Sejarah Panjang Kampung Tua Patam

    spot_img

    Baca juga

    Kunjungan Kapal ke Pelabuhan Batam Meningkat 9 Persen di Triwulan I Tahun 2024

    BATAM, POSMETRO: Badan Usaha Pelabuhan Badan Pengusahaan (BP) Batam...

    Semarak Nan Meriah, MTQH ke XIII Bintan Resmi Dimulai

    BINTAN, POSMETRO: Musabaqah Tilawatil Qur'an dan Hadits (MTQH) ke...

    Cara Diam Kapolda Kepri dalam Menyalurkan Bantuan 

    BERBUAT diam-diam, diam-diam berbuat. Itulah yang dilakukan Kapolda Kepri...

    Marlin Agustina Dukung Penuh Pengembangan SDM Unggul di Kota Batam

    BATAM, POSMETRO.CO : Wakil Gubernur Kepri, Hj Marlin Agustina...
    spot_img

    Share

    Foto Masjid Al Hidayah Patam Lama, foto ini diambil sekitar tahun 1960 an.

    KAMPUNG Tua Patam Lestari saat ini seperti terhimpit diantara geliat pesat pembangunan Batam dan keramahtamahan Kampung Melayu.

    Memasuki kawasan Tua Patam seperti menyeret kita di atmosfir romantisme perkampungan Melayu tempo dulu, meski modernisasi tak bisa terelakan juga berkembang di kampung ini.

    Adat saling berkunjung satu sama lain masih kental terasa, terutama saat hari besar seperti lebaran. Juga budaya hajatan atau kenduri dalam bahasa Melayu juga selalu dipertahankan. Mereka saling menolong saat akan berlangsungnya kenduri, bahkan sama sama begadang jika hajatan tersebut
    besar.

    Keramahan tamahan Melayu ini yang masih erat dipegang masyarakat Kampung Tua Patam Lestari. Hal seperti ini jarang terasa di permukiman di tengah Kota Batam sendiri.

    Patam Lestari Bermula dari Patam Lama

    Bercerita tentang Patam, kampung ini memiliki lintasan cerita panjang tempo dulu berakar sejarah. Dari cerita turun menurun dan saibul hikayat, sejarah kampung ini di mulai sekitar tahun 1840 di Tanjung Pinggir.

    Kala itu kampung tersebut kedatangan serombongan orang yang mengaku dari
    Bintan. Rombongan ini dipimpin oleh seorang yang dipanggil Datuk Janggut.
    Dari kisah nama asli Datuk Janggut adalah Gadoh bin Pandak. Kepada Penghulu kawasan tersebut, Datuk Janggut memohon izin tinggal di kawasan itu.

    Alasan mereka ke tempat itu karena berpindah angin atau istilah kala itu mencari tempat pekerjaan baru seperti berdagang, bertani, dan nelayan.

    Izin pun diberikan, Datuk Janggut bersama rombongan yang tak lebih dari 10 orang pria dan wanita tersebut memulai hidup baru mereka. Tempat diberikan kepada rombongan ini berada di kawasan pantai yang indah, dan berhadapan langsung dengan Singapura dan Johor.

    Kampung tersebut berkembang, lambat laun kampung pun diberi nama Patam. Hingga hari ini lokasi Kampung tersebut dikenal dengan nama Patam Lama, yang terbagi dari lima kawasan yang berada berdekatan yakni Patam Darat, Patam Laut, Mentarau, Seberang Patam, dan Dangas.

    Ada cerita sendiri dalam pemberian nama Patam di ratusan tahun lalu. Dari
    kisah turun temurun, meski kampung telah berkembang, belum ada nama untuk
    daerah itu.

    Cerita pun bermula, saat itu ada seorang warga keturunan Tionghoa juga tinggal di kampung tak bernama itu. Kehidupan warga Tionghoa
    tersebut cukup mapan, warga pun memanggilnya tauke atau bos.

    Suatu hari rumah sang tauke disatroni beberapa orang perampok. Untungnya ada seorang warga yang mengetahui kejadian tersebut, dan melaporkan ke salah seorang
    tokoh masyarakat di sana bernama Datuk Said atau Tok Engku, yang dikenal sebagai seorang pendekar.

    Dengan sigap si tokoh masyarakat tersebut menuju rumah tauke. Perampok yang mengetahui tokoh masyarakat datang, langsung kabur tunggang langgang bahkan diceritakan para perampok itu sempat pitam
    (atau pandangan menghitam).

    Dari kisah perampok yang pitam itu lalu kampung tersebut berubah nama Patam diambil dari kata Pitam. Begitu cerita turun temurun awal nama kampung Patam.

    Patam Dulu, Sekarang dan Mendatang

    Dulu

    Patam sendiri saat ini adalah kelurahan yang berada di kecamatan Sekupang. Luas wilayah kelurahan ini adalah 6,16 km², dengan jumlah penduduk tahun 2020 sebanyak 23.921 jiwa, dan kepadatan 3.883 jiwa/km².

    Kampung Tua Patam Lestari adalah bagian sendiri dari Kelurahan Patam. Beberapa puluh tahun lalu atau sebelum tahun 1990, sebagian besar masyarakat Patam Lestari bertempat tinggal di Patam Lama.

    Ratusan tahun mereka tinggal di area tersebut. Namun atas nama pembangunan Kota Batam, warga terpaksa harus direlokasi pada tahun 1989. Mereka harus rela digusur dari kampung mereka.

    Semua cerita indah Patam Lama tinggal kenangan.Lapangan sepak bola, pantai indah, tempat-tempat lain yang menjadi kisah mereka, hilang. Ratusan pemakaman lama keluarga mereka juga harus dipindahkan ke Sei Temiang.

