BATAM, POSMETRO.CO : Kemacetan di Jalan R. Suprapto, tepatnya di depan SPBU Tembesi, Batuaji tidak terurai, Kamis (19/01) pagi. Hal tersebut karena supir truk (khusus solar) boikot jalan lantaran hendak mengisi solar.
Informasi yang dirangkum POSMETRO, awalnya kemacetan terjadi di depan SPBU Top 100. Namun BBM jenis solar di SPBU Top 100 sedang kosong. Hal ini membuat supir truk harus mendatangi SPBU Tembesi, yang jaraknya sekitar 1 km dari Top 100.
Namun pengantri solar di SPBU Tembesi sudah panjang. Pengendara truk yang baru datang tidak ada parkir lagi dan memilih menggunakan bahu jalan raya. Tentu pengguna jalan lain dari SP Plaza menuju Mukakuning, kesulitan melintas.
Imbasnya, kemacetan tidak bisa dielakkan. Panjang kemacetan diperkirakan sampai ke kawasan SP Plaza Sagulung atau 2 km. Tidak hanya itu saja, ruas jalan dari Mukakuning menuju kawasan SP Plaza, juga macet total karena banyak pengendara yang mengambil jalur alternatif.
“Sudah lama terjebak di dalam kemacetan ini, mobil sama sekali tidak bisa bergerak,” ucapnya Siska, pengendara mobil yang terjebak kemacetan.
Tonggo, seorang warga menyebut kemacetan terjadi karena pengendara mobil truk tidak sabar untuk antri. Mereka (supir truk) berlomba menuju antrian depan, imbasnya pengguna jalan tidak bisa melintas.
“Parahnyùa lagi, mobil yang hendak memutar balik di U-turn depan SPBU Tembesi tidak bisa bergerak, sehingga kendaraan di belakang tidak bisa jalan, ada yang nekad ambil jalan pintas depan ruko,” ucap Tonggo.
Tonggo menyampaiakan, kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Namun sebelumnya supir yang antri masih bisa diakomodir agar tidak menghambat bahu jalan.
“Tapi kali ini begitu runyam. Truk tidak bisa di atur lagi. Sebab, truk yang ikut antri ini banyak yang datang dari SPBU Top 100 lantaran di sana kosong solar,” tuturnya.
Hingga akhirnya, arus lalulinyas bisa kembali lancar setelah petugas dari Satlantas tiba di lokasi. Di perkirakan, kemacetan berlangsumg selama 1 jam. Kedepannya, warga berharap supaya pihak SPBU selalu mengatur truk yang hendak antri.
“Jika terus begini, warga dan pekerja yang menjadi korban, ini harus diperhatikan,” pungkas Tonggo. (jho)