Berdiri 1979, Pabrik Kecap di Tanjung Pinang Ini Idola Wisatawan

    spot_img

    Baca juga

    Tahun 2024, 731 JCH Batam Berangkat

    BATAM, POSMETRO.CO : Tercatat 731  Jamaah Calon Haji (JCH)...

    Gubernur Ansar: Modal Baik untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

    KEPRI, POSMETRO: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau...

    Jaga Kepercayaan Publik, BP Batam Tingkatkan Kualitas PPID BP Batam

    BATAM, POSMETRO: Badan Pengusahaan (BP) Batam menggelar acara Focus...
    spot_img

    Share

    Kecap buatan PT Sumber Jaya yang diolah dengan cara tradisional siap untuk didistribusikan. (Posmetro.co/aiq)

    PINANG, POSMETRO.CO: Sabtu (11/1) pagi, jam 11.00 WIB, di Kampung Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, POSMETRO.CO berkunjung ke PT Sumber Jaya, pabrik kecap tertua yang ada di Tanjungpinang.

    Suasana pabrik yang berdiri di atas lahan seluas setengah hektare itu, begitu sepi. Hanya ada tiga orang pekerja di sana. Dua lelaki dan satu perempuan.

    Dua lelaki itu, Kerani (mandor) dan Acong (pekerja). Sedangkan seorang perempuan lagi adalah Mila. Karyawan khusus pencuci botol kecap.

    Nama aslinya memang Mila. Tetapi, orang-orang lebih suka memanggilnya dengan sebutan Pesek.

    Mila, perempuan usia 45 tahunan itu mengaku sudah puluhan tahun bekerja sebagai pencuci botol kecap di pabrik tersebut.

    Bahkan, ia mengakui bekerja di pabrik itu sejak lulus sekolah dasar. “Lupa saya tahun berapa bekerja di sini. Tapi, yang saya ingat, waktu itu saya baru tamat SD melamar di pabrik ini, alhamdulillah diterima,” kata Mila mengawali kisahnya saat menjawab POSMETRO.CO.

    Soal upah, jujur ia menerima berapa pun yang diberi majikannya. “Saya tak pernah menghitung berapa upah saya. Pokoknya saya kerja. Gajinya terserah bos,” sebut Mila sembari melepas tawanya.

    Kata perempuan beranak 3 ini, bosnya tidak pernah menentukan jam berapa Mila harus mulai masuk kerja. Sebagai pencuci botol, Mila punya jam kerja sendiri.

    Dalam sehari, Mila ditargetkan mencuci 1.200 botol. Itupun terserah Mila, dari jam berapa pekerjaannya itu dimulainya.

    “Bos bilang terserah mau dicuci jam berapa, botolnya. Asal 1.200 botol itu selesai dicuci,” sebut Mila.

    Kata Mila, sebenarnya sudah lama ketiga anak-anaknya memintanya berhenti dari pekerjaannya itu. Apalagi, anak-anak Mila sudah dewasa dan sudah berumah tangga semua. Namun, ia tak ingin menganggur. Apalagi, suaminya lumpuh. Jadi, ia harus tetap bekerja.

    “Anak-anak tetap memberi saya uang bulanan. Tapi, saya tetap ingin bekerja. Untuk tambah-tambah uang belanja,” katanya.

    Usai puas bercerita soal kisah hidupnya, Mila pamit pulang. Apalagi, waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Katanya harus pulang untuk melihat suaminya di rumah.

    “Saya pulang dulu ya, mau lihat suami dulu di rumah. Kan jam makan siang. Soalnya suami lumpuh jadi saya harus menyiapkan makan siangnya,” kata Mila, yang tak lama kemudian meninggalkan pabrik.

    Sementara itu, Kerani (mandor pabrik) memeriksa hasil cucian botol Mila. Apakah sudah bersih atau belum. Maklum, meski botol-botol itu bersih, tetapi perlu dicuci ulang.

    Ditanya soal sejarah pabrik kecap PT Sumber Jaya, Kerani menyebutkan kalau pabrik kecap ini berdiri sejak tahun 1979.

    Menurut Kerani, kecap-kecap hasil produksi pabrik itu didistribusikan ke pulau-pulau sekitar Tanjungpinang, serta sejumlah swalayan di Tanjungpinang.

    Ada tiga merek kecap asin produk PT Sumber Jaya. Kecap asin Merek Pagoda, itu kecap spesial. Lalu, Merek Kelapa, dan Merek Ayam. Ada produk cuka juga diolah.

    Dijelaskan Kerani, Kecap Cap Pagoda itu proses olahannya memakan waktu cukup lama. “Bisa sampai satu tahun. Semakin lama, proses fermentasinya, bakal semakin enak. Bahkan, kecap pagoda juga bisa jadi obat bagi orang yang muntah darah. Dijamin setelah minum kecap asin Pagoda bisa berhenti muntah darahnya,” ujar Kerani.

    Perlu diketahui juga, pengolahan kecap di PT Sumber Jaya ini benar-benar tradisional. “Bukan olahan pabrik yang menggunakan mesin atau alat-alat canggih. Jadi benar-benar tradisional,” sebut Kerani.

    Hal ini juga dijelaskan Erni, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Senggarang, bahwa Pabrik Kecap ini benar-benar diolah secara tradisional.

    “Sayang sekali hari ini tidak ada proses memasak kecapnya. Karena masih proses fermentasi. Jadi belum bisa dimasak,” jelas Erni.

    “Proses memasaknya juga menggunakan tungku besar. Jadi, masaknya pakai kayu,” sebut Erni lagi, sambari menunjukkan dapur yang digunakan untuk memasak kecap mentah itu menjadi matang.

    Sebagai Ketua Pokdarwis, Erni mengaku bangga bisa memperkenalkan proses pembuatan kecap ini ke wisatawan.

    Katanya, ada paket pecinan yang dijual pokdarwis. Untuk paket pecinan ini, wisatawan diajak ke tempat-tempat bersejarah yang bernuansa budaya dan tradisi orang-orang Cina zaman dahulu. Termasuk, diajak ke pabrik kecap yang berdiri sejak 1979 itu.

    Wisatawan yang diajak ke pabrik kecap rata-rata senang dan mereka pasti membeli kecap, untuk oleh-oleh mereka.

    Dulu, lanjut Erni, pabrik ini tertutup untuk umum. Tapi, baru belakangan ini, pemilik pabrik bersedia menerima tamu yang berkunjung ke pabriknya.

    Sedangkan tugasnya sebagai pokdarwis hanya ikut mempromosikan keberadaan pabrik kecap kuno ini ke masyarakat dan juga wisatawan luar negeri.

    Produk kecap buatan pabrik ini dijamin halal. Karena sudah mendapat sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).(aiq)