Tangkal Radikalisme, Aktivis Perempuan Kepri Dapat Pelatihan

    spot_img

    Baca juga

    Bentrok Berdarah di Kos-kosan Bengkong Indah

    BATAM, POSMETRO: Tersinggung dituduh selingkuh dengan pacar temannya, Satria...

    Ansar Melepas Jalan Santai Ilunisda Tanjungpinang

    KEPRI, POSMETRO: Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad yang...

    Gubernur Ansar dan Alumni SMAN 2 Tanjungpinang Rayakan Persaudaraan di Reuni Akbar

    KEPRI, POSMETRO: Ikatan Alumni SMAN 2 Tanjungpinang (ILUNISDA) menggelar...
    spot_img

    Share

    Foto bersama usai acara.

    TANJUNGPINANG, POSMETRO.CO :  Untuk menangkal radikalisme dan terorisme, para aktivis perempuan di Provinsi Kepri dilatih trik tmelalui pendekatan lunak di kalangan masyarakat.

    Acara yang digelar BNPT dan FKPT Kepri di Hotel CK Tanjungpinang, Kamis (16/5),  bertema panitia menghadirkan dua pembicara yakni Muhammad Lutfi, S.Ip., M.Si. Sebagai Kasi Pemulihan Korban BNPT,
    dan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Kepri Misni.

    Menurut Sekretaris FKPT Kepri Drs Indra Syaputra saat pembukaan, selama ini banyak perempuan menjadi korban konflik, hingga semua harus bisa mengupayakan pendidikan bagi perempuan sebagai pendidik keluarga.

    Menurut Indra, perempuan perlu dilibatkan dalam pencegahan teroris dan radikalisme ini, karena perempuan mampu menyuntikkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi.

    “Peran pelibatan perempuan sangat penting karena umumnya perempuan taat kepada suaminya, hingga bisa menepis ajakan-ajakan radikal yang bisa saja dilakukan oleh suami kepada istrinya,” sebut Indra.

    Selain itu, sebutnya para Ibu juga memiliki waktu yang lebih banyak bersama anaknya dibandingkan ayahnya hingga kaum ibu merupakan orang yang cocok untuk dilibatkan dalam pencegahan teroris.

    “Menurut Indra, Kasus bom sudah banyak terjadi di Indonesia hingga pemutusan mata rantai radikalisme tidak bisa berjalan hanya dipusat saja namun mesti dilakukan serentak,” sebutnya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Peremouan dan Anak Misni, S.Km., M.Si menuebutkan, pada kasus teroris yang beberapa kali di Indonesia, wanita dan anak merupakan korban dari teror itu sendiri meski mereka terlibat sebagai pelaku.

    “Anak anak dan perempuan tidak akan mau ikut hal hal yang membahayakan itu tanpa bujukan suami atau pihak lain. Jadi tetap saja anak dan perempuan menjadi korban.

    Dalam Beberapa studi menyatakan selalu ada hubungan antara terorisme dan radikalisme;

    “Kerentanan terorisme dapat menjadi humus dalam perkembangan radikalisme dan terorisme dan perempuan selalu memiliki kolerasi yang signifikan terkait dengan radikalisme danbterorisme,” kata Misni.

    Orang tua, sambung Misni mesti terus memantau pertumbuhan anak-anaknya. “Saat anak mengurung diri di kamar, mesti diajak komunikasi untuk mencari jalan keluar dari masalah yang kemungkinan sedang dialami oleh si anak,” sebutnya.***