Romo Selalu Memberi Semangat Sampai Mengirimkan Sembako

    spot_img

    Baca juga

    Batam Jadi Pilot Project Pemasangan Jaringan Gas

    BATAM, POSMETRO: Kabar gembira, Pemerintah Pusat melalui Kementerian ESDM...

    200 Warga Batam Mulai Mudik Gratis ke Jakarta Naik KM Kelud 

    BATAM, POSMETRO.CO : Sedikitnya 200 peserta mudik gratis Program...

    85 Persen Unit Apartemen Balmoral Sukses terjual di Opus Bay

    >>>Kawasan Terintegrasi Pertama di Kota Batam        INVESTASI...
    spot_img

    Share

    Foto keakraban antara Tuan Nz bersama Soerya Respationo.

    SEPEKAN telah berlalu. Tuan Nz masih patuh dengan perintah dokter yang merawatnya, harus karantina diri setelah pulang ke rumah.

    Katanya, dia berkomitmen, tidak akan keluar rumah hingga 14 hari ke depan. Termasuk anak dan istrinya, juga dilarang keluar rumah.

    “Alhamdulillah, selama karantina diri di rumah, Romo masih menghubungi saya. Selalu menanyakan kabar. Saya juga bersyukur, tak perlu keluar rumah, karena sebelumnya ada dikirimi paket sembako sama beliau. Saya tak menyangka, begitu besarnya perhatian Romo. Sepertinya beliau tahu, apa obatnya orang sakit Covid-19, obatnya hanya satu, memberikan semangat. Dengan itulah saya punya semangat hidup,” jelasnya panjang lebar.

    Selama dirawat, Tuan Nz berusaha tak mengeluh dengan keadaannya. Semua aturan dokter, dipatuhi. Bahkan, tak ada keraguan sedikitpun pada diri Tuan Nz. Ia merasa yakin bakal sembuh setelah melewati serangkaian perawatan kesehatan di RSUP.

    Perjuangan Tuan Nz melewati masa-masa sulitnya tinggal selangkah. Dokter memberinya semangat bahwa Tuan Nz tak lama lagi diperbolehkan pulang.

    “Ayo semangat, Pak. Biar bisa cepat pulang dan kumpul bersama keluarga. Bapak pasti rindu anak istri, kan?” ungkap Tuan Nz, menceritakan hari-hari jelang kesembuhan penyakitnya. Mendengar itu dari dokter, semangat Tuan Nz kian memuncak.

    Tetapi, semangatnya memudar ketika dokter meminta tanda tangannya, untuk persetujuan minum obat.

    “Jujur saja, saya takut sekali waktu tanda tangan. Sebab, bukan hanya saya yang diminta tanda tangan. Tetapi, anak, istri dan keluarga lainnya diminta tanda tangan. Saya semakin gemetaran dan gelisah. Panik sendiri. Saya tanya sama dokter. Dok, ini obat apa. Kenapa saya sampai harus pakai tanda tangan. Terus semua keluarga, juga tanda tangan. Tolong jelaskan kepada saya, Dok. Saya bukan takut mati. Tapi, saya takut melihat obat yang ditunjukkan dokter. Obat itu tidak diberikan siapa-siapa. Lalu, obat itu bukan made in Indonesia, tapi made in cina,” tanya Tuan Nz waktu itu.

    Meski ragu, akhirnya Tuan Nz dan keluarga tetap tanda tangan. Baru, setelah itu, dokter menjelaskan bahwa obat yang harus diminumnya itu adalah obat dari presiden.

    “Obat ini sebenarnya adalah obat dari Presiden. Sebelumnya kami berencana akan memberikan obat itu untuk almarhum Walikota Tanjungpinang, H Syahrul. Karena beliau sudah duluan dipanggil Allah, maka obat ini kita coba diminumkan ke bapak. Ini hari ke 47. Hari ini dan hari kedua, bapak minum 8 butir awalnya. Seterusnya sampai bapak dinyatakan sembuh, bapak minum 3 butir,” jelas Tuan Nz menyampaikan penjelasan dokter, sembari menunjukkan foto obat china yang sempat diabadikannya.

    Memang, di sisi lain, Tuan Nz tahu persis kondisi almarhum H Syahrul. Sejak masuk ruangan sampai meninggal. Karena, ruangan isolasi Tuan Nz, bersebelahan dengan ruangan almarhum H Syahrul.

    “Detik-detik kepulangan almarhum wako, saya sempat melihat dengan mata kepala sendiri. Alat-alat yang melekat di tubuh almarhum dicabut. Dari sana saya tahu, wako telah tiada,” kenangnya sedih.

    Saat Maulana Diusir Saat Salat di Surau

    Maulana

    Tuan Nz juga menceritakan mengenai anaknya Maulana. Saban Maghrib, Maulana tak pernah melewatkan salat berjamaahnya di surau dekat rumah tinggal Tuan Nz.

    Baginya, salat maghrib di surau, adalah satu kebahagiaan tersendiri. Apalagi, kata orang tuanya, bagi seorang laki-laki, salat di surau lebih utama pahalanya, dibanding salat sendiri di rumah.

    Maghrib itu, adalah hari terakhir dia boleh menjejakkan kakinya di surau. Dengan perasaan sedih, Maulana pun terpaksa mengurungkan rencananya salat di surau.

    Maulana dilarang salat di surau karena takut menularkan ke jamaah lainnya. Mendapat laporan ini dari Maulana. Tuan Nz sedih dan hatinya hancur. “Ini cobaan terberat bagi saya. Anak saya salat, diusir. Padahal, anak saya nggak positif covid 19. Yang positif kan saya. Saya tak bisa berbuat banyak. Karena saya lagi diisolasi,” jelas Tuan Nz.

    Sejak itu, Maulana tak berani ke surau. Ia takut diusir. Padahal, jarak surau dengan tempat tinggalnya hanya lima langkah.

    Di rumah, Maulana tak henti berdoa. Melantunkan ayat-ayat suci. Memohon kepada sang khalik agar kondisi ini cepat berlalu.
    Dia rindu ke surau.

    Untuk melawan covid 19, Tuan Nz memberinya vitamin c dengan selalu rutin minim redoxon.

    “Sebelumnya saya gelisah memikirkan kondisi anak saya. Tapi, saya telepon, video call sesering mungkin, untuk memberinya semangat. Alhamdulillah pada akhirnya anak saya dinyatakan negatif. Saya bersyukur. Sekali lagi, saya sangat bersyukur, atas semua anugerah yang sudah saya terima selama mendapat ujian ini. Terutama perhatian yang besar dari Pak Soerya. Lalu, anak dan keluarga saya saat ini, sehat-sehat semuanya. Tak ada yang bisa saya katakan hanya dengan ucapan alhamdulillah,” pungkas Tuan Nz mengakhiri ceritanya dengan Posmetro. (aiq/tamat)