6 Kecamatan di Aceh Barat Daya Dilanda Banjir dan Tanah Longsor

    spot_img

    Baca juga

    Kunjungan Kapal ke Pelabuhan Batam Meningkat 9 Persen di Triwulan I Tahun 2024

    BATAM, POSMETRO: Badan Usaha Pelabuhan Badan Pengusahaan (BP) Batam...

    Semarak Nan Meriah, MTQH ke XIII Bintan Resmi Dimulai

    BINTAN, POSMETRO: Musabaqah Tilawatil Qur'an dan Hadits (MTQH) ke...

    Cara Diam Kapolda Kepri dalam Menyalurkan Bantuan 

    BERBUAT diam-diam, diam-diam berbuat. Itulah yang dilakukan Kapolda Kepri...

    Marlin Agustina Dukung Penuh Pengembangan SDM Unggul di Kota Batam

    BATAM, POSMETRO.CO : Wakil Gubernur Kepri, Hj Marlin Agustina...
    spot_img

    Share

    ILUSTRASI. Enam kecamatan di Aceh Barat Daya dilanda banjir dan tanah longsor pada Rabu (23/9). (Foto-Jawapos)

    ACEH, POSMETRO.CO: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir dan tanah longsor di Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh, pada Rabu (23/9). Struktur tanah yang labil jadi pemicu terjadinya tanah longsor.

    “Total sebanyak 11 desa terdampak pada enam kecamatan,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam keterangannya, Rabu (23/9).

    Raditya menuturkan, laporan sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat Daya menyebutkan enam kecamatan terdampak, yakni Blangpidie (Desa Mata Le dan Alu Mangota), Kecamatan Susoh (Padang Baru dan Pulau Kayu), Kecamatan Tangan Tangan (Gunung Cut, Padang Kawa dan Blang Padang), Kecamatan Manggeng (Tokoh I dan Padang), Kecamatan Lembah Sabil (Tokoh II) dan Kecamatan Babahrot (Gunung Samarinda).

    “Pantauan sementara beberapa rumah warga terendam dengan ketinggian muka air 30 hingga 50 cm. Dampak lain yaitu longsoran yang menutup akses jalan nasional di Desa Gunung Samarinda,” ucap Raditya.

    Menurutnya, Aceh Barat Daya termasuk kabupaten yang memiliki tingkat risiko bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Dia menyebut, teridentifikasi sembilan kecamatan seluas 30.980 hektar yang memiliki potensi bahaya tersebut. Sedangkan populasi terpapar dengan potensi bahaya banjir sebanyak 71.453 jiwa.

    “Sedangkan tanah longsor, kabupaten ini juga memiliki tingkat risiko dengan kategori sedang hingga tinggi yang teridentifikasi di 8 kecamatan. Jumlah populasi terpapar potensi bahaya tanah longsor sebanyak 6.860 jiwa,” ucap Raditya.

    Oleh karena itu, masyarakat setempat diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi bahaya banjir dan tanah longsor. Khususnya di tengah pandemi COVID-19.

    “Di samping dua potensi bahaya tersebut, masyarakat perlu mewaspadai potensi bahaya lainnya seperti banjir bandang, gempa bumi dan tsunami,” pungkasnya.(jpg)