Irwansyah: Pengelolaan Air Bersih di Batam Gagal  

    spot_img

    Baca juga

    33 Permohonan PKKPR Dibahas Forum Penataan Ruang Daerah

    BATAM, POSMETRO.CO : Forum Penataan Ruang Daerah (FPRD) Kota...

    Pejabat TNI AL Kunjungi Pemko Batam

    BATAM, POSMETRP.CO : Sejumlah pejabat tinggi TNI Angkatan Laut...

    Indosat Ooredoo Hutchison dan Mastercard Umumkan Kemitraan Cybersecurity Center of Excellence

    >>>Mengupayakan perlindungan serta peningkatan kepercayaan dalam ekonomi digital Indonesia JAKARTA,...

    Halal Bi Halal Guru dan Murid SD 01 Ranai Usai Lebaran Idul Fitri 1445 H

    NATUNA, POSMETRO.CO : Majelis guru, dan murid Sekolah Dasar...

    Kepala BP Batam Dukung Realisasi Pembangunan Premium Outlet Pertama di Batam

    BATAM, POSMETRO: Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) melalui Biro...
    spot_img

    Share

    INI mungkin menjadi catatan yang kurang baik. Saat lebaran, kemarin aliran air bersih malah bermasalah. Warga banyak mengeluhkan kinerja PT Moya yang dipercaya untuk menangani air bersih pengganti PT ATB.

    Apa yang terjadi sebenarnya dengan layanan air bersih saat ini di Batam? Dalam sebuah diskusi Metro Forum, bersama DR H Irwansyah SE, MM, mengulas secara blak-blakan terkait beragam kondisi salah satunya pelayanan air bersih saat ini. Dipandu oleh Direktur POSMETRO Hariyanto, berikut petikan wawancaranya:

    Menurut Anda, apa yang belum dilakukan oleh pejabat saat ini? Hal mendasar apa yang mestinya dilakukan untuk kepentingan masyarakat ?

    Jadi sebenarnya tugas pemerintah itu yang wajib kan ada tiga yang mendasar, masalah kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Dan saya rasa ketiga-tiganya masih butuh banyak perhatian.

    Salah satunya yang paling sering kita dengar atau mengemuka masalah lapangan kerja. Ini yang biasa disampaikan kepada kami sebagai anggota DPRD, secara langsung atau pun pada saat reses.

    Seandainya terpilih menjadi pemimpin di Batam, apa program utama yang Anda akan lakukan?

    Sebagaimana saya sampaikan, ada kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu contoh masalah air. Salah satu contoh pas lebaran kemarin, air malah mati. Masyarakat banyak yang menjerit dan mengeluh. Ternyata pemerintah tidak bisa menyediakan kebutuhan mendasar itu di saat hari besar seperti Idul Fitri. Kemudian masihbanyak juga permasalahan di pendidikan dan kesehatan.

    Tadi disebut-sebut ada permasalahan air bersih. Apalagi air bermasalah saat lebaran. Dan masayarakat juga sebenarnya sangat berharap lebih dengan peralihan dari ATB ke Moya saat ini. Harapan masyarakat tentulah tinggi, pelayanan harus lebih bagus. Faktanya ada keluhan-keluhan yang justru lebih buruk saat masa ATB dulu.

    Bagaimana bisa menuju ke Batam sebagai kota yang lebih maju, kota modern, kota baru atau smart city dengan kondisi pelayanan air bersih yang tidak lebih baik?

    Saya menggaris bawahi. Saya pikir saat ini juga media agak kurang mengkritisi soal ini. Begini, saya tahu persis masalah air. Karena ketika saya masuk DPRD Batam saya berada di komisi III dulu. Saya setiap tahun pasti rapat dengan ATB. Jadi BP Batam itu menurut saya gagal untuk melayani air bersih di Kota Batam pasca berakhirnya konsesi dengan ATB.

    Mungkin saya mulai dari kewenanganan. Di banyak daerah di luar Batam, air bersih itu dikelola oleh PDAM. Langsung di bawah pemerintah daerah kota atau provinsi. Di Tanjungpinang misalnya, dikelola oleh Tirta Kepri, itu yang di bawah provinsi. Di kabupaten lain mungkin lain lagi. Nah, di Batam karena saat itu Otorita Batam (OB), itu menyerahkan kepada pihak ketiga. Swasta, namanya PT ATB. Diberikan hak ekslusif selama 25 tahun. Itu yang disebut konsesi. Dari tahun 1995 sampai 2020.

