Warga Wuhan Kini Bebas Pesta di Kelab Malam, Setahun Pasca-Lockdown

    spot_img

    Baca juga

    Modena Memperkenalkan Cooker Hood AX Series

    >>> Untuk Pengalaman Memasak Lebih Modern BATAM, POSMETRO.CO : Modena,...

    Kunjungan Kapal ke Pelabuhan Batam Meningkat 9 Persen di Triwulan I Tahun 2024

    BATAM, POSMETRO: Badan Usaha Pelabuhan Badan Pengusahaan (BP) Batam...

    Semarak Nan Meriah, MTQH ke XIII Bintan Resmi Dimulai

    BINTAN, POSMETRO: Musabaqah Tilawatil Qur'an dan Hadits (MTQH) ke...

    Cara Diam Kapolda Kepri dalam Menyalurkan Bantuan 

    BERBUAT diam-diam, diam-diam berbuat. Itulah yang dilakukan Kapolda Kepri...
    spot_img

    Share

    Suasana kelab malam di Wuhan yang kembali bergairah. (AFP)

    WUHAN, Tiongkok, tempat awal wabah Covid-19 benar-benar berbeda saat ini. Saat dunia kini tengah berjuang melawan lonjakan kasus akibat mutasi Covid-19, warga Wuhan justru berpesta di kelab malam.

    Kehidupan malam di Wuhan kembali normal hampir setahun setelah penguncian atau lockdown. Di Super Monkey, kelab malam besar di pusat kota, para clubber santai menghadiri pesta dansa dan menghabiskan malam.

    Hanya, para tamu tetap wajib mengenakan masker dan melakukan pemeriksaan suhu. Di dalam, para clubber bersantai di lantai dansa di tengah suara musik yang memekakkan telinga dan pertunjukan laser. Sayangnya walau catatan aturan masker wajib ada di depan pintu, namun DJ dan pengunjung pesta melepasnya ketika di dalam saat mengobrol dengan teman, menari, atau merokok.

    ”Saya terjebak di dalam rumah selama dua atau tiga bulan. Negara kami memerangi virus dengan sangat baik, dan sekarang saya bisa keluar dengan tenang sepenuhnya,” kata seorang pria bernama Xu, kepada AFP.

    Chen Qiang, seorang pria berusia 20-an, memuji negaranya, Tiongkok, karena telah secara praktis memberantas epidemi. Namun dirinya tetap waspada sebab terjadi lonjakan kasus baru-baru ini di wilayah lain dalam beberapa hari terakhir.

    ”Pemerintah Tiongkok itu baik. Pemerintah Tiongkok melakukan segalanya untuk rakyatnya, dan rakyatnya adalah yang tertinggi. Ini berbeda dengan negara asing,” katanya seperti dilansir dari Straits Times, Sabtu (23/1).

    Media pemerintah Beijing telah melihat kegagalan pemerintah Barat untuk mengatasi virus, membandingkan kekacauan di luar negeri dengan kembalinya Tiongkok menuju normal. Tiongkok memuji kesuksesan itu sebagai bukti keunggulan model politik otoriter Beijing.
    “Namun memang di kelab, jumlah orang lebih sedikit dibandingkan sebelum pandemi,” katanya.

    Manajer kelab malam Li Bo mengatakan virus telah menghantam industrinya dengan keras. ”Dibandingkan dengan penguncian lain di negara lain, negara kami setidaknya setengah terbuka, tetapi konsumen masih merasa tidak nyaman,” katanya kepada AFP.

    Dia memperkirakan bahwa kehidupan malam di Wuhan telah turun sekitar 60 hingga 70 persen. Aturan ketat yang diterapkan oleh beberapa perusahaan tidak membantu, dengan jumlah peserta terbatas dan diperlukan reservasi. Pengguna juga harus menunjukkan aplikasi pelacakan yang membuktikan bahwa mereka memiliki catatan kesehatan. (jpg)