Kisah Kerja Keras Anggota Komisi 3 DPRD Kepri Sahmadin Sinaga SE MM

    spot_img

    Baca juga

    Bentrok Berdarah di Kos-kosan Bengkong Indah

    BATAM, POSMETRO: Tersinggung dituduh selingkuh dengan pacar temannya, Satria...

    Ansar Melepas Jalan Santai Ilunisda Tanjungpinang

    KEPRI, POSMETRO: Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad yang...

    Gubernur Ansar dan Alumni SMAN 2 Tanjungpinang Rayakan Persaudaraan di Reuni Akbar

    KEPRI, POSMETRO: Ikatan Alumni SMAN 2 Tanjungpinang (ILUNISDA) menggelar...
    spot_img

    Share

    “Saya lebih puas memberikan kerja nyata dari pada acara – acara seremonial. Lebih bagus aktualisasi yang bisa dirasakan masyarakat, dari pada hanya bicara.”

    Pekerjaan apa saja pernah dilakukannya. Kuli panggul di Pelabuhan, jadi tukang ojek, sopir taksi, sampai kuli bangunan.

    Ini semua pernah dijalaninya demi uang. Untuk melanjutkan hidup. Tidak mau menjadi pengagguran. Harus tidak menjadi beban orang lain. “Saya tidak bisa hidup tanpa uang,” ujarnya menegaskan.

    Dengan berbagai pekerjaan yang dilakukannya, tadi bukan berarti dia tak memiliki pendidikan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik.

    Dia seorang sarjana ekonomi. Kalau sekarang, mungkin sulit menemukan seorang tamatan S1 yang mau bekerja sebagai kuli bangunan yang posisinya pun cuma helper. Menjadi kuli angkut barang di pelabuhan.

    “Saya tak mau mengaggur,” ucapnya. Inilah perjalanan hidup Sahmadin Sinaga. Penuh proses berliku. Hingga akhirnya menjadi seorang wakil rakyat.

    Anggota DPRD Provinsi Kepri. Sudah dua priode bahkan. Salah satu politisi pertama yang menduduki kursi di DPRD Provinsi dari Partai Nasdem.

    Bahkan dia juga seorang pengusaha properti ternama di Batam. Lengkap sudah. Selasa (2/8) siang Tim POSMETRO, mendapat kesempatan untuk berdiskusi besama pria asal Sumut itu.

    Menceritakan perjalanan hidupnya merantai ke Batam hingga sukses seperti saat ini.

    “Semua butuh proses, tidak ada yang instan,” katanya.Berawal dari tahun 1994 silam. Sahmadin muda mulai melangkahkan kakinya harus keluar dari kampung halamannya.

    Mencari pengalaman, mencari pekerjaan menuju Pulau Batam. Dengan prinsip hidup, tidak bisa hidup tanpa uang. Jelaslah sudah, saat tiba di kota industri ini, Sahmadin sudah harus berkerja. Hanya itu cara untuk dia bisa memiliki uang. Bisa melanjutkan hidupnya. “Ya harus bekerja. Apa saja,” ucapnya.

    Mulai dari menjadi pekerja bangunan, tukang ojek, sopir taksi sampai kuli pelabuhan. Semua dikerjakannya. Yang penting bsia mendapatkan uang yang halal.

    “Saya punya teman yang buka kursus bahasa Inggris. Jadi saya juga ikut gabung buka kursus untuk akutansi, karena memang keilmuaan saya itu,” tuturnya memulai cerita kisah hidupnya.

    Semua pekerjaan tadi dikerjakannya saat pagi dan siang hari. Malam harinya dia pun harus menjadi instruktur di tempat kursus.

    Terus aktifitas ini dilakukannya. Hingga sampailah dia pada titik balik yang bisa merubah kehidupannya hingga saat ini.

    “Hari itu saya tidak bekerja (kuli bangunan). Saya pergi melamar pekerjaan,” ujarnya bercerita.

    Saat itu salah satu pengawas di proyek tempatnya bekerja bertanya pada temannya, kerberadaan Sahmadin.

    “Terakhir salah satu pengawas di proyek itu menanyakan saya, karena tidak masuk kerja. Karena waktu itu saya tidak bekerja, sedang izin untuk melamar kerja,” katanya.

    Si pengawas menanyakan kepada teman Sahmadin, pekerjaan apa yang sedang dilamarnya.

    “Teman saya menjawab, dia itu sarjana, makanya sambil cari kerja juga. Si pengawas balik bertanya, sarjana gitu, kok mau dia kerja bangunan? ya teman saya menjawab, tidak tahu. Cuma teman saya bilang, biasanya nanti habis melamar kerja, sore dia datang ke lokasi proyek.

    Nah, pas itu memang ada lowongan pekerjaan di perusahaan yang proyeknya sedang kami kerjakan.

    Saat itulah Sahmadin langsung memasukkan lamarannya ke perusahaan itu. Bagian yang menerima lamaran Sahmadin pun sempat  bertanya.

