Miris, Satu Sekolah di Batam Ini Ruang Belajarnya Mirip Food Court Dibanding Kelas

    spot_img

    Baca juga

    Masih Suasana Syawal, BP Batam Menggelar Halal Bihalal Bersama Forkopimda

    BATAM, POSMETRO: Masih dalam suasana bulan Syawal, Badan Pengusahaan...

    Modena Memperkenalkan Cooker Hood AX Series

      >>> Untuk Pengalaman Memasak Lebih Modern BATAM, POSMETRO.CO : Modena,...

    Kunjungan Kapal ke Pelabuhan Batam Meningkat 9 Persen di Triwulan I Tahun 2024

    BATAM, POSMETRO: Badan Usaha Pelabuhan Badan Pengusahaan (BP) Batam...

    Semarak Nan Meriah, MTQH ke XIII Bintan Resmi Dimulai

    BINTAN, POSMETRO: Musabaqah Tilawatil Qur'an dan Hadits (MTQH) ke...
    spot_img

    Share

    BATAM, POSMETRO.CO : Di saat memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Komisi IV DPRD Kepulauan Riau yang membidangi pendidikan, menemukan ruang kelas tidak layak lebih tepatnya belajar di ruangan terbuka di SMA Negeri 25, Tanjung Buntung, Batam, Jumat (13/5).

    “Bahkan lebih ironisnya lagi, salah satu ruang kelas bersebelahan dengan toilet bagi siswa dan guru,” ujar Uba Ingan Sigalingging, Anggota Komisi IV DPRD Kepri.

    Katanya, pihak sekolah hanya memanfaatkan lahan kavling, dengan konsep seperti foodcourt, yang akhirnya disulap menjadi beberapa ruangan kelas.

    Masing-masing ruangan kelas hanya di pisahkan dengan papan tulis yang dimanfaatkan sebagai sekat, dan masing-masing kelas juga dilengkapi dengan meja dan kursi plastik bagi para siswa.

    “Sudah sama seperti food court. Jadi kalau saat belajar mengajar, tentu saja masing-masing kelas sudah saling dengar. Tentu saja siswa tidak konsentrasi,” beber Uba.

    Perihal keberadaan SMAN 25, disebutkan Uba diketahui dari laporan masyarakat, yang mengeluhkan sistem belajar mengajar. Keprihatinan bukan tanpa sebab melihat siswa dan guru yang tengah menjalani sistem belajar mengajar di ruang terbuka..

    “Setelah melihat langsung, debu saja kalau angin kencang sudah pasti masuk dan kena siswa yang sedang belajar. Tapi sekolahnya bisa menyikapi dengan mananam tumbuhan dan menata tanaman hias di sekolah,” jelasnya.

    Uba juga menyampaikan bahwa Dinas Pendidikan Kepri, hingga saat ini belum mengusulkan mengenai dana tambahan, dalam progres pembangunan bagi SMAN 25. Dengan demikian, kondisi memprihatinkan yang dialami oleh para siswa SMAN 25, masih harus dialami hingga anggaran di tahun berikutnya.

    “Intinya kondisi seperti ini masih akan dialami oleh siswa hingga akhir tahun. Itupun kalau di tahun depan mereka usulkan, kalau tidak tentu akan lebih lama lagi siswa merasa seperti ini,” terangnya.

    Uba menambahkan, menurutnya Pemprov Kepri menganggap sektor pendidikan bukan sebagai investasi jangka panjang untuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

    “Kelihatannya Pemprov Kepri menganggap pendidikan sebagai beban. Padahal itu sebagai investasi untuk pembangunan manusia,” jelasnya.

    Uba juga menilai gagasan Gubernur Kepri saat ini menyangkut pembangunan hanya berupa mercusuar, yaitu pembangunan jembatan Batam-Bintan, pembangunan jembatan layang atau perbaikan jalan. Menurutnya pembangunan itu tidak sangat mendesak.

    “Program-program yang sangat politis harusnya itu dilakukan setelah urusan dasar atau wajib ini selesai, tapi faktanya tidak,” kata dia.

    Sementara, Kepala SMAN 25 Kota Batam M Syurman Rizal menjelaskan saat ini untuk proses belajar mengajar pihaknya menggunakan ada 9 ruangan terbuka, yang dibagi dua shift. Karena, kelebihan kapasitas pelajar. Pihaknya mulai menempati SMA 25 ini sejak tahun 2019 lalu, sebelum pelajar menumpang di SMAN 8.

    “Saat 2019 kami tertolong dengan belajar secara daring tapi saat tatap muka ini siswa terpaksa belajar dengan ruangan seadanya,” bebernya.

    Kata Syurman, untuk menyiasati belajar tatap muka saat ini pihaknya membagi proses belajar mengajar menjadi dua waktu. Untuk siswa kelas 11 pada pagi hari dan kelas 10 pada siang hari.

    “Karena yang kelas tiga baru selesai ujian sehingga proses belajar kami bagi seperti itu untuk menyiasati ruang belajar yang ada,” ungkapnya.

    Syurman menuturkan, siswa SMAN 25 Bengkong berjumlah 754 anak murid yang mengikuti proses pembelajaran.

    “Dari 754 siswa sebanyak 156 siswa kelas XII telah selesai ujian jadi agak senggang untuk ruang belajarnya,” ujarnya.

    Kondisi ruang kelas yang tidak memadai itu menurut Syurman sudah bisa diantisipasi dengan keterbiasaan guru yang mengajar.

    “Jadi karena kondisi sehingga kalau hujan atau panas para guru sudah bisa melakukan antisipasi sendiri dan Alhamdulillah, saat ujian kemarin anak-anak tidak kehujanan,” pungkasnya. (hbb)