Sayap-Sayap Patah: Kisah Kehidupan Anggota Densus Sebenarnya

    spot_img

    Baca juga

    Suami Pembunuh Sang Istri di Kundur di Dor

    KARIMUN, POSMETRO.CO: Pelaku IW, sang suami yang tega membunuh...

    Da’i Kamtibmas Bantu Tugas Polisi Sejukkan Hati Jamaah

    BATAM, POSMETETRO: Wujudkan situasi keamanan ketertiban masyarakat atau Kamtibmas,...

    3 Kapal Asing Curi Ikan Gunakan Trawl, Pung: Kerusakan Ekologinya Lebih Besar

    BATAM, POSMETRO: Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP berhasil...
    spot_img

    Share

     

    BATAM, PM: Film Sayap-Sayap Patah masih tayang di bioskop CGV Grand Batam Mall, Lubukbaja, Batam, Kepri. Minggu (18/9) sore, mahasiswa, GP Ansor, Banser NU, mantan teroris dan warga Batam lainnya meramaikan studio satu bioskop.

    Film ini terinspirasi dari kisah nyata, yaitu peristiwa kerusuhan di Mako Brimob pada Mei 2018. Pada peristiwa tersebut 155 narapidana berhasil keluar dari sel tahanan, 1 orang narapidana meinggal dan 5 anggota Densus 88 meninggal dunia.

    Pusat ceritanya adalah Adji, seorang Densus 88 yang istrinya sedang hamil tua. Saat hamil tua, seorang perempuan tentunya ingin dimanja dan diberikan banyak waktu oleh sang suami. Namun, sebagai istri anggota, Nani harus rela, notabene sang suami tak sepenuh miliknya tapi juga milik negara.

    “Filmnya mengandung bawang (sedih). Serta kejamnya teroris,” kata Yen, usai menonton film Sayap-Sayap Patah.
    Dia berharap, agar masyarakat lebih jernih memahami suatu ideologi. “Karena radikalisme ini sangat mudah meracuni pikiran orang. Terutama generasi muda,” singgungnya.

    Kepala Unit Identifikasi dan Sosialisasi, Satgaswil Kepri Densus 88 AT, Ajun Komisaris Polisi Risyal mengatakan, film ini dibuat agar masyarakat Indonesia tidak melihat hanya dari satu sisi saja. “Yang selama ini selalu terekspos di media itu orang-orang yang kita tangkap, bagaimana kehidupan anggota Densus yang sebenarnya belum pernah terekspos,” ujar Risyal usai kegiatan nonton bareng.

    Menurut Risyal, anggota Densus mengorbankan keluarga, waktu bahkan nyawanya sendiri, untuk menjaga keamanan negara ini. “Kita mau menginformasikan ke masyarakat bahwa ancaman teroris itu ancaman yang sangat nyata,” tegasnya.

    Jadi, lewat edukasi seperti ini pihaknya ingin memberitahukan kalau pencegahan penyebaran paham radikalisme itu harus melibatkan semua pihak, terutama mahasiswa. Sebab tumbuhnya bibit-bibit radikalisme itu dimulai dari kampus, tingkat sekolah, dan tingkat dini.

    “Beberapa tersangka yang kita tangkap masih usia dibawah 20 tahun. Makanya kita undang mereka biar mereka menyadari bahwa ternyata pemahaman itu dengan mudah meracuni pola pikir orang terutama mereka yang berada di usia-usia rawan,” kata Risyal.

    Lanjut dia, dilihat di filmnya ada keponakan tersangka yang berusia sangat muda, hanya dijanjikan surga dan pahala menurut versi yang salah, akhirnya karena hanya memiliki pendidikannya yang minim dia mudah terhasut untuk melakukan tindak pidana terorisme. “Ini tugas berat kita. Bukan hal yang mudah untuk kita perangi dan antisipasi bersama,” singgungnya.

    Terhadap mantan terorisme yang sudah bebas, saat ini pihaknya terus melakukan pembinaan secara berkelanjutan. “Mereka kita rangkul, mereka ini saudara kita yang terpeleset. Bahkan saat ini eks napi teroris sudah ada yang bekerja kembali dan diterima oleh masyarakat,” tutupnya.(cnk)