Kepri Gencarkan Edukasi dan Pendampingan Covid-19

    spot_img

    Baca juga

    Anak Disetubuhi Pacar, Ayah Kandung Malah Ikut-ikutan

    BATAM, POSMETRO: Seorang lelaki paruh baya di Kecamatan Bengkong,...

    MTQ Tingkat Kabupaten Natuna Digelar 21 hingga 26 April 2024

    NATUNA, POSMETRO.CO : Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-XI Tingkat...

    Telkom Indonesia Kembali Raih Penghargaan Linkedin Top Companies 2024  

    JAKARTA, POSMETRO.CO : Konsisten mewujudkan transformasi sumber daya manusia,...

    Armada Rusak, Lalat dan Belatung “Serang” Rumah Warga di Sagulung 

    BATAM, POSMETRO.CO : Hampir sebulan sampah di Perumahan Citra...

    Susu Pertumbuhan vs Susu UHT: Mana yang Lebih Baik untuk Tumbuh Kembang Anak

    Jakarta, POSMETRO: Saat anak mulai memasuki masa MPASI, orang...
    spot_img

    Share

    Sosialisa Tim Bersatu Lawan Covid-19 Kepri-Batam kepada masyarakat.

    BATAM, POSMETRO.CO : Di bawah instruksi Gugus Tugas Covid-19 Kepri, Tim Bersatu Lawan Covid-19 Kepri-Batam terus bergerak melaksanakan program melawan Covid-19 di tengah masyarakat.

    Fokus kegiatan berkisar pada pembagian masker, sosialisasi dan trauma healing/edukasi berupa pendampingan psikis masyarakat.
    Ketua Tim Bersatu Lawan (BLC) Covid-19 Kepri-Batam, Buralimar menyebutkan program tim BMC Kepri-Batam saat ini adalah melakukan kunjungan rutin ke lapangan.

    Kegiatan tahap awal adalah membagikan masker gratis, dan melakukan pendampingan untuk masyarakat.

    “Kami membagi dua tim setiap harinya untuk hadir di tengah masyarakat. Terutama dalam memberikan sosialisasi dan informasi serta edukasi, mengenai Covid-19 dan penanganannya,” tutur Buralimar saat memantau tim BLC Kepri-Batam yang turun di perumahan Taman Raya 2 dan Perumahan Pondok Graha Batam Tanjungpiayu, Sabtu (4/7).

    Dr Ari Geusterhy Andry Panjaitan dan Dr Frianto Ismail, yang memberikan informasi dan edukasi ke masyarakat di sambut antusias dengan banyak pertanyaan, terutama dari kaum ibu-ibu.

    Pertanyaan para ibu tersebut mulai dari gejala-gejala umum, penanganan pada bayi dan anak, sampai pada kecemasan pada rapid test dan PCR (swab).

    Dr Ary menyebutkan ciri-ciri awal Covid-19 yang perlu diwaspadai seperti demam 38 derajat, batuk kering tak kunjung sembuh, nyeri sendi, muntah, lemes, diare hingga hilang indra perasa.

    “Jika masyarakat mendapatkan ciri-ciri seperti ini, langsung lakukan isolasi mandiri dan makan makanan bergizi, minum banyak air putih, vitamin, dan olahraga selama 12 hari. Jika gejala masih ada setelah itu baru ke rumah sakit melakukan test rapid,” jelas dr. Ary.

    Dr Frianto Ismail menegaskan bahwa rapid test tidak perlu ditakuti. Karena hasil rapid bukan untuk menentukan seseorang terpapar Covid-19.

    Rapid test hanya memperlihatkan hasil awal bahwa tubuh seseorang terserang virus dengan hasil reaktif atau non-reaktif. Untuk menentukan jenis virusnya harus dilakukan test PCR (Polymerase Chain Reaction) swab test.

    Menurut Dr Anto, Covid -19 yang berbahaya adalah penyebarannya yang sangat cepat dan bahkan tanpa gejala. Apabila seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah, dan yang mempunyai penyakit bawaan seperti ginjal, jantung, diabetes dan lainnya akan mudah terserang Covid-19.

    Di beberapa rumah sakit (RS) rujukan untuk kasus Corona, jelasnya data menunjukkan memang sebagian besar pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta. Namun, lanjut dr.Anto, ada informasi terbaru yang dia peroleh dari Direktur Utama RSUP Persahabatan, Dr Rita Rogayah, SpP(K), MARS, mengatakan pada bulan April lalu ada 76 pasien Corona meninggal dari total 205 pasien di rumah sakitnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65 pasien (86 persen) yang meninggal memiliki penyakit penyerta sementara 11 pasien (14 persen) lainnya tanpa komorbid (penyakit penyerta).

    “Oleh karena itu kita harus tetap waspada akan bahaya dari Covid-19. Kita tidak boleh terlalu takut dan panik dengan Covid-19 meski vaksinnya belum ditemukan karena ini virus baru. Tapi kita perlu waspada juga akan bahaya Covid-19 ini. Karena sudah ada kasus yang ditemukan pasien meninggal tanpa penyakit penyerta. Maka itu, kita harus bertekad bersama memutus mata rantai penyebarannya, menerapakan protokol kesehatan dan pola PHBS (pola hidup bersih dan sehat,” ajaknya. ***