    Ratusan rumah harus dihancurkan. Ratusan kepala keluarga pun menempati areal
    baru yang saat ini dikenal dengan Patam Lestari. Sedangkan lokasi Patam Lama menjelma menjadi kawasan wisata kaum berduit resort dan lapangan golf. Yang mungkin warga Patam sendiri tak bisa menikmatinya.

    Tanpa bisa melawan, tanpa bisa mengelak, warga pun berpindah ke kavling yang diberikan pemerintah saat itu. Pada tahun 1990 ada 143 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 537 orang yang terpaksa pindah.

    SEKARANG

    Seiring dengan waktu, Patam Lestari terus berkembang saat ini. Masyarakat
    yang berdiam di lokasi tersebut juga bertambah banyak. Saat 1990 mungkin ada warga yang belum memiliki anak, kini sudah punya anak, bahkan sudah ada yang memiliki cucu.

    Patam makin padat.Perlu perluasan lahan untuk mereka, agar para warga bisa
    mendapatkan tempat tinggal yang layak. Perjuangan untuk perluasan kampung
    tua mereka kembali dimulai.

    Melalui tokoh masyarakat yang juga Imam Masjid serta Ketua RW I Patam Lestari, Dachlan Aman (saat ini sudah almarhum) dengan menyurati pihak Kecamatan Sekupang pada tahun 2004.

    “Itulah saat pertama masyarakat Patam Lestari memulai perjuangan untuk meminta perluasan kampung tua, dengan perluasan ini diharapkan bisa mendapatkan lahan untuk tempat tinggal bagi masyarakat kampung sendiri yang memang sudah padat,” ungkap Firmansyah yang merupakan putra dari Alm Dahlan Aman yang saat ini dipercaya warga Patam sebagai salah satu tim untuk perluasan Kampung Tua Patam Lestari, pada POSMETRO awal April 2021 lalu.

    Firmamsyah

    Menurut Firman, perlu belasan tahun untuk perjuangan perluasan ini. Bahkan hingga kini masih berjuang dan melengkapi adminitrasi agar perluasan sesuai dengan ketentuan.

    “Memang semua adminitrasi belum selesai, tapi pelan-pelan sudah kami
    lakukan pengerjaan. Tapi pengerjaan ini sudah kami sesuai dengan aturan
    yang sudah kami dapatkan,” jelas Firman.

    Pengerjaan perluasan Kampung Tua Patam Lestari di mulai pada tahun 2017,
    dari dokumen yang diperlihatkan Firman yakni surat klarifikasi lahan yang
    dikeluarkan Dinas Lingkungan Dan Kehutanan Pemprov Kepri, bernomor
    552/02/DLHK?KPHL-BTM/6/2017.

    Selain itu ada juga surat dari Dinas Pertanahan Kota Batam pada tahun 2017
    bernomor 121/DP-BTM/V/2017, perihal informasi status lahan.

    Dari surat tersebut juga disebutkan bahwa perluasan yang diajukan merupakan dalam
    lahan kampung tua. Selain itu lahan tersebut dalam kondisi rawa-rawa dan
    berlumpur.

    “Berdasarkan surat dan dokumen lain yang kami urus, mulailah kami
    mengerjakan penimbunan untuk perluasan, meski sempat terhenti karena
    berbagai hal, tapi saat ini pengerjaan masih dilakukan” jelas Firman.

    Firman juga menyebut, terlepas dari kelebihan dan kekurangan timnya untuk
    perluasan kampung tua ini, ia akan terus berusaha agar semua permasalahan
    terkait perluasan ini bisa clear and clean.

    “Saya berusaha sekuat saya, agar semua permasalahan yang ada saat
    perluasan ini bisa terselesaikan, dan agar tidak ada masalah di kemudian
    hari bagi warga yang ada di kampung tua ini, dan tidak menjadi beban generasi selanjutnya,” tambah Firman.

    Ia juga berharap, agar instansi terkait bisa ikut terlibat dan turun ke lokasi. Supaya jika ada permasalahan atau kendala, segera bisa teratasi.

    “Saat ini kita berbicara terkait harkat hidup orang banyak, dan kita meminta instasi terkait bisa memberikan solusi kepada kami jika memang ada permasalahan terkait perluasan ini,” harap Firman.

    Masjid Al Hidayah Patam Lestari.

    Mendatang

    Bukan tanpa alasan menurut Firman, pihaknya berjuang untuk perluasan Kampung Tua Patam Lestari. Dirinya bersama masyarakat lain berharap, dengan adanya perluasan ini ke depannya, generasi Patam Lestari bisa hidup dengan ketersediaan tempat tinggal yang layak.

    “Selama ini banyak warga yang membuat rumah panggung di sisi bantaran sungai di Patam, tapi dengan adanya perluasan ini kami bisa menata permukiman lebih baik lagi. Sehinga masyarakat bisa mendapat tempat tinggal yang layak, tidak hanya itu, hubungan dan kekeluargaan di masyarakat Patam yang sudah terjalin sejak ratusan tahun lalu bisa tetap terjaga karena masih berada di lokasi yang sama tanpa terpisah,” tuturnya.

    Terakhir Firman menyebut, dari lokasi perluasan itu, juga sudah disiapkan pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Nantinya akan dibangun rumah tahfiz, ruang pertemuan, sarana olahraga dan lainnya.

    “inilah salah satu cara kami menjaga kelestarian kampung Tua Patam, menjaga generasi selanjut, kami menyebut hal ini sebagai Membangun Patam, Untuk Generasi Mendatang,” tutup Firman. (dye)