Djoko Rudi. E, Sosok dari Keluarga Sederhana yang berhasil menjadi Jenderal Polisi

    spot_img

    Baca juga

    Sistem E-Katalog Versi 6.0 LKPP Resmi Meluncur, Lebih Responsif, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

    JAKARTA, POSMETRO.CO : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP),...

    Empat Penghuni Hotel Melati di Jodoh- Nagoya Diangkut Polisi

    BATAM, POSMETRO: Diduga kerap dijadikan sebagai tempat penyalahgunaan narkotika,...

    Batam Jadi Pilot Project Pemasangan Jaringan Gas

    BATAM, POSMETRO: Kabar gembira, Pemerintah Pusat melalui Kementerian ESDM...

    200 Warga Batam Mulai Mudik Gratis ke Jakarta Naik KM Kelud 

    BATAM, POSMETRO.CO : Sedikitnya 200 peserta mudik gratis Program...
    spot_img

    Share

    Irjen Pol Djoko Rudi E

    JAKARTA, POSMETRO.CO: Djoko Rudi merupakan Perwira Tinggi Polri berpangkat Inspektur Jenderal Polisi, ia merupakan Alumni Akademi Kepolisian Angkatan 1991 dalam Batalyon Bhara Daksa .

    Jenderal Polisi kelahiran Magelang Jawa tengah ini, merupakan Jenderal Polisi yang saat ini berdinas di Lemhannas RI dengan Jabatan Tenaga Utama Pengkaji Hukum dan HAM Lemhannas RI.

    Disela sela wawancara nya, Jenderal Polisi Bintang Dua ini, mempunyai cerita kehidupan yang unik dan menarik di kalangan Kepolisian RI.

    Beliau dilahirkan di lingkungan Militer AD di Magelang Jateng 54 tahun lalu , namun bukan bercita-cita menjadi tentara. Tetapi dia milih menjadi Polisi sebagai Profesinya hidupnya, Padahal orang tuanya adalah Seorang TNI dengan Pangkat Kapten.

    Perjalanan hidup Djoko Rudi kala itu hidup dengan keterbatasan dan kesederhanaan ekonomi, meski berasal dari keluarga sederhana ia sempat bercita-cita menjadi mahasiswa dalam perguruan tinggi, namun keinginannya kandas saat itu karena keterbatasan biaya dalam keluarga besarnya.

    Kegagalan itu justru menyulut semangatnya untuk tetap menjadi orang yang berguna bagi negara. Saat itulah tekat bulatnya akhirnya beralih profesi dan cita-cita menjadi polisi. Dengan bermodal semangat ia pun ambil bagian mendaftarkan diri dalam seleksi Akabri ditahun1988. Alhasil ia berhasil lolos dan menjadi Taruna Akabri Kepolisian dan lulus Akpol pada tahun 1991 dalam Ikatan Alumni Batalyon Bhara Daksa .

    Dengan bermodalkan semangat dan doa dari orang tua saat itu Djoko Rudi muda yang hidup dalam serba kekurangan, justru menjadikan tekatnya untuk belajar dan berlatih serta berupaya dan berdoa. Hasilnya karirnya terus melesat di korps Bhayangkara. Kini ia menjadikan polisi berpangkat Inspektur Jenderal Polisi.

    “Saya tidak punya kampung halaman seperti orang-orang lainnya, karena saya selama hidup berpindah-pindah dari asrama ke asrama yang lain,” cerita Djoko Rudi sambil tertawa mengenang masa lalu kecilnya yang sangat mengenang di jiwanya.

    Salah satunya untuk kesekolah ia selalu berjalan kaki. Namun sosok Djoko Rudi saat itulah terbentuk menjadi pria yang tangguh.

    “Dulu saya hanya bercita-cita menjadi PNS saja, karena menyadari saya dari keluarga kecil dan tidak punya, berbeda dengan orang orang lain yang mempunyai kekuatan ekonomi dan derajat yang tinggi serta bukan anak pejabat berkelas saat itu,” ketusnya.

    Djoko dalam wawancaranya mengatakan dari awal tidak ada mimpi menjadi Polisi bahkan menjadi Pejabat di kalangan Polri, karena keturunan dan leluhurnya semua berasal dari kalangan Militer meskipun dalam pangkat yang biasa-biasa .

