Uba Ingan Sigalingging dari Parlemen Jalanan Menuju Kursi Dewan

    spot_img

    Baca juga

    spot_img

    Share

    Anggota DPRD Kepri, Uba Ingan Sigalingging. (Foto-ist)

    DULU sosok ini selalu hadir dalam aksi jalanan. Demonstrasi. Meneriakkan protes atas kebijakan kebijakan pemerintah yang dinilai tak berpihak pada kepentingan masyarakat.

    Lantang membela kepetingan yang tertindas. Bak singa mengaum. Siap menerkam. Menggugat siapa saja yang tak pro rakyat.
    Uba Ingan Sigalingging S.Sn. Yang akrab disapa Bung Uba. Karier politiknya cepat mencuat. Dari seorang politisi di parlemen jalanan, kini telah menjadi seroang wakil rakyat yang duduk di kursi DPRD Povinsi Kepri.

    Lima tahun sebelumnya dia juga sukses merebut hati warga Batam untuk menghuni kursi parlemen di Jalan Engkuputri.

    Jumat (18/6) sore, tim posmetro memperoleh luang waktu sang politis untuk berdiskusi santai bersama, di sebuah kedai kopi di kawasan Batam Centre.

    Berbagai persoalan dibicarakan. Mulai dari berbagai pandangan dan bercerita soal karir politiknya, hingga ia duduk sebagai wakil rakyat di Provinsi Kepri saat ini.

    “Sebenanrya ke dewan (DPRD) bisa dibilang by incindental. Tidak diprogram,” ujar Uba mengawali obrolan sore itu.

    Saat masih aktif di “jalanan” sebagai seorang aktivis, Uba banyak menemukan keluhan masyarakat. Untuk membantunya tentulah butuh akses, untuk menyuarakannya keapda pemerintah.

    “Sering mengalami kendala akses yang mengenai hal hakmasyarakat,” ujarnya menegaskan.

    Dari sinilah Uba mulai bergerak. Berbagai
    aksi digelar untuk membela kepentingan masyarakat, yang hak-haknya merasa tidak dipenuhi pemerintah.

    Berbagai aksi si “politisi” jalanan ini rupanya banyak membuahkan hasil. Namanya pun terpatri di hati masyarakat yang selama ini ia bantu untuk mendapatkan akses tersebut. Hingga akhirnya terbukalah jalan itu. Menuju parlemen yang sesungguhnya.

    “Tentu ini sebenarnya ide dari masyarakat. Alahngkah bagusnya ada orang yang menjembatani kita di dalam. Cukup lama berpikir untuk terjun ke DPRD. Sebelumnya tak pernah berpikir ikut politik praktis partai,” tutur Uba.

    Namun, melihat pengalaman selama ini, bagaimana masyarkat memperjuangkan haknya. Bertemu dengan wakil wakil rakyat, terkadang pun masih terkendala. Masih belum menemukan solusi.

    “Ini salah satu faktor. Jadi saya pertimbangkandengan serius. Untuk masuk sebagai wakil rakyat ini, memang diminta
    oleh masyarakat,” katanya.

    Dijelaskan Uba, selama lima tahun, tugasnya di DPRD Batam akhirnya berjalan baik. Menjadi anggota DPRD awalnya, bukan sebuah agenda politik yang memang direncanakan. Tapi ini spontan masuk. Tujuannya sama
    (dengan parlemen jalanan atau pun LSM), menjembatani kepentingan masyarakat.

    Menurut Uba, justru masyarakatlah yang meyakinkan dirinya untuk maju menuju gedung DPRD.

    “Jadi kenapa saya harus maju ke DPRD Batam saat itu, alasannya sangat sederhana saja. Karena secara finansial saya tidak ada,” ucapnya menegaskan.

    Nah, begitu pula saat hendak menanjak menuju tanggung jawab yang lebih besar. Meraih kursi di DPRD Provinsi Kepri.

    “Jadi kepercayaan itu diberikan secara langsung. Jadi saya mungkin agak berbeda, teman teman politisi lainnya. Kalau tidak ada komitmen dukungan, saya tidak maju. jadi supaya ada tanggung jawab timbal balik,” jelas Uba.

    Proses karir Uba ini menjadi pendidikan politik yang bisa menjadi inspirasi. Menurutnya, pendidikan politik tak akan pernah ada habisnya. Terus berjalan.

    “Ini tidak pernah selesai. Misalnya kita
    mengikuti komeptisi yang ada unsur money politik. Inilah tantangan beratnya. Bagaiaman kita mengedukasi masyarakat,” uba menambahkan.

    Untuk menuju kursi wakil rakyat tentulah tidak sekedar bermodal kepercayaan masyarakat, yang telah dibangun Uba dari Parlemen Jalanan.

    Selain biaya yang, menurut Uba, seorang politik juga butuh perahu partai. Partai Hanura menjadi labuhan Uba untuk menuju kursi parlemen.

    “Sebenarnya awalnya saya memikirkan beberapa partai. Tapi sebenarnya yang paling penting bagai mana partai jangan sampai berbenturan yang merugikan perjuangan, atau agenda yang kami bawa, memperjuangkan
    aspirasi masyarakat,” tutur Uba.

    Uba mencontohkan, jika ketua partau atau partai secara lembaga ada di posisi tertentu, terlibat dengan permainan-permainan tertentu, yang bertolak belakang dengan kepentingan masyarakat banyak, Uba mengaku
    tentu tidak akan memilih partai tersebut menjadi kendaraan politiknya.

    “Jadi saya pastikan jika tidak terlibat dengan permainan permainan yang merugikan masyarakat. Jadi saya yakin pada dokter almarhum Hakim Siregar. Saya datang mendaftarkan diri,” Uba menjelaskan.

    Memang diakui Uba, sempat mendaftar juga kebeberapa partai lainnya. “Namun berjalannya waktu saya evaluasi. Jadi jangan sampai saat saya duduk jangan lebih banyak remnya dan gasnya,” ujarnya sambil tersenyum.

    Bagi Uba, sebagai seorabng aktivis dia berharap, lembaga partai tak terlalu banyak membatasi para kadernya untuk bekerja demi kepentingan masyarakat banyak. ***