Lingga Masih Banyak Jembatan Kayu, Dilintasi Bus Damri

    spot_img

    Baca juga

    Cara Diam Kapolda Kepri dalam Menyalurkan Bantuan 

    BERBUAT diam-diam, diam-diam berbuat. Itulah yang dilakukan Kapolda Kepri...

    Marlin Agustina Dukung Penuh Pengembangan SDM Unggul di Kota Batam

    BATAM, POSMETRO.CO : Wakil Gubernur Kepri, Hj Marlin Agustina...

    Bupati Natuna Sampaikan LKPJ 2023 dan Ranperda 2024 ke DPRD Natuna

    NATUNA, POSMETRO.CO : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten...

    Sensei Oji Konsisten Melahirkan Atlet Beprestasi

    BELADIRI jujitsu. Ini merupakan teknik pertahanan diri yang sempurna....
    spot_img

    Share

    Pengendara motor melintas di Jembatan kayu yang berada di Kelurahan Daik, jalan menuju ke Lingga Timur. (Posmetro.co/mrs)

    LINGGA, POSMETRO.CO: Usia Kabupaten Lingga sudah memasuki ke-16 tahun, namun permasalahan jembatan yang merupakan urat nadi masyarakat masih menggunakan kayu.

    Sebanyak 6 jembatan kayu itu terletak di satu di wilayah Kampung Pasar Daik, satu di Kampung Melukap Darat, tiga di antara Desa Panggak Laut dan Desa Nerekeh, dan satu lagi di Desa Musai.

    Mirisnya, jembatan tersebut sebagian sudah keropos. Perbaikan tetap dilakukan, tapi tidak permanen oleh pemerintah daerah, dengan anggaran seadanya. Sedangkan wilayah tersebut termasuk Kecamatan Lingga yang merupakan pusatnya pemerintahan kabupaten.

    Wajar saja jika ada warga Kecamatan Lingga komplain dengan pemerintah daerah terutama Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Lingga, sebab pembangunan fisik, jalan dan jembatan merupakan tanggung jawab dinas PU.

    “Hanya kabar burung saja, katanya ingin dibuat permanen, faktanya apa? Harusnya pemerintah melalui dinas memprioritaskan enam jembatan kayu itu secara bertahap. Apalagi sekarang kendaraan berat saban hari melewati jalan itu, termasuk Damri dari Lingga Timur menuju Daik Lingga,” celetuk Yandi kecewa.

    Membuat dia kesal, Kabupaten Lingga memasuki usia ke-16, jangankan pemantapan fasilitas ibu kota kabupaten, jembatan yang ukurannya cuma beberapa meter setiap jembatan tidak di bangun.

    “Terkadang hanya berlebihan wacana, sehingga jembatan hanya menelan anggaran ratusan juta saja tidak diakomodir. Negeri ini memang aneh, yang besar manfaatnya di belakangkan, yang kurang manfaatnya didulukan,” celetuknya kian kesal.

    Kekecewaan juga di sampaikan Humadi warga Daik, dia menilai jembatan menuju ke lintas Timur tersebut jarang di sorot, sedangkan jalan tersebut selalu dilewati para pejabat pejabat, bukan mereka tidak tahu.

    “Sangat tidak etis, di wilayah Kecamatan Lingga sebagai ibu kota kabupaten masih ada jembatan kayu. Semua orang tahu, jangan anggap kami warga Daik diam, kami bodoh. Ingat, cepat atau lambat kami akan membentuk kelompok dan mengumpul massa akan membuat aksi. Kita lihat saja nanti,” kecam pria yang aktif berorganisasi ini.(mrs)