Penyodetan Drainase Butuh Waktu 3 Minggu, KPLI Masih Tergenang

    spot_img

    Baca juga

    Jadi Tersangka, Pj Walikota Tanjungpinang, Terancam Hukuman 8 Tahun Penjara

    BINTAN, POSMETRO: Ditetapkannya Penjabat Walikota Tanjungpinang, Hasan, sebagai tersangka,...

    KONI Kepri Siapkan Atletnya Menuju PON Aceh-Sumut

    KEPRI, POSMETRO: Pelaksanaan PON Aceh-Sumut akan dilangsungkan dari 8-20...

    3 Buaya Terpantau Tim Gabungan Saat Penyisiran Sungai

    BATAM, POSMETRO.CO : Tim gabungan Polri, TNI, Balai Konservasi...

    Selama Mudik Lebaran, Bandara Internasional Batam Layani 1.741 Penerbangan

    BATAM, POSMETRO.CO : PT Bandara Internasional Batam (BIB) mencatat...

    Progres Rempang Eco-City, BP Batam: Listrik dan Air Sudah Mulai Masuk

    BATAM, POSMETRO: Progres pengerjaan bangunan empat rumah contoh untuk...
    spot_img

    Share


    BATAM, POSMETRO.CO : Upaya Badan Pengusahaan Batam (BP) untuk melakukan penyodetan saluran alami yang berada di Kawasan Pengelolaan Limbah Industri (KPLI), pasca banjir yang melanda kawasan itu akibat hujan lebat dan aktivitas penimbunan (cut and fill) yang dilakukan oleh PT Wiraraja terus digesa.

    Untuk pekerjaan penyodetan saluran drainase dengan panjang 400 meter, lebar 5 meter dan kedalaman 3-5 meter membutuhkan waktu sekitar 3 minggu.

    Di luar gerak cepat yang dilakukan BP Batam selaku pengelola KPLI tersebut, ternyata gudang-gudang di dalam kawasan masih terendam banjir.

    Genangan air akibat banjir tidak hanya nampak di bagian luar gudang, tapi juga di dalam gudang penyewa (tenant) yang berada di dalam kawasan KPLI.

    “Kalau untuk progress penyodetan saluran drainase, kita butuh waktu kurang lebih 2-3 minggu, dengan catatan kalau hujan tidak turun. Tapi jika hujan turun tentu saja tidak bisa,” ujar Manajer Pengelolaan Lingkungan BP Batam, Iyus Rusmana yang ditemui posmetro.co di lokasi penyodetan drainase KPLI Batam, Minggu (18/4) siang.

    Minggu (18/4) siang, Iyus Rusmana dan staf BP Batam lainnya terlihat di lokasi untuk meninjau langsung pekerjaaan penyodetan drainase kawasan KPLI.

    Selain Iyus Rusmana nampak hadir Kepala Bidang Penegakan Hukum Lingkungan PHL Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, Endra Rika dan perwakilan tenant KPLI, Aas Setiawan.

    Iyus terlihat berkoordinasi dengan Endra dan Aas terkait pekerjaan penyodetan drainase alami yang tengah dilakukan. Minggu (18/4) siang, satu unit back hoe nampak mulai melakukan pengerukan untuk membuat saluran drainase.

    Menurut Iyus, pihaknya berkoordinasi dengan instansi terkait terkait utilitas yang ada di lokasi penyodetan.

    Tujuannya, agar aktivitas penyodetan tidak sampai berdampak terhadap utilitas yang cukup banyak berada di lokasi penyodetan.

    Utilitas yang tampak di lokasi penyodetan meliputi jalur gas, kabel fiber optik dan lainnya.

    “Di lokasi ini seperti kita lihat tadi ada utilitas kabel, gas dan fiber optik, karena itu kita akan berkoordinasi dengan pihak terkait tentang jalur utilitas tersebut. Utilitas itu tentu makin banyak saat kita melakukan pemasangan box culvert yang menyeberang (crossing) jalan,” urainya.