    Bahwa Sahmadin salah satu kuli bangunan di proyek yang mereka kerjakan. Tentulah, dia mengiyakannya.

    “Sarjanan kok mau kerja bangunan?” inilah pertanyaan selanjutnya si penerima lamaran tadi.

    “Dari pada nganggur,” jawab Sahmadin. Akhirnya Sahmadin pun diterima tanpa tes. Dia langsung bisa bergabung di perusahaan tempat dia menjadi buruh bangunan.

    “Karena kahlian saya di akunting, jadi saya berada di posisi bagian keuangan saat itu,” cerita Sahmadin.Di sinilah menurut Sahmadin, terus berporses.

    “Untuk generasi generasi sekarang. Artinya, pekerjaan apa pun yang kita dapatkan sekarang, berikanlah yang terbaik. Karena hasilnya pasti yang terbaik pula yang kita terima,” Sahmadin menuturkan.

    Sahamadin mencontohkan sebuah etos kerja yang baik. Saat dia masih menjadi tukang ojek dulu, dia kan selalu melihat karakter penumpangnya.

    “Saya akan selalu memperhatikan kebutuhan penumpang saya. Misalnya ibu-ibu, ini kita harus perhatikan. Seorang ibu-ibu tentulah tidak suka yang namanya ngebut. Jadi saya harus bawa dengan kecepatan yang sesuai dengan penumpang. Makanya saya dulu cepat dapat pelanggan. Mereka akan terus menggunkan jasa kita,” paparnya.

    Artinya menurut Sahmadin, apa pun profesinya, semua harus ditekuni dan dijalani dengan baik.

    “Dulu waktu saya jadi sopir taksi, orang menyangka saya bukan sopir taksi. Karena penampilan saya rapi. Kenapa? ya karena habis kerja nyopir taksi itu, saya langsung mengajar di tempat kursus. Begitulah aktifitas itu terus saya lakukan. Hingga akhirnya saya bekrja di garama group menajdi itu,” ujarnya.

    Menjadi karyawan di perusahaan properti itu, Sahmadin menjalaninya kurang lebih sebelas tahun. Saat itulah, dia mulai berpikir untuk menjadi pengusaha. Menjalankan usahannya sendiri. Bisnisnya sendiri. Dari sekian pengalaman kerja yang didapatkannya.

    Sahmadin pun mencoba peruntungannya menjadi seorang kontraktor untuk properti. Bahkan bisnis ini terus dilakoninya hingga saat ini. Hingga dia menjadi seorang politisi.

    “Apapun yang diberikan pada kita, kita manfaatkan kita kerjakan dengan sebaik mungkin dan setulus mungkin,” pesan Sahmadin.

    Meski diakuinya, tidak pernah terbayang sedikit pun harus berkecimpung di dunia politik. Tidak pernah terbayang saya jadi politikus. Tidak ada sama sekali. Awalnya cuma dari obrolan di kedai kopi.

    “Di komunitas kami, yang senior senior atau orang tua orang tua itu, ngobrol bagaimana harus ada dari kalangan kami yang bisa menjadi wakil rakyat. Saya yang ditunjuk untuk itu. Spontanitas. Tapi ini mungkin jalan tuhan. Ini jadi berkah,” tuturnya.

    Menurut Sahmadin dalam menjalani hidup atau memilih, untuk melakukan sebuah hal mesti dijalani dengan ikhlas.

    “Kalau bicara soal persaingan dan resiko. Tidak ada pekerjaan yang tidak ada resiko atau persaingan,” katanya.

    Semua hal pasti ada saingan. Ada resiko. “Tidak ada profesi yang tidak ada saingan. Semua ada. Jadi ya kita jalani saja dengan memberikan yang terbaik apa yang kita bisa,” katanya.

    Intinya menurut Sahmadin, menjalani semua ini mengalir saja.

    “Seperti air. Yang penting kita jalani dengan baik. Lakukan dengan yang terbaik apa yang sudah kita jalani,” ujarnya lagi.

    Namun terlepas dari semua itu, dijelaskan Sahmadin, salah satu yang membuatnya menerima “tantangan” menjadi politisi melihat ada hal yang terasa kurang dalam pandangan Sahmadin.

    “Awalnya saya melihat miris. Saat itu, banyak komunitas atau kelompok yang memiliki orang orang di parlemen. Tapi kok terasa, mereka yang telah menjadi anggota DPRD ini kok tidak ada perhatian. Inilah yang memotivasi kita untuk serius terjun ke dunia politik,” paparnya.

    Dijelaskan Sahmadin, bagaimana bisa menjadi manfaat saat menjabat bagi masyarakat.

    “Karena tak selamanya kita berada di posisi yang sama. Saat ini kita menjabat menajdi anggota dewan, belum tentu besok masih menjadi wakil rakyat,” ujarnya lagi.***