POSMETRO.CO Nasional Daerah

Investor Jepang Lirik Kerjasama Pembangkit Listrik Berbasis Biomassa di Indonesia

JAKARTA, POSMETRO.CO: Indonesia memiliki kekayaan biomassa yang melimpah, sementara Jepang memiliki teknologi untuk pemanfaatan biomassa tersebut. Kita harus dapat menemukan titik temunya dan mengupayakan kerjasama dari perusahaan Jepang dan juga Indonesia.

Demikian disampaikan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang Heri Akhmadi pada Indonesia –Japan Virtual Business Dialogue on Wood Product yang diselenggarakan oleh KBRI Tokyo bekerjasama dengan Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) pada Senin (05/07/2021).

Lebih lanjut Dubes Heri Akhmadi menyatakan, bahwa Sumitomo Forestry di Jepang sendiri telah memiliki pembangkit listrik biomassa (urban biomass power generation) di Kawasaki. Sedangkan Mitsubishi, menurut Dubes Heri telah memiliki dan mengembangkan biomass co-firing technology dengan 11 unit pembangkit listrik dengan total 3,574 MW.

Mitsubishi ini juga telah bekerjasama dengan ITB untuk mengembangkan kebutuhan energi di Indonesia di masa yang akan datang. “Tiga hari yang lalu saat saya bertemu Sumitomo Forestry, saya juga mendorong Sumitomo Forestry untuk dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia untuk mengembangkan hutan tanaman industri untuk kebutuhan pembangkit energi dimasa yang akan datang,” ungkap Heri.

“Ada lagi Renova Inc dan juga Kyudenko Corporation yang telah memiliki biomass power plants, yang kesemuanya telah menyatakan keinginannya untuk bekerjasama membangun pembangkit listrik berbasis biomassa di Indonesia,” imbuhnya.

Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) Indroyono Soesilo menyatakan potensi pengembangan biomassa dari hutan tanaman energi di Indonesia cukup besar. “Kondisi alam Indonesia yang subur memungkinkan untuk percepatan pertumbuhan jenis-jenis tanaman yang memiliki kalori tinggi untuk energi biomassa,” papar Indroyono.

Indroyono menyebutkan bahwa ekspor wood chip Indonesia sejak tahun 2015-2020 mengalami tren penurunan dari semula 158 juta US$ turun sampai US$ 46 juta pada tahun 2018. “Namun sekarang ini sudah mulai rebound, dan diharapkan setelah pandemi 2021 dapat meningkat lagi ekspornya ke seluruh dunia,” ungkapnya optimis.

Lebih lanjut diungkapkan Indroyono, ekspor wood chip (diluar wood pellet) ke Jepang sendiri mengalami peningkatan di tahun ini yang cukup signifikan. “Dari awal Januari tahun 2021 nilainya sebesar US$ 3,6 juta, pada bulan Juni lalu nilainya sudah mencapai US$ 29 juta,” imbuh Indroyono.

Menurut Indroyono, pasar Jepang menyukai kayu Akasia dan Eukaliptus, padahal kayu ini memerlukan waktu 5-6 tahun untuk bisa dipanen. Sedangkan pasar domestik menggunakan kayu Gamal dan Kaliandra, yang sudah bisa dipanen mulai tahun ke dua dan ketiga dengan metoda trubusan.

“Oleh karena itu kami mengusulkan agar Pasar Jepang tidak hanya melirik Akasia dan Eukaliptus tetapi untuk wood chip maupun wood pellet dapat menggunakan kayu Gamal dan Kaliandra yang kalorinya tidak kalah dari kalori batubara,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Indroyono juga mengajak perusahaan/investor Jepang dan juga industri maupun konsesi di Indonesia untuk dapat bekerjasama mendukung program co-firing di Indonesia dan juga peningkatan produksi wood chip maupun wood pellet baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

“Kerjasama lainnya terkait upaya kita mengganti 2.100 pembangkit listrik tenaga diesel berbahan bakar solar, dimana Jepang dapat membuat pembangkit listrik biomassa 15/30 MW, sementara kita menyiapkan lahan untuk ditanami jenis-jenis tanaman untuk mensuplai bahan bakunya,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Ketua FKPMI menyerahkan secara simbolis contoh kayu dari jenis rimba campuran (mix wood) sebanyak 12 jenis yaitu Benuang, Bintangur, Duabanga, Jabon, Matoa, Nyatoh Nyawai, Resak, Samama, Sindur, Geronggang dan Medang kepada Dubes RI Tokyo untuk dapat dibantu promosinya.

“Jenis-jenis rimba campuran ini sebenarnya tidak kalah kualitasnya dengan jenis-jenis komersial yang sudah dimanfaatkan selama ini, seperti Meranti atau Merbau tapi karena kurang dipromosikan sehingga tidak ada permintaan pasar dan saat ini 70% masih ada di hutan,” ungkapnya.

Webinar yang dimoderatori Atase Kehutanan, KBRI Tokyo Riva Rovani Bersama Atase Perdagangan, KBRI Tokyo Arief Wibisono, menghadirkan narasumber Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) Djoko Winarno, Eksekutif Advisor Renova Inc Mr. Yoshinobu Kusano dan Manager Group Sumitomo Forestry Mr. Yoshinori Omachi.
(fri)