    Saya baca, itu terus terang, sangat-sangat menguntungkan pihak swasta. Tapi dengan begitu pihak swasta ada kewajiban. Harus membangun pipa baru sekian kilometer, dijabarkan tiap tahun. Harus menggati pipa lama sekian kilometer. Terus harus melayani sambungan baru sekian ribu pelanggan. Lalu, ada potable water (air yang langsung bisa diminum) Ini yang belum tuntas dilaksanakan. Sudah bisa dilakukan sebenarnya.

    Tapi alasannya pipanya yang masuk di jaringan masyarakat itu tidak standar, Jadi gara-gara konsesi itu, ATB membayar namanya fee kepada OB, pajak air. Kalau menaikkan tarif harus meminta persetujuan otorita. Dan Otorita meminta persetujuan DPRD Batam.

    Saya saat itu mengontrol setiap tahun. Selalu ada laporan berapa tiap tahun pipa baru yang dipasang, berapa pipa yang mau diganti, dan berapa pelanggan baru. Jadi jelas. Kita juga juga terus monitor berapa kemampuan debit airnya.

    Dalam perjalanan kita juga membahas kebutuhan-kebutuhan air. Dengan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah. Kita Punya waduk duriangkang, Seiladi, Baloi, Nongsa, Mukakuning.

    Ini dihitung berapa debit airnya. Terakhir, akan terjadi kekosongan. Akhirnya dimulai dengan pembangunan waduk baru, di Tembesi. Butuh waktu lima tahun menawarkan air laut. Lalu dibangun instalasi pengelolaan air bersihnya. Sampai sekarang ternyata, tidak selesai.

    Jadi saat kemarin ada masalah, BP Batam mengambil jalan pintas dengan menarik pipa dari Tembesi ke Munkakuning. Ini menurut saya kerja yang tidak profesional.

    Saya tahu saat ATB meninggalkan pengelolaan air di Batam sudah cukup bagus kondisinya,. Coverage area itu sudah 95 persen yang sudah dilayani. Sambungan sudah 200 ribu lebih. Terus ada stress area tinggal di Tanjunguncang dan Bengkong.

    Dalam pandangan saya, menangani air bersih ini tidak susah. Ada airnya, Kita salurkan pakai pipa, pompa, dan ada listriknya. Ini bukan teknologi tinggi dan sulit seperti ke luar angkasa. Kalau tekanan kurang, pompa dibesarin. Kalau aliran kurang, pipa dibesarin. Selesai. Persoalannya niat itu ada atau tidak. Jadi akhirnya saya lihat BP Batam ini gagal. Mestinya sebelum akhir konsesi setahun-dua tahun sudah ada persiapan di masa transisi konsesi. Jika konsesi tidak diperpanjang, mestinya diberitahu setahun atau dua tahun sebelumnya.

    Inilah proses transisi. Harusnya sudah sekian lama, sudah harus mempersiapkan ini. Dalam pikiran saya, saat itu, BP Batam sudah mampu untuk mengelola sendiri. Karena, pipanya sudah ada, pompa sudah ada, teknologi sudah ada, orangnya juga sudah ada. Ternyata, saya mendengar BP Batam menyerahkan lagi ke pihak ketiga. Dibuatlah lelang. Akhirnya masuklah PT Moya. Sekarang pun tak jelas. Moya saat transisi banyak sekali masalah. Karena tidak dipersiapkan. Dulu saat di tinggalkan ATb tingkat kebocoran itu sekitar 10 persen, sekarang sekitar 20 persen. Jadi menurut saya BP Batam lalai.

    Jadi sekarang saya sudah tidak tahu lagi ini, ada yang namanya Batam hulu, Batam hilir. Dan Moya ini dimana?

    Jadi Saya kemarin mendengar rekaman Pak Lik Khai dengan Direktur Moya. Jadi Moya ini ternyata tak ada investasi. Moya tidak investasi cuma operasional. Dalam pikiran saya, kalau cuma operasional siapa saja bisa. Menurut saya, Bp tidak mampu ngurus air bersih.

    Kalau begitu solusinya apa?

    Ya harus diganti.

    Siapa yang harus diganti? BP Batam atau Spam sebagai regilator, dan moya sebagai operatornya?

    Ini sekarang yang tak jelas. Saya juga gak tahu. Karena saat diundang mereka juga tidak datang. Siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap air bersih di Batam.

    Terakhir saya mendengar, soal telpon antara Lik Khai dan Teddy Dirut Moya, bilang tidak investasi yang investasi itu di BP Batam, yang pasang pipa itu BP Batam.

