INI cerita Usman. Pengusaha muda, berusia 23 tahun. Sukses merintis usaha jual-beli HP. Tokonya sudah banyak cabang. Berlokasi di Lucky Plaza, Batam. Bertahun-tahun ia merintis usahanya itu. Tapi, dalam beberapa bulan, semuanya kolaps. Itu akibat hantaman Covid-19. Pandemi ini mengubah jalan hidupnya.
Sejak Maret 2020, ia mulai merasa goyang. Namun berusaha untuk bertahan. Percuma. Jual-beli makin jarang. Stok barang dagangan makin susah didapat. Juni 2020, akhir upayanya untuk melawan. Ia memutuskan untuk mengkahiri usaha jualan HP. Musibah lain juga datang. Ayahnya meninggal.
“Sempat pulang kampung. Setelah balik lagi ke Batam, saya mulai coba usaha lain,” ujarnya.
Dia kini merintis usaha budidaya ikan cupang. Jenis ikan aduan, yang kini digandrungi banyak orang sebagai ikan hias.
“Hasilnya lumayan,” ujar Wiling-itu nama lain Usman. Ditemui POSMETRO di kediamannya, Rabu (21/7), Usman terlihat sedang bersantai.
“Inilah asyiknya usaha ikan cupang, bisa santai di rumah,” ujarnya berkelakar. Ia tinggal di Perumahan Cluster Daun Blok F Nomor 2, Batam Kota. Banyak terlihat styrofoam box di teras rumah.
“Di dalam styrofoam ini, ikan dikawinkan,” ujarnya.
Banting stir menjadi breeder ikan cupang, kata dia, hanya berdasarkan suka. “Saya suka ikan, tapi tak terlalu hobi,” akunya.
Pilihan itu lebih pada tuntutan agar tetap bisa bertahan hidup. “Ternyata, setelah dijalani, sangat menjanjikan,” ujarnya. Dia makin bersemangat. Modal awalnya dulu hanya Rp9 juta. Ia belikan untuk satu box ikan. Isinya ada 300 ekor. Itu berdasarkan harga rata-rata ikan Rp30 ribu per ekor. Modal awal itu yang terus ia putar. Dia juga mulai belajar mengawinkan ikan. Berhasil. Ikannya terus berkembang.
Secara otodidak, ia asah terus kemampuannya. “Sumber ilmu itu banyak,” katanya. Bisa belajar dari berbagai media sosial. Bertanya kepada yang lebih senior. “Selebihnya, pandai-pandai kita mengembangkan,” sebutnya.
Ikan-ikan yang mulai besar dipisah. Dijadikan idukan. Si betina, yang disebut female, dibesarkan dalam wadah sebuah toples. Sedangkan pejantan-male, menunggu di dalam styrofoam box.
Untuk mendapatkan beragam warna, Usman mencoba mengawinkan pejantan dan betina yang berbeda warna.
“Saya lebih fokus mengembangkan yang jenis giant,” ujarnya. Sesuai nama, jenis cupang ini memang berukuran besar dibandingkan cupang lainnya. Panjangnya mencapai 8 sentimeter.
“Itu hanya untuk ukuran badan,” imbuhnya. Jika diukur sampai ujing ekor, bisa mencapai 10-12 sentimeter. Jenis cupang raksasa ini kini lebih disenangi oleh penghobi. Dijadikan sebagai ikan hias. Sering diikutkan kontes.
Rata-rata, ikan sudah bisa dikawinkan setelah berumur 5 bulan. Si betina terlihat sudah memiliki kantong telur. Sementara itu, permukaan air tempat penjantan, terlihat sudah ada gelembung-gelembung. Saat itu, waktu yang tepat untuk kawin. Dari perkawinan itu, akan lahir ratusan anakan ikan. Tak semuanya hidup sampai besar.
“Tapi, setidaknya, selama ini ada 80 persen yang berhasil sampai besar. Bisa dijual. Atau dipilih sebagian untuk dikawinkan lagi,” ujarnya.
Harga jual bervariasi. Paling murah Rp200 ribu. Bahkan ada yang sampai jutaan. Apalagi ikan yang pernah menjuarai sebuah kontes. Sebagai breeder, Usman juga sering ikut kontes. Puluhan tropi ia raih.
“Sekarang fokusnya pada pengembang-biakan,” ujarnya. Pasarnya keluar Batam. Tak hanya di Indonesia, tapi menyasar negeri jiran, Malaysia.
“Pasarnya bagus di Malaysia,” sebutnya. Tapi, belakangan, sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, pengiriman agak susah. Saat ini, masih menyasar pembeli lokal di Batam.
Proses penjualan, ia sebut dengan istilah lelang. Langsung di grup-grup media sosial. Ada pembeli tertarik, ikan segera dikirim.
“Penghasilan bersih sebulan, bisa sampai lima juta,” akunya. Lumayan untuk saat ini. “Teman-teman saya yang dulu usaha, kini saya arahkan ke cupang. Mulai ada yang tertarik,” katanya.
Selain mengembangkan cupang jenis giant, Usman juga mengawinkan jenis cupang plakat. Ukurannya lebih kecil. Jenis cupang ini harganya lebih murah. Kisaran puluhan ribu. Di Batam, penjualan jenis ikan cupang ini lumayan bagus. Sebab, banyak penggemarnya. Dimulai dari usia anak.
“Biasanya juga banyak dijual di pinggir-pinggir jalan,” sebutnya.
Dengan banyaknya penghobi ikan cupang, siapa pun berpotensi bisa menjadi breeder. Ini yang tak diinginkan Usman. Bukan bermaksud menghambat usaha atau hobi orang lain, tapi dengan proses pengawinan yang asal, melahirkan anak-anak ikan cupang yang tidak berkualitas.
“Makanya sampai saat ini, saya tidak menjual yang female,” katanya. Usman hanya akan menjual ikan cupang jantan. Sehingga, ikan-ikan yang terjual itu benar-benar hanya untuk kontes atau dijadikan ikan hias di rumah.
Kelak, setelah perekonomian kembali normal, Usman menyebut tidak akan meninggalkan usaha ikan cupangnya ini. Walaupun kelak ia memiliki jenis usaha lainnya.
“Bisnis ikan ini tak hanya menjanjikan secara finansial, tapi juga asyik untuk dijalani,” ujarnya. (chi)