Air Mata Wanita Ini Menetes saat Kiosnya Dibongkar

    spot_img

    Baca juga

    Tahun 2024, 731 JCH Batam Berangkat

    BATAM, POSMETRO.CO : Tercatat 731  Jamaah Calon Haji (JCH)...

    Gubernur Ansar: Modal Baik untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

    KEPRI, POSMETRO: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau...

    Jaga Kepercayaan Publik, BP Batam Tingkatkan Kualitas PPID BP Batam

    BATAM, POSMETRO: Badan Pengusahaan (BP) Batam menggelar acara Focus...
    spot_img

    Share

    Wanita ini hanya menatap dari kejauhan kiosnya yang dibongkar tim terpadu. (Posmetro.cnk)

    BATAM, POSMETRO.CO: Kumuh. Bau. Sumpek. Begitulah gambaran terakhir Pasar Induk Jodoh, waktu digusur oleh Tim Terpadu Kota Batam, Rabu (30/10) pagi. Para pedagang hanya bisa mengurut dada. Dari kejauhan, melihat kiosnya satu persatu diratakan dengan tanah. Mulai dari kios buah, kios bawang serta lainnya terlihat dibongkar paksa dengan alat berat.

    “Diangkat dulu semua itu (barang), nanti basah pula. Mau hujan ini,” kata seorang pedagang buah yang berusaha lebih cepat mengamankan barang dagangannya.

    Wanita paruh baya ini terlihat menitikkan air mata sesaat setelah atap kiosnyo satu persatu dibongkar.

    “Jeruk kami masih penuh. Apa mau langsung dibersihkan semua,” tanya dia lagi yang khawatir dengan keranjang jeruknya.

    “Woy….masih banyak nyah barang-barang di dalam itu. Masih lima kotak lagi, tahan dulu,” kata pedagang sebelahnya. Pedagang lainnya, juga mengaku kesal atas penertiban itu. Pria yang enggan namanya dikorankan itu meminta pemerintah harusnya memperhatikan kondisi para pedagang sebelum menggusur.

    “Pasar Induk ini yang meramaikan kami-kami dan juga pedagang kecil,” aku pria yang sudah berjualan sejak 2006 itu.

    Pria asal Sumatera Utara itu menyebut, hanya separuh pedagang dipindahkan ke Pasar Jodoh Baru, sementara di seberangnya ada Pasar Tos 3000 Jodoh, yang lebih lengkap dan komplit jualannya. Dirinya pesimis dagangannya laku berjualan di Pasar Jodoh Baru (pasar sementara) yang difasilitasi oleh Pemko Batam itu.

    “Nggak ada solusinya. Maunya pedagang dipindahkan semua ke sana (pasar sementara). Lihat dalam setahun, jangan dikutip dulu retribusinya. Tapi ini nggak, langsung bayar Rp 1 juta selama tiga bulan pertama. Kalau ramai pasarnya tak apa,” keluhnya.

    “Kita senang nya digusur. Tapi solusi yang diberikan Pemko itu kurang tepat,” timpalnya lagi.(cnk)