Bincang Sejarah, Ada Nama dan Orang Daik di Terengganu

    spot_img

    Baca juga

    Genset Indomaret Digondol Maling, Tiga Pelaku Ditangkap, Satu Orang Buron

    BATAM, POSMETRO: Satu unit genset Indomaret Botania 2, Kecamatan...

    Ahmad Yuda Siregar Calon Bupati yang Bakar Istri, Dituntut Hukuman Mati

    BATAM, POSMETRO: Hukuman mati menurut Windi Martika, pantas bagi...

    Halal Bihalal Bersama PMI di 12 Negara, IBA: PMI Menopang Perekonomian Nasional

    BATAM, POSMETRO: Internasional Bisnis Asosiasi (IBA) kembali menggelar acara...

    Gubernur Serahkan Bantuan Senilai Rp7,45 Miliar di Tarempa, Anambas

    KEPRI, POSMETRO: Menutup kunjungan kerja di Kabupaten Kepulauan Anambas,...
    spot_img

    Share

    Profesor Dr. Kamaruzzaman ketika mengulas bukti sejarah antara Terengganu dan Daik Lingga. (Posmetro.co/mrs)

    LINGGA, POSMETRO.CO: Selain punya ikatan sejarah Melayu yang kuat di masa Sultan Lingga Riau yang pertama, Sultan Abdul Rahman Syah dan Sultan Mahmud Muzafar Syah di Terengganu, Malaysia, sampai saat ini masih ada warisan yang terkait dengan Lingga.

    Melihat fakta dan data pendukung, adanya hubungan batin tersebut di tandai dengan adanya nama Jalan Daik di tengah Bandar Terengganu, juga ada nama Kampung Daik, Tenunan Kain Songket, Gamelan Melayu dan alat musik.

    Kegiatan bincang-bincang menyangkut tentang sejarah ini, juga merupakan salah satu rangkaian dari semarak Lingga Terbilang Sempena Hari Jadi ke-16 Kabupaten Lingga yang dihelat selama satu pekan.

    Cerita itu diulas oleh Profesor Dr. Kamaruzzaman ahli sejarah dan Permuseuman Utama Johor pada acara bincang-bincang hubungan sejarah antara Lingga dan Terengganu. Melalui bincang-bincang tersebut oleh Pemkab Lingga melalui Dinas Kubudayaan Lingga di Balai Adat Melayu Damnah Daik Lingga, Jalan Raja Muhammad Yusuf Daik Lingga, Minggu (24/11).

    “Selain itu pula, ada juga Bahasa Melayu dialek Lingga dan dialek Terengganu (Lingga Utara) serta Alquran, juga masalah Lingga dan Terengganu,” kata Profesor Kamaruzzaman mengungkap sejarah Lingga dan Terengganu.

    Dalam bincang-bincang itu juga, Said Baragbah Ali juga mengungkapkan kalau keluarganya masih menyimpan kain lama tenunan Terengganu sebab keluarganya dulu banyak yang tinggal di Terengganu.

    Kemudian, kata Said Baragbah, di Terengganu sendiri masih banyak dijumpai keluarga-keluarga yang mengaku berasal dari Daik, umumnya menyebut dari Resun dan mempunyai ikatan kekeluargaan yang mereka beri nama Kumpulan Anak Beranak Orang Daik, dengan jumlah anggota 400 orang anggota.

    “Kami berharap dengan adanya hubungan sejarah kebudayaan keluarga yang sangat erat ini, Pemkab Lingga dan pembesar-pembesar Terengganu dapat lebih menjajaki kerjasama lebih nyata sehingga kedua belah pihak dapat menjalin hubungan yang dapat memberikan banyak manfaat kepada daerah dan masyarakat. Apakah orang Lingga bolak-balik ke Terengganu setiap saat dan begitu juga sebaliknya,” pinta Said Baragbah dengan memberi sedikit contoh.

    Dinas Kebudayaan mewakili Pemkab Lingga merespon positif tertantang apa yang diusulkan Pak Said Baragbah dan Pak Profesor Kamaruzzaman serta undangan yang hadir, tapi dia juga berharap agar hubungan sejarah antar Lingga dan Terengganu dapat segera ditulis dengan melibatkan para penulis kedua belah pihak.

    “Melalui penulisan sejarah yang melibatkan penulis Lingga dan Terengganu, supaya informasi dapat dikumpul menjadi satu melalui sumber-sumber yang didapatkan dari kedua belah pihak,” pintanya berharap.

    Acara bincang-bincang penuh dengan manfaat tersebut juga dihadiri atau disaksikan Raja M. Khalid yang merupakan salah satu Zuriat Kesultanan Lingga yang tinggal di Singapura, sejarawan dan budayawan muda Lingga, M. Fadillah dan Lazuardi serta Datok Syarifah Faridah serta tokoh masyarakat Kabupaten Lingga.(mrs)