Cerita Ifan Seventeen 2 Jam Terampung di Laut Setelah Dihantam Tsunami

    spot_img

    Baca juga

    33 Permohonan PKKPR Dibahas Forum Penataan Ruang Daerah

    BATAM, POSMETRO.CO : Forum Penataan Ruang Daerah (FPRD) Kota...

    Pejabat TNI AL Kunjungi Pemko Batam

    BATAM, POSMETRP.CO : Sejumlah pejabat tinggi TNI Angkatan Laut...

    Indosat Ooredoo Hutchison dan Mastercard Umumkan Kemitraan Cybersecurity Center of Excellence

    >>>Mengupayakan perlindungan serta peningkatan kepercayaan dalam ekonomi digital Indonesia JAKARTA,...

    Halal Bi Halal Guru dan Murid SD 01 Ranai Usai Lebaran Idul Fitri 1445 H

    NATUNA, POSMETRO.CO : Majelis guru, dan murid Sekolah Dasar...

    Kepala BP Batam Dukung Realisasi Pembangunan Premium Outlet Pertama di Batam

    BATAM, POSMETRO: Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) melalui Biro...
    spot_img

    Share

    ANYER, POSMETRO.CO : Riefan Fajarsyah alias Ifan Seventeen,  masih trauma dengan musibah tsunami yang menerjang pantai Anyer dan sekitarnya.

    Sebab, sejumlah personel dan keluarga band beraliran pop itu, menjadi korban bencana tsunami di pesisir Selat Sunda, Banten, Sabtu (22/12) malam.

    Ifan Seventeen mengaku terpental cukup jauh saat tsunami menerjang lokasi acara. Bagkan, dia sempat mengapung di lautan selama dua jam.

    “Enggak tahu persis berapa jauhnya. Tapi yang jelas saya sekitar dua jam terapung-apung di laut,” kata Ifan Seventeen saat diwawancarai TVone, Minggu (23/12).

    Pelantun Menemukanmu ini mengaku nyaris menyerah ketika itu. Beruntung setelah berusaha menggapai-gapai, dia menemukan sebuah box untuk berpegangan.

    “Saya lihat chaos sekali. Sampai saya bisa menggapai sebuah box, saya berusaha lari menjauh dari kerumunan dan habis itu selang beberapa menit suasana sepi. Ternyata udah jadi mayat semua,” ujar Ifan.

    Dia juga syok ketika sampai di daratan melihat dua jenazah rekannya. “Saya ketemu sama jenazahnya Mas Oki dama Mas Bani. Dalam keadaan terjepit, tapi udah dipinggirin sama warga,” ungkap Ifan.

    “Evakuasinya berjalan sangat lambat karena katanya jalan terputus dan mati lampu gelap dan hujan deras. Bencananya itu sepanjang pantai gitu katanya banyak evakuasi yang terjadi. Jadi memang lambat sekali,” tambah Ifan.

    Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengabarkan bahwa tsunami di kawasan pantai barat Provinsi Banten dan pantai selatan Provinsi Lampung diduga dipicu aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Kondisi gelombang di Selat Sunda pada 21 – 25 Desember 2018 juga sedang mengalami gelombang tinggi karena bulan purnama. (mg7/jpnn)