini juga mengatakan dengan kapasitas sebagai pemuda yang terdidik, apalagi yang aktif dalam pergerakan. Mahasiswa harus bisa membela kepentingan bersama, termasuk kepentingan masyarakat.

    Justru ditengah pandemi ini, sambungnya lagi, para mahasiswa harus menjadi pahlawan atas apa yang menjadi kebijakan-kebijakan daerah. Turut serta memikirkan solusinya, bagaimana masyarakat Lingga diluar daerah bisa ikut pulang. Atau sama-sama tetap berada di luar daerah sampai bloking area dibuka pemerintah daerah.

    “Mahasiswa, jika memikir masyarakat diluar sana, mereka bisa mengambil dua pilihan. Pulang kampung, tapi rakyat harus ikut pulang, atau tidak sama sekali. Biar semua berada diluar daerah termasuk rakyat kita, artinya dalam hal ini tidak ada yang dikucilkan, dilalaikan atas kebijakan pemda,” imbuhnya.

    Dia berharap, statement ini dapat menjadi pandangan mahasiswa. Dengan harapan besar, mahasiswa tetap berdiri di atas kepentingan masyarakat bukan kepentingan pribadi.(mrs)