Harga Cabai Naik Terus, Penjual Nasi: Untungnya Tipis

    spot_img

    Baca juga

    BP Batam Peduli, Ribuan Paket Sembako dan Santunan Anak Yatim Disalurkan

    BATAM, POSMETRO: Sucinya bulan Ramadhan 1445 H/2024 M menjadi...

    Gubernur Buka Puasa Bersama Para Pimpinan OPD, FKPD dan Instansi Vertikal Kepri

    KEPRI, POSMETRO: Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menggelar acara berbuka...

    Ansar Serukan Istiqomah di Penghujung Ramadan dan Muliakan Al-Qur’an

    KEPRI, POSMETRO: Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad melanjutkan...
    spot_img

    Share

    Lapak penjual sayuran di pasar basah SP, Kecamatan Sagulung. Foto: jho

    BATAM, POSMETRO.CO: Pedagang cabai di pasar basah SP, Kecamatan Sagulung mengatakan sudah dua minggu belakangan ini, harga cabai terus naik. Ia pun terpaksa mengurangi stok jualannya dari 20 kilogram (kg) sehari turun menjadi 10 kg sehari.

    “Sepuluh kilogram ini belum tentu bisa habis, para pembeli banyak mengeluh dan akhirnya mengurangi komsumsi cabai,” katanya saat ditemui, Jumat (11/12) siang.

    Menak menjelaskan, harga cabai merah saat ini sudah tembus ke angka Rp 60 perkilo, sebelumnya masih di kisaran Rp 40 ribu perkilo.

    “Cabai merah paling umum di gunakan untuk bumbu dapur, meski harganya naik, tapi akan tetap di beli karena menjadi resep utama untuk memasak,” sebutnya.

    Sementara harga cabe setan (cabe rawit merah) sudah naik menjadi Rp 70 perkilo. Sebelumnya cabai yang sering digunakan untuk bumbu sambal terasi ini masih seharga Rp 50 perkilo.

    “Kadang harga cabai setan tidak menentu, sebab ibu rumah tangga jarang mengkonsumsinya karena rasanya yang sangat pedas, umumnya untuk bumbu terasi saja,” sebutnya.

    Sedangkan cabai rawi mengalami kenaikan sebesar Rp 20 ribu perkilo. Kini harganya sudah di angka Rp 55 ribu, sebelumnya masih Rp 35 ribu.

    “Yang paling murah adalah cabai hijau. Harganya Rp 45 ribu perkilo, sebelumnya Rp 35 ribu. Cabai ini hanya untuk sambal hijau saja,” ujarnya.

    Menak menyebut, kenaikan harga cabai karena faktor cuaca. Sebab curah hujan di wilayah Sumatera dan Jawa sangat tinggi dan menyebabkan kerusakan tanaman cabai, akhirnya hasil panen berkurang.

    “Tapi kenaikan harga ini sudah hal biasa di bulan Desember. Sebab di bulan ini akan musim hujan, cabai tersbeut didatangkan dari Jawa, Medan dan Padang,” terang Menak.

    Akibat kenaikan harga cabai, sebut Menak, pembeli berkurang. Biasanya di pagi pagi hari, sudah banyak yang belanja cabai, bahkan Menak dapat menjual cabai hingga 20 kg perharinya.

    “Sebenarnya banyak yang membutuhkan cabai, tapi di tengah pandemi Covid-19 ini, warga harus pintar mengelola duitnya,” tutupnya.

    Tingginya harga ini juga dikeluhkan para pemilik warung makan di Batuaji. Pasalnya kenaikan harga bahan pokok tersebut membuat pengusaha kecil tidak bisa mengambil untung.

    “Capek kerja saja kita, pagi-pagi kita sudah bangun untuk menyiapkan jualan, tapi untung yang bisa kita dapatkan tidak seberapa,” kata Sukatmi, pedagang nasi di Batuaji.

    Sukatmi mengatakan, untuk memasak lauk, khususnya yang menggunakan cabe, ia harus memanfaatkan cabe setan agar cepat terasa pedasnya.

    “Kalau hanya menggunakan cabe merah, pedasnya tidak terasa. Jadi cabenya boros. Tapi kalau dicampur dengan cabe setan, cabe merahnya tidak perlu banyak,” sebut Sukatmi.

    Ke depannya, Sukatmi berharap agar harga cabai dikontrol oleh pemerintah. Pasalnya pedagang kecil menjerit dan hanya mendapatkan untung sedikit karena harga cabai yang naik.(jho)