    Saya sebenarnya akan mengundang ATB juga. Karena sebenarnya pendapatan air ini kan puluhan miliar tiap bulan. Kan air ini tidak beli. Ada chemical yang dikasih, cuma ada dua, pemutihan dan chemical yang memaitkan bakteri. Komponen air itu cuma listrik chemical sama bayar orang. Di atas kertas ini bisnis menggiurkan. Karena pendapatan itu sangat menguntungkan.

    ATB saja bisa untung 27 persen dengan investasinya. Dibandingkan dengan daerah lain, di Batam ini sebenarnya sudah bagus.

    Dulu saya punya buku konsesinya, kewajiban ATB dan haknya apa, kewajiban dan haknya BP Batam itu apa. Kalau sekarang kan tidak tahu.

    Jadi mestinya apa solusi yang harus dilakukan? Apa yang mesti dilakukan BP Batam? Menggantikan Moya atau seperti apa?

    Saya tidak bisa bicara tanpa tahu apa persoalannya. Tentu kami minta pertanggung jawaban pemerintah. Kami perlu tahu apa yang dilakukan pemerintah. Mengapa rakyat kita sangat susah mendapatkan air bersih. Dari situ bisa kita lihat apa solusi yang bisa diambil.

    Yang pasti gagal. Transisi sudah sekitar tiga tahun tidak juga bagus. Sebetulnya, saya agak susah bcara dengan posisi saya sekarang running mau ke eksekutif, nanti saya dianggap punya kepentingan politis. Saya nanti dianggap mau menyerang pihak lain. Dianggap mencari simpati.

    Tapi inikan demi masyarakat, apalagi masalah air ini kan kebutuhan dasar?

    Iya ini kebutuhan dasar. Sebetulnya saya anggap BP Batam ya gagal.

    Moya atau BP Batam yang gagal?

    Saya bicara pemerintah, ya BP Batam. Moya itu cuma pesuruh. Contoh kita mau bangun rumah atau gedung. Kita cari kontraktornya, kalau tidak selesai ya ganti kontraktornya. Jadi cari lah yang lain, apa langkahnya. Belum ada satu pun yang bisa menjelaskan apa masalah air di Batam. Kenapa bisa bikin jalan-jalan besar, lantas masalah kebutuhan dasar belum tuntas. Saya bukan tidak setuju dengan infrasktruktur, ini juga penting. Tapi ada prioritas.

    Jadi kita tahunya pemerintah. Jangan semua digiring, ini salahnya Moya saja. Tapi masayarakat tahunya ini adalah Moya. Seperti dulu ATB, saat ada masalah, masyarakat menyalahkan ATB.

    Tapi sesungguhnya seperti saat ini, apakah Moya sama seperti ATB dulu atau bagaimana?

    Tidak saya tidak bisa memasitkan karena belum dengar langsung. Cuma dari sekilas yang saya dengar dari rekaman Lik Khai (anggota DPRD Batam) dengan Tedy Moya, bahwa Moya itu tidak ada investasi. Investasi justru di BP Batam. Berati Moya tidak membangun pipa.

    Lalu apakah BP Batam mendekler Moya yang saat ini menangani air? Kalau saat dulu kan memang didekler kalau ATB yang menangani masalah air. Terbuka. Sekarang coba ditanya ke BP Batam. Siapa sekarang yang mengelola air? Misalnya Moya, tanya juga Moya itu pekerjaannya apa saja? Mungkin ini adalah tugas wartawan.

    Akhirnya bisa terbuka. Saya baca di media, ada yang namanya Batam hulu, Batam hilir. Terus Moya di mana? Setahu saya dulu, masa transisi itu Moya. Jadi memang saat ini agak gelap. Masa ATB perusahaan yang sudah lama mengelola air di Batam bisa kalah, didiskualifikasi. Apa masalahnya? Dan itu kita tidak tahu.

    Kalau tender itu kan biasanya masalah harga atau beauty contest. Siapa yang paling bagus penawarannya. Mungkin Moya akan menyelesaikan masalah air sekian tahun, memberikan kontribusi kepada pendapatan BP sekian. Begitulah kira-kira. Inilah yang dipilih, mana yang menarik. Tapi sampai sekarang kan belum tuntas.

    Mestinya kuncinya di BP Batam. Pemerintah. Bukan di Moya. Moya itu cuma pesuruh. Kalau tidak bisa ya diganti (Moya).

    Kewenangan itu ada di BP Batam. Kalau BP tidak mampu mengurus masalah air, serahkan kepada pemerintah daerah. Ada kota, ada provinsi. Kalau memang masih sanggup, apa langkah BP? ***