Petani Cabai di Batam Banting Stir Jadi Petani Semangka

    spot_img

    Baca juga

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...

    PWI Kepri Terima Kunjungan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kepri

    >>>Kampanyekan Program Merdeka Belajar TANJUNGPINANG, POSMETRO.CO : Persatuan Wartawan Indonesia...

    Peran Strategis Pabrik Baru, Batam Memperkuat Posisi sebagai Pusat Industri

    BATAM, POSMETRO.CO : Batam terus berkembang sebagai pusat pertumbuhan...

    Persiapan Muhammad Rudi Menuju Pilkada 2024  

    >>>Komunikasi dengan Partai Politik Kepri  BATAM, POSMETRO.CO : Setelah menyatakan...
    spot_img

    Share

    Salah seorang penjual Cabai di salah satu pasar di Batam. (Foto-jho/posmetro)

    BATAM, POSMETRO.CO: Harga cabai di Batam hingga kini belum normal. Meski sempat turun, namun masih dirasakan tinggi oleh masyarakat. Kenaikan terjadi akibat supai “si pedas” ini ke pasaran di Batam pun berkurang. Hal ini terjadi akibat sejumlah petani cabai di Batam mengalami gagal panen hingga memilih banting stir menjadi petani semangka untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

    Salah seorang pedagang di pasar basah SP Plaza, Sagulung, Batam, yang ditemui POSMETRO.CO, Memak mengatakan kenaikan harga cabai sudah berlangsung dua pekan terakhir. Bahkan puncak kenaikannya terjadi pada tanggal 26 Oktober lalu

    “Tanggal 26 lalu, harga cabai merah tembus hingga Rp 70 ribu perkilo. Sedangkan cabai rawit 50 ribu perkilo,” ucap Menak.

    Ia melanjutkan, pada umumnya harga normal cabai merah adalah Rp 40 ribu perkilo. Sementara harga normal cabe rawit Rp 23 ribu perkilo

    “Dan saat ini, harga cabe sudah mulai turun, tapi belum normal. Cabe merah masih Rp 50 ribu perkilo, cabe rawit Rp 35 ribu perkilo,” jelasnya Jumat(6/11) siang.
    Ia menambahkan pasokan cabai yang masuk ke pasar sangat terbatas. Hal ini karena cabai masih sulit di cari. Cabai ini pun di datangkan dari luar batam, diantaranya dari Padang dan pulau Jawa.

    Sementara Johan, salah seorang petani di kawasan Barelang yang ditemui mengakui bahwa penanaman cabai mengalami gagal panen. Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca yang tak mementu. Akibatnya petani tidak bisa mendapatkan hasil panen yang optimal.

    “Kadang hujan, kadang panas. Akhirnya daun cabai keriting dan tidak bisa di panen lagi,” ungkapnya

    Akibat gagal panen yang dialami Petani Cabai di Batam. Membuat Harapan para petani pupus. Akibatnya sejumlah petani di kawasan Barelang pun memilih memusnahkan tanaman cabai mereka dengan cara dibakar.
    dan memilih banting stir.

    “Ada delapan hektar yang ditanamai pohon cabai yang saya bakar karena tidak bisa di panen,” ujarnya.

    Kini para petani di Barelang lebih memilih menanam semangka dari pada bertahan menanam cabai. Semangka ini diharapkan bisa menganti kerugian para petani pasca gagal panen cabai

    “Di bulan Oktober, November dan Desember lebih bagus menanam semangka. Sebab akan memasuki musim hujan,” harapnya.(jho)