UKT Indonesia Spider Jujitsu: Batam Banyak Bibit Atlet

    spot_img

    Baca juga

    Jadi Tersangka, Pj Walikota Tanjungpinang, Terancam Hukuman 8 Tahun Penjara

    BINTAN, POSMETRO: Ditetapkannya Penjabat Walikota Tanjungpinang, Hasan, sebagai tersangka,...

    KONI Kepri Siapkan Atletnya Menuju PON Aceh-Sumut

    KEPRI, POSMETRO: Pelaksanaan PON Aceh-Sumut akan dilangsungkan dari 8-20...

    3 Buaya Terpantau Tim Gabungan Saat Penyisiran Sungai

    BATAM, POSMETRO.CO : Tim gabungan Polri, TNI, Balai Konservasi...

    Selama Mudik Lebaran, Bandara Internasional Batam Layani 1.741 Penerbangan

    BATAM, POSMETRO.CO : PT Bandara Internasional Batam (BIB) mencatat...

    Progres Rempang Eco-City, BP Batam: Listrik dan Air Sudah Mulai Masuk

    BATAM, POSMETRO: Progres pengerjaan bangunan empat rumah contoh untuk...
    spot_img

    Share

    Shihan Mahesa Arba foto bersama dengan pelatih Batam dan peserta UKT, Minggu (10/1). Foto: chi

    BATAM, POSMETRO.CO: Puluhan siswa Indonesia Spider Jujitsu (ISJ) Batam menggelar Ujian Kenaikan Tingkat (UKT), Minggu (10/1). Tes naik sabuk kali ini dihadiri langsung oleh Guru Besar ISJ pusat, Shihan Mahesa Arba.

    Ini kali keduanya Mahesa datang ke Batam untuk menguji siswa ISJ sekaligus memantau bibit atlet jujitsu di Batam. Ujian dilaksanakan di Dojo Batam Fighter Club (BFC)  Bengkong.

    Peserta merupakan siswa dari berbagai dojo yang sudah mendapat rekomendasi dari pelatih untuk mengikuti UKT. Selain Shihan Mahesa Arba, Tim Penguji juga terdiri dari dua Sabuk Hitam lainnya: Sensei Rozi Juhendra dan Sensei Hendrik Kenzo.

    “Total siswa ISJ di Batam ini ada ratusan orang,” kata Kenzo. Tapi hanya 30 siswa yang memenuhi syarat untuk diikutkan UKT.

    Kedatangan Mahesa ke Batam tak sekadar menguji siswa ISJ. Mahesa ingin melihat langsung perkembangan olahraga beladiri jujitsu di Kepri, khususnya Batam.

    “Banyak potensi atlet di Batam,” katanya. Tentu saja, ungkapan ini bukan angin segar belaka. Sebagai orang yang dipercaya menjadi manager atlet Tim Nasional Jujitsu Indonesia pada Asian Games dan SEA Games lalu,
    Mahesa tahu persis tentang perkembangan jujitsu di dunia.

    “Tidak hanya berkembang secara jumlah siswa, tapi perkembangan kualitas dan skil masing-masing siswa di Batam ini sangat luar biasa,” sebutnya.

    “Ini yang memang kita harapkan, olahraga jujitsu bisa merata di semua daerah di Indonesia”.

    Bahkan, sebagai founder ISJ, Mahesa memberikan kenaikan dua tingkat sabuk kepada tiga siswa: Deva, Tres dan Chris. Siswa tersebut dianggap memiliki teknik yang luar biasa. Deva juga dinilai berpotensi menjadi atlet nasional. Usianya kini yang baru memasuki 17 tahun memiliki cukup waktu untuk berkembang.

    “Saya bangga. Artinya, amanah yang saya berikan kepada sabuk hitam di Kepri ini benar-benar dijalankan dengan sangat baik,” ujarnya.

    Mahesa berharap, kepada Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) Kepri, nantinya juga bisa benar-benar melakukan pembinaan kepada atlet Jujitsu Kepri.

    “Dengan adanya pembinaan yang serius, atlet Jujitsu dari Batam maupun Kepri ini akan bisa bersaing di tingkat internasional,” kata Mahesa.

