Yang Tersisa di Hutan Wisata Mata Kucing (bagian 2)

    spot_img

    Baca juga

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...

    PWI Kepri Terima Kunjungan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kepri

    >>>Kampanyekan Program Merdeka Belajar TANJUNGPINANG, POSMETRO.CO : Persatuan Wartawan Indonesia...

    Peran Strategis Pabrik Baru, Batam Memperkuat Posisi sebagai Pusat Industri

    BATAM, POSMETRO.CO : Batam terus berkembang sebagai pusat pertumbuhan...

    Persiapan Muhammad Rudi Menuju Pilkada 2024  

    >>>Komunikasi dengan Partai Politik Kepri  BATAM, POSMETRO.CO : Setelah menyatakan...
    spot_img

    Share

    MENDUNG menggantung di langit Sekupang, Batam, Kepulauan Riau, tak lama berlalu. Di cuaca yang mulai terang itu, seekor anjing penjaga pintu di Hutan Wisata Mata Kucing terlihat menggerak gerakan ekornya. Sambil berguling merebahkan tubuhnya di tanah.

    Begitu pintu pagar dibuka, belasan kucing kampung berlarian menuju gerbang, seperti ada yang dinantinya. Memang suasana di Hutan Wisata Mata Kucing Batam hari itu jauh berbeda di hari-hari sebelumnya.

    Apalagi setelah belasan satwa dieksekusi oleh Bidang KSDA Wilayah I Seksi Konservasi Wilayah II Batam ke tempat konservasi lain dua hari sebelumnya. Lolongan beruk yang mendominasi di hutan seluas 200 hektar itu tidak lagi terdengar.

    “Biasanya itu (beruk) paling keras suaranya. Itu saat dikasih makan atau ada yang mengganggunya,” ucap Rizal Ansor Siregar seorang penjaga yang baru saja bersih bersih. Sekarang, Hutan Wisata Mata Kucing sepi dengan suaranya beruk.

    Pemuda yang baru delapan bulan bekerja di sana, mengaku, bersyukur masih bisa merawat hewan yang ditinggal itu. “Musang, belum dikasih makan. Biasanya 2 kali sehari, sekarang sekali sehari,” katanya.

    Rizal menyebut, kalau hewan
    bernama latin Paradoxurus Hermaphroditus ini makannya pisang, pepaya, nasi, bubur bayi, susu, ayam, telur rebus, jangkrik, capung, cacing, madu, kedelai, jagung dan bekicot.

    Selain musang, Rizal juga menunjukkan kandang lain yang didalamnya ada burung bangau 2 ekor, landak serta ular piton yang terlihat melingkar dipojok kandang.
    Kemudian ratusan ikan berbagai jenis di Telaga Nanboru. “Hanya ini yang ditinggal. Selebihnya dibawa,” ucapnya.

    Saat satwa dilindungi dibawa oleh petugas, Rizal mengaku, merekam dengan foto dan video digawainya sebagai dokumentasi. “Ada beberapa orang ke sini. Saya lupa jumlahnya. Mereka izin mau membawa satwa yang dilindungi. Katanya, biar lebih terurus lagi makannya,” kenang pemuda delapan belas tahun ini.

    Jauh sebelum pandemi, terutama saat weekend kata Rizal ada sekitar 500 pengunjung yang datang. Tapi setelah pandemi melanda hanya 15 persennya saja. “Apalagi sejak PPKM diterapkan, kita tutup,” ucapnya. Untuk tiket masuk di Hutan Wisata Mata Kucing ini kalau dewasa Rp 15 ribu dan anak-anak Rp 10 ribu.(aulia ichsan)