    Masih segar di ingatanya kala itu saat Test Taruna Akabri ditingkat pusat , di Magelang, ternyata ia mendapatkan nilai kelulusan 2 Matra yang baik, yaitu Akademi Angkatan Udara dan Akademi Kepolisian. Hingga akhirnya mendapat panggilan untuk wawancara pemilihan Matra. Saat itulah Djoko memilih Matra Polri (Akademi Kepolisian) sebagai pilihan kariernya .

    Berikut petikan wawancara POSMETRO dengan Jendral Bintang Dua ini:

    Kenapa memilih Akademi Kepolisian kala itu, padahal anda bersar di kalangan tentara…?

    Saya juga tidak tahu, mulut ini nyeltuk aja muncul dan berbicara Akademi Kepolisian (sambi tertawa kecil). padahal Institusi ini sangat asing bagi saya dan Keluarga besar. Bahkan Panitia bertanya kamu anak seorang TNI kenapa kamu pilih Polri. Saya akhirnya menjawab saya ingin mengetahui serta mendalami tugas pokok Kepolisian Negara ini seperti apa? Dan saya bilang keluarga besar saya tidak ada yang menjadi Polisi.
    Itulah akhirnya saya di masukkan ke Akademi Kepolisian Akpol.

    Lalu bagaimana pendapat keluarga Jenderal bahwa Jenderal waktu itu pilih di kepolisian?

    Keluarga saya seluruhnya mendukung dan senang karena satu-satunya anak dari leluhur saya yang menjadi Polri hanya saya, alhasil saya bisa mengajak keluarga besar saya berjiwa sebagai Polisi, memerankan sebahai keluarga besar Polri.

    Bagaimana pendapat Jenderal tentang carut marut Permasalah Polri saat ini…?

    Semua itu adalah dinamika tugas Pokok Polri di lapangan dalam Ranah Operasionalnya yang selalu beririsan dengan permasalahn dan pengambilan keputusan, mana kala permasalahan muncul dan menjadi polemik di Tubuh Institusi Polri. hal tersebut justru menjadikan tantangan bagi kita semua personel Polri untuk terus menjadikan polri lebih baik. Polri adalah Profesi dan merupakan jalan untuk Mengabdi. Maka dari itu bila tidak mau menerima resiko dan takut terkena masalah, jangan jadi Polisi, apalagi jadi pejabat Polri. Polisi dalam ranah UU no 2 th 2002 di nobatkan sebahai Pelindung, pengayom dan pelayan serta penegak Hukum Masyarakat. Kapasitas Polri dalam melaksanakan tugasnya, Polri diberi wewenang diskresi Kepolisian dan bergerak sendiri dengan payung hukum harus dipertanggung jawabkan secara perorangan (Diskresi Kepolisian). Hal itu lah yang menjadi tantangan semua personel Polri dilapangan, manakala mereka ada sandungan dan jeratan hukum atas prilaku dan pelanggaran kewenangan dalam Operasionalnya. Maka mereka harus bertanggung jawab atas tindakan Kepolisian mereka.
    Saya bangga atas aturan itu semua karena menjadikan polisi harus berani dan berani bertindak dan harus berani bertanggung jawab sesuai amanah UU dan Amanah tuntutan Rakyat sebagai pelayan masyarakat atas konsekwensinya yang termaktub dalam UU, untuk itu Polri dalam bertindak harus sesuai Prosedural, Proporsional serta Profesional.

    Pengalaman tugas di wilayah yang pernah dialaminya sangat berpengaruh dlm pandangan dan wawasan dalam Sociaty Conflick Control sehingga peran tugas polisi dimasyarakat sangat dirasakan dan bisa dilakukannya dengan baik .

    Dinas dan pengabdian dibeberapa daerah sebahai kebanggaan pengabdian tugasnya melalui Polri baik di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bengkulu, NTB l, Kepri, Bandung dan Pusat-pusat pendidikan sebagai Guru baik di pusdik dan lembaga pendidikan Polri sebagai sarana pengabdian sudah dilakukan serta menjadikan berkah dan sebagai saran ibadah.

    “Semoga kita semua tetap dalam lindungannya serta amanah dalam tugas mengawal dan menjaga Negara ini sesuai ranah aturan dan UU yang telah diberikan oleh negara kepada institusi kita,” tutup Djoko Rudi.(ria/**)