    Mahesa juga menjelaskan, olahraga beladiri jujitsu saat ini sudah masuk kepada olahraga prestasi yang dipertandingkan pada level multievent seperti Asian Games dan SEA Games. Untuk merambah ke bidang prestasi, perguruan atau klub jujitsu itu berada di bawah naungan PBJI. Mahesa mengatakan, ISJ merupakan salah satu perguruan jujitsu yang sudah menjadi anggota PBJI.

    Sedangkan PBJI juga sudah menjadi induk cabang olahraga yang jadi anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

    Selain sebagai olahraga prestasi, Mahesa menegaskan, ISJ pada intinya adalah jenis olahraga beladiri. Prinsip dasar olahraga beladiri itu dipelajari adalah sebagai bekal pembelaan diri.

    Sangat tepat, kata Mahesa, beladiri ini dipelajari oleh petugas keamanan maupun penegak hukum. Dalam kurikulum ISJ, teknik pembelaan diri sudah dirancang untuk semua kalangan dan umur.

    “Wanita juga cocok berlatih jujitsu. Karena, prinsipnya teknik pembelaan diri jujitsu adalah memanfaatkan tenaga lawan,” jelas dia. Jujitsu itu mengedepankan kelemah-lembutan.

    Mahesa menjelaskan, secara garis besar, ada dua kategori skil teknik beladiri dalam kurikulum ISJ: stand up fight dan ground fight. Stand up fight terdiri dari teknik pukulan, tangkisan, tendangan dan tangkapan. Sedangkan ground fight terdiri atas teknik bantingan, kuncian dan pergumulan di bawah. Kurikulum ISJ juga mengajarkan teknik beladiri menggunakan senjata. Ada juga ilmu pernapasan. Sangat lengkap.

    Di pertandingan, juga dibagi menjadi beberapa kategori. Semisal, newaza. Pertandingan ini tidak membolehkan adanya pukulan dan tendangan. Namun, pada kategori fighting system, dibenarkan adanya pukulan maupun tendangan. Ada juga kategori pertandingan keindahan gerak.

    Mahesa berpesan, siswa ISJ juga bisa memetik ‘inti’ dari belajar jujitsu. Jujitsu tak hanya sekadar ilmu beladiri. Namun, semua teknik yang diajarkan dalam jujitsu merupakan cerminan kehidupan nyata. Semisal,
    kata dia, tentang teknik jatuhan.

    Semua siswa terlebih dahulu akan diajarkan teknik jatuhan. Teknik ini wajib dikuasai sebelum siswa diajarkan teknik lainnya seperti membanting, mengunci maupun menendang. Artinya apa? Dalam kehidupan nyata juga begitu.

    “Jangan takut jatuh,” kata dia. “Tapi, kita harus belajar. Gagal? Ulangi lagi”.

    Ia menjelaskan, maksud ‘jatuh’ dalam kehidupan nyata adalah jangan takut mencoba untuk meraih sukses. Gagal dalam mencoba, itu hal biasa. Belajar lagi. Ulangi lagi. Hingga bisa meraih kesuksesan.

    Banyak lagi teknik jujitsu yang jika dipahami dengan benar, bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.

    “Belajar jujitsu sejak usia dini, itu lebih bagus. Karena bisa membentuk mental dan perilaku anak menjadi baik,” kata Mahesa.

    Fahrizal, ayah seorang jujitsan ISJ menyebut, pada awalnya, ia mendaftarkan anaknya berlatih jujitsu pada Sensei Oji hanya untuk mencari kegiatan positif. “Namanya anak laki-laki, harus bisa beladiri juga,” kata ayah dua anak ini.

    Namun seiring latihan, Ryan, sang anak ternyata justru tertarik untuk jadi atlet.

    “Sebagai orang tua, saya sangat mendukung keinginan Ryan,” ujar Fahrizal.

    Kini, Fahrizal merasa bangga, Ryan sudah sering berprestasi di cabang beladiri. Nilai positif lainnya, Ryan bisa jadi inspirasi teman-temannya, tetangga dan kerabat untuk ikut berlatih jujitsu.

    “Alhamdulillah. Kini adeknya Ryan, anak tetangga, anak teman dan teman-teman Ryan juga banyak yang ikut latihan,” sebutnya.(chi)