Wah…Warga Satu RT di Batam Tak Dapat Undangan Nyoblos Pilkada 2020

    spot_img

    Baca juga

    85 Persen Unit Apartemen Balmoral Sukses terjual di Opus Bay

    >>>Kawasan Terintegrasi Pertama di Kota Batam        INVESTASI...

    Perusahaan Manufaktur Asal Tiongkok Berencana Kembangkan Usaha di Batam

    BATAM, POSMETRO: Sebanyak 30 pimpinan perusahaan manufaktur asal Negeri...

    Kepala BP Batam: Industri Digital Jadi Mesin Penggerak Ekonomi Baru

    BATAM, POSMETRO: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park...

    AKP Siwanto Eka Putra: Dari Rumah Tahfidz Ini akan Lahir Calon Imam Imam Besar

    BATAM, POSMETRO: Wujud mengabdikan diri kepada masyarakat, AKP Siwanto...
    spot_img

    Share

    Suasana pemukiman di simpang Orchid Park, Batamcentre, Selasa (8/12) malam. Foto: waw

    BATAM, POSMETRO.CO: Sejumlah warga satu rukun tetangga (RT) di Batam tak mendapat undangan nyoblos atau form model C-KWK hingga detik-detik pemungutan suara di Pilkada serentak 2020, yang digelar Rabu (9/12). Mereka adalah warga yang bermukim di simpang Orchid Park, Kelurahan Taman Baloi, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam.

    Mirisnya lagi, ada warga yang tidak tahu hari dan jadwal pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara Pilkada serentak tersebut.

    “Saya benar tak tahu pak bila pencoblosan itu besok (tanggal 9 Desember),” ujar Matlan menjawab POSMETRO.CO, Selasa (8/12) malam, terkait jadwal pelaksanaan pilkada serentak di Batam.

    Matlan mengakui, jika dirinya tidak mengikuti perkembangan hiruk pikuknya pesta demokrasi pemilihan kepala daerah saat ini.

    “Sibuk kerja saja saya. Dah lama tidak mengikuti perkembangan,” ucapnya sembari mengatakan dirinya belum mendapat surat pemberitahuan pemungutan suara atau form model C-KWK.

    Pengakuan Matlan itu dibenarkan Pakmen. Pria ini mengatakan, bahwa semua warga yang bermukim di simpang Orchid Park itu tak menerima undangan menyoblos.

    “Semua warga di sini tidak dapat undangan mencoblos,” ujarnya sembari mengatakan ia sudah puluhan tahun bermukim di tempat tersebut.

    Pakmen mengaku, dirinya tidak pernah didata Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) yang bertugas sejak pertengahan bulan Juli lalu. Akibatnya dirinya tak mendapat surat undangan nyoblos sehingga tak bisa menggunakan hak pilihnya.

    “Mungkin sudah tahu kalo di sini ini akan milih siapa,” katanya menduga.

    Meski hujan turun, POSMETRO.CO berusaha mendatangi sejumlah rumah di kawasan tersebut. Seperti warung penjual ketoprak, nasi, warung kelontong, bubur dan warga lainnya untuk menanyakan kebenarannya.

    Ternyata, mereka belum mendapatkan surat undangan menyoblos. Padahal sudah lama bermukim di tempat tersebut dan sudah mengantongi e-KTP.

    “Belum pak, saya juga belum mendapat surat undangan nyoblos,” kata pemilik warung nasi yang warungnya sekaligus digunakan sebagai tempat tinggal.

    Saat didatangi wartawan ini dan ditanya apakah belum menerima form model c, pedagang nasi itu tampak girang, mungkin dikiranya akan diberi surat undangan. Sampai kepalanya melongok memperhatikan tas wartawan. “Kiraan apa pak,” katanya setelah sadar tas tak dibuka.

    Pantauan di lokasi, ada sekitar 30 – 40 kepala keluarga (KK) bermukim di wilayah tersebut. Bila di rumah itu ada 3 pemilih x 40, sudah 120 warga yang terancam tak bisa menggunakan hak pilihnya.

    Ketua RT setempat saat akan ditemui sedang keluar. Istri ketua RT yang ditanya juga mengaku belum mendapat form c-KWK. “Saya juga belum dapat (form c-KWK),” ucapnya.

    Sedangkan warga yang diberitahu bisa menggunakan hak pilihnya dengan membawa e-KTP di TPS dekat tempat tinggalnya, mulai pukul 12 hingga pukul 13.00 WIB, mengaku enggan mendatangi TPS, karena petugas di TPS terkesan bertele-tele.

    “Sudah saya merasakan pak. Pengalaman saya dulu datang bawa e-KTP jam 10.00, lalu disuruh datang lagi jam 12.00. Saya pulang dulu,” ujar warga lainnya.

    Lalu ia datang lagi, tapi petugas mengatakan jam 12.30 WIB bisa nyoblos.
    “Alasan petugas katanya pemilih yang membawa undangan belum selesai. Ya saya pulang lagilah, akhirnya tak nyoblos. Malas datang lagi,” ucapnya sembari menduga adanya hal yang tak beres terhadap petugas.

    “Khawatirnya, suara warga yang tak datang dimasukkan pula (ke kotak),” ketusnya mengakhiri perbincangan.(waw)