    Untuk pembiayaan penyodetan drainase, Iyus mengaku berasal dari para tenant di kawasan KPLI.

    Upaya tersebut ditempuh karena BP Batam selaku pengelola KPLI tidak bisa menganggarkan secara mendadak. Meski demikian, Iyus mengungkapkan bahwa ke depan pihaknya sudah menganggarkan untuk pekerjaan di KPLI.

    “Tapi untuk penyodetan saluran drainase saat ini karena kami tidak bisa menganggarkan secara mendadak, maka kami bekerjasama dengan tenant KPLI B3,” urainya.

    Tentang kemungkinan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang mencemari air rawa di samping KPLI yang tengah disodet, Iyus memastikan bahwa air berwarna hitam tersebut bukan limbah B3.

    Air berwarna hitam merupakan buangan air lindi, yang sudah terkumpul puluhan tahun juga diperkirakan berasal ternak babi yang berada di sekitar lokasi yang airnya mengalir ke saluran alami di belakang KPLI.

    “Kondisi air rawa yang berwarna hitam ini bukan karena limbah B3, tapi ya sebagian air lindi yang terkumpul puluhan tahun, ada ternak babi dan faktor lain,” katanya.

    Pantauan Posmetro di lokasi, Minggu (18/4) siang tampak air yang berada di rawa yang mengalir ke saluran alami di samping KPLI berwarna hitam pekat. Akibat penimbunan (cut & fill) yang dilakukan oleh PT Wiraraja, air di rawa-rawa yang berwarna hitam pekat tidak bisa mengalir dan hujan lebat membuat kawasan KPLI banjir.

    Aktivitas cut & fill di saluran alami yang samping KPLI, kemarin, nampak sepi. Tidak tampak aktivitas alat berat dan dump truck yang biasa bekerja. Dump truck dan alat berat nampak parkir dan tidak ada pekerja yang bekerja, kemarin siang.

    Tentang izin cut & fill PT Wiraraja yang menimbun saluran alami rawa di samping KPLI yang membuat kawasan KPLI banjir, posmetro.co mengkonfirmasi hal tersebut kepada Kepala Subdit Pembangunan Gedung dan Utilitas BP Batam, Wulung Dahana.

    Kepada posmetro.co, Wulung mengaku pihaknya belum memberikan izin terkait aktivitas cut & fill PT Wiraraja tersebut.

    “Belum,” kata Wulung singkat kepada posmetro.co melalui pesan singkat WhatsApp (WA), Minggu (17/4). Meski pekerjaan penyodetan sudah mulai dilakukan, namun banjir masih menyisakan persoalan bagi tenant di dalam kawasan KPLI Kabil.

    Pantauan posmetro.co, Minggu (18/4), genangan air akibat hujan lebat pada hari Sabtu (17/4) lalu masih tampak di depan gudang tenant di dalam kawasan KPLI.

    Bahkan, genangan air sampai masuk ke dalam gudang tenant. Untungnya, genangan air di dalam gudang tenant tidak terlalu tinggi sehingga tidak sampai mengenai tumpukan limbah B3 di dalam gudang.

    “Seperti kita lihat, air masih menggenangi depan gudang bahkan sampai masuk ke dalam gudang meski tidak terlalu tinggi. Kita berharap banjir bisa segera diselesaikan,” ucap salah satu tenant KPLI, Aas Setiawan kepada posmetro.co, Minggu (18/4).

    Genangan air akibat banjir pada Sabtu (17/4) lalu memang cukup menyulitkan tenant. Saat ini, tenant KPLI hanya bisa berharap banjir segera terselesaikan sehingga aktivitas mereka.

    “Kalau genangan air masih ada, sulit kita melakukan aktivitas seperti biasa,” ujar salah seorang tenant lainnya yang ditemui posmetro.co, kemarin. (hda)