POSMETRO.CO Metro Kepri Batam

Pengalaman Nakes Menangani Covid-19; Pernah Stres dan Terpapar Corona (Bagian-2/Habis)

Seorang nakes yang tidak bisa pulang ke rumah berkomunikasi dengan anaknya melalui seluler. Foto: abg

BATAM, POSMETRO.CO: Tika mengatakan, dirinya pernah berada di titik jenuh dan stres. Ia dan sesama rekannya sampai kelelahan. Karena, keterbatasan tenaga.

Tika berharap angka kasus Covid-19 di Kota Batam berkurang. Tapi masih banyak masyarakat yang terpapar. Karena masih ada saja yang warga yang abai terhadap protokol kesehatan. Hal ini yang juga membuat dirinya sedih.

“Kalau namanya titik jenuh itu pasti ada. Stres juga ada. Apalagi Nakes banyak yang kena. Belum lagi kasus yang naik turun, yang tak henti-hentinya. Jujur, kita juga mulai lelah saat itu,” kata ibu dua putra ini.

Belum lagi ditambah dengan panas dan gerahnya baju pelindung diri atau hazmat. Baju seragam perang tersebut, harus ia kenakan beberapa jam saat menangani pasien Covid-19.

Katanya, perlu kerja keras saat mengenakannya, mulai dari masker, sarung tangan, baju, sepatu dan lainnya harus berlapis. Hal ini agar menghindari paparan virus.

“Kalau perawatan ekstra bisa 2 jam atau hingga 3 jam lebih makainya (APD). Tapi, kalau perawatan biasa, selesai tindakan kita keluar. Jadi, memang APD harus diganti setelah memasuki ruangan perawatan. Masuk lagi, pakai yang baru. Kalau tidak bisa alergi atau gatal-gatal,” beber Tika.

Tika juga mengatakan, dirinya sempat memiliki rasa khawatir. Apalagi, kedua orang tuanya juga memiliki penyakit dan kedua putranya memasuki usia remaja. Sebagai Nakes yang sudah menangani pasien Covid-19, imbauan protokol kesehatan ia terapkan. Sang anak setiap pagi harus berolahraga, mengkonsumsi vitamin, berjemur, dan menggunakan masker. Bahkan, untuk keluar rumah saja juga dilarang.

“Khawatir itu pasti ada. Jadi sebelum pulang harus mandi dulu di rumah sakit. Baru, kita pulang. Kalau awal Covid-19, setiap masuk ruangan pasien, kita harus mandi. Jadi, lama-lama kami juga masuk angin,” katanya sambil ketawa.

Dari tahun 2009 silam, Tika tercatat sebagai ASN-Nakes di RSUD EF Batam. Kepak sayapnya, selama 11 tahun sebagai petugas medis sudah tak diragukan lagi. Namun demikian, ia bukanlah manusia super. Tika, juga tumbang terpapar Covid-19 bersama sejumlah rekan sejawatnya. Bahkan, kala itu klaster Nakes menjadi penyumbang terbanyak dalam kasus Covid-19.

“Sejujurnya kita tak tahu tertular dari mana. Karena, kita sudah sangat ketat dalam penerapan protokol kesehatan. Saat itu Agustus, salah satu teman terpapar, rumah sakit melakukan swab massal. Hasilnya keluar, saya positif,” sebut perempuan kelahiran Batam, 42 tahun silam.

Dari hasil terpapar tersebut, membuat gempar seisi rumahnya. Kedua orang tua, adik, suami dan dua anaknya juga turut melakukan pemeriksaan swab. Hasilnya, keluarga dinyatakan negatif. Sementara itu, Tika harus mengalami hal serupa dengan pasien Covid-19 dengan menjalani perawatan selama 7 hari.

“Alhamdulillah, keluarga hasilnya negatif. Hanya saya saja yang kena (Covid-19). Karena, di rumah itu super ketat protokol kesehatan. Hasil keluar, saya tidak pulang ke rumah. Saya harus melakukan karantina selama seminggu,” ucapnya sembari saat wawancara itu ia berkesempatan membalas chat temannya.

Ia juga mengungkapkan rasa bahagianya, tatkala sejumlah pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19. Imbauan, protokol kesehatan juga diselipkan. Hal ini sebagai pengingat bahwa pasien itu pernah terpapar Covid-19.

“Setiap pasien sembuh tetap kita imbau protkes sebagai pengingat. Kita juga arahan untuk kontrol dan lainnya. Karena, kalau tidak betul menjalani protkes, kemungkinan tertular bisa terjadi,” tandasnya menutup perbincangan.(hbb)