Limbah Minyak Hitam Cemari Pesisir Pantai Baran, Nelayan Pun Bereaksi

    spot_img

    Baca juga

    spot_img

    Share

    Limbah minyak hitam yang mencemari pantai Baran dan sekitarnya. (Foto- Ist)

    KARIMUN, POSMETRO.CO: Pesisir pantai Baran  dan sekitarnya, Sabtu (16/4) tercemari limbah minyak hitam. Munculnya limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) membuat sejumlah nelayan sekitar terhenti aktifitasnya. Diduga kuat limbah tersebut berasal dari aktifitas Pengangkatan atau pengapungan bangkai Kapal MT Tabonangen 19 yang tenggelam di Perairan Karimun.

    Pengapungan bangkai Kapal MT Tabonangen ini kini menuai masalah. Kapal yang merupakan barang bukti tangkapan yang sudah di lelang tersebut kini menimbulkan keresahan bagi masyarakat nelayan sekitar. Sejumlah pesisir pantai tercemar limbah minyak hitam. Akibatnya sejumlah ikan pun terlihat mati. Tak hanya itu aktifitas nelayan untuk menangkap ikan pun terhambat akibat limbah itu.

    Kapal tangker yang sebelumnya dalam posisi karam, saat ini telah berhasil dinaikan ke permukaan laut.

    Namun, limbah dari minyak mentah yang mengendap dalam kapal tengker itulah yang diduga mencemari perairan dan hingga pesisir pantai.

    Kondisi ini diketahui sudah hampir dua pekan, sehingga membuat sejumlah nelayan setempat yang terimbas menjadi geram. Bahkan, Sabtu (16/4) kemarin para nelayan turun langsung ke lokasi kapal yang berada di tengah laut tak jauh dari pantai Baran.

    “Kondisi ini sudah hampir dua pekan belakangan ini, setelah kapal yang dulu karam kini sudah diapungkan ke permukaan. Sejak itu limbah minyak mencemari perairan hingga pesisir pantai,” ucap Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Karimun, Abdul Latif.

    Lantaran geram itulah nelayan pun turun ke Kapal tanker MT Tabonganen 19 itu, guna memastikan bahwa limbah yang mencemari perainan yang menjadi wilayah tangkap nelayan tersebut benar berasal dari bangkai kapal besi itu.

    “Tadi kita sudah lihat, masih ada sisa-sisa minyak yang kini jadi limbah dan diperkirakan jenis limbahnya sama yang ada di tangki-tangki kapal tangker itu,” tambahnya.

    Nelayan yang menjadi imbas adalah sebagain nelayan di Kecamatan Karimun dan sebagian nelayan di Kecamatan Meral.

    “Tidak semua yang terdampak, tapi untuk jumlah nelayan benar-benar kenak dampak ada sekitar ratusan nelayan,” ujarnya.

    Akibat limbah ini, nelayan kesulitan menangkap ikan. Para nelayan meninta pada pihak atau pemilik kapal yang telah memenangkan lelang kapal, agar dapat memberikan penjelasan pada nelayan yang terkena dampak.(ria/*)