“Saya Menitikan Air Mata Saat Romo Bertanya Kabar”

    spot_img

    Baca juga

    spot_img

    Share

    Foto keakraban antara Tuan Nz bersama Soerya Respationo.

    SEJENAK Tuan Nz menghela nafas panjang. Kata dia, menceritakan ulang pengalaman menjadi pasien covid 19, rasanya begitu pilu. Tapi, kisah ini harus dia bagi kepada orang lain, supaya bisa dijadikan pelajaran hidup.

    “Ketika seseorang divonis terjangkit corona, tidak semua orang bisa menerima kita. Mereka menganggap covid-19 ini adalah aib. Siapa yang kena covid-19, siap-siap menerima konsekwensi sosial, dikucilkan lingkungan. Padahal itu wabah, virus mematikan yang diturunkan Allah,” katanya dengan nada sedih.

    Dia, sama sekali tidak pernah membayangkan bakal dapat ujian penyakit mematikan ini.Lantunan ayat-ayat suci tak henti ia kumandangkan, demi mendapat pertolongan-Nya.

    “Saya tidak mengira, ketika sakit karena corona ini, kita jadi dikucilkan di lingkungan. Tapi, sudahlah. Ini ujian buat saya,” katanya lirih.

    Tapi, sekali lagi ia ingin mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga. Ternyata masih ada pembesar, tokoh politik, tokoh masyarakat yang peduli padanya. ”Padahal saya tidak kenal dekat dengan beliau. Saya sampai menitikkan air mata kadang-kadang, kalau Romo telepon tanya kabar saya. Seminggu bisa sampai 3-5 kali telepon saya hanya untuk tanya kabar saya waktu diisolasi di rumah sakit. Ya Allah, saya terharu rasanya,” kenang Tuan Nz.

    Terkadang, di sela-sela perbincangannya dengan Soerya Respationo, Tuan Nz menyinggung soal pilgub Kepri. Romo (panggilan akrab Soerya Respationo) langsung mematahkan pembahasan Tuan Nz soal pilgub.

    “Ustad. Nggak usah cerita pilkada dulu. Sekarang, yang terpenting adalah memikirkan kesehatan Ustad. Itu lebih berharga. Kalau kita sehat, apapun bisa kita kerjakan. Jadi, fokus soal penyembuhan Ustad ya. Saya akan lebih bahagia kalau Ustad bisa cepat pulang dari rumah sakit,” kata Tuan Nz menirukan kata-kata Soerya Respationo.

    Dalam hati, Tuan Nz akan selalu berdoa buat orang-orang seperti Soerya, agar apa yang menjadi hajatnya terkabul.

    Apalagi lanjut Tuan Nz, jiwa sosial Soerya tak diragukan lagi. Di mata Tuan Nz, sosok Soerya adalah penyemangat hidupnya. Di saat yang lain mengucilkan, Soerya begitu peduli.

    “Kepeduliannya dibuktikan dengan hal-hal sederhana. Kalau orang nggak peduli, buat apa telepon saya sering-sering tanya kabar. Apalagi beliau tak terlalu dekat dengan saya. Bukan hanya itu, dikasih sembako, saat saya belum keluar rumah sakit. Begitu perhatian sekali beliau dengan orang kecil seperti saya,” katanya memuji Soerya.

    Jujur, katanya dia tak sanggup membalas kebaikan Soerya. Hanya doa yang bisa ia berikan untuknya. Cerita soal perjalanan dakwahnya, Tuan Nz mencoba mengingat-ingat lagi kisah pilu yang dialaminya.

    Sebelum melanjutkan kisahnya, Tuan Nz memanggil serta anak lelakinya itu, minta didampingi.

    “Sini, nak,” pintanya. Tak lama, Maulana yang beranjak remaja itu duduk di dekat Tuan Nz.

    “Oh ya setelah saya ditolak saat mau menginap di masjid dekat Setulang Laut, Alhamdulillah akhirnya dapat penginapan hotel kecil,” lanjut Tuan Nz mencoba merunut perjalanan dakwahnya.

    Kisah dakwahnya yang penuh suka duka ini juga, sempat diceritakan Tuan Nz pada Soerya. Dengan sabar, Soerya mendengarnya.

    Akhirnya bisa beristirahat sejenak. Meski demikian, kata Tuan Nz, ia merasa gelisah. Ingin cepat-cepat meninggalkan Malaysia, dan pulang ke Tanjungpinang.

    Paginya dari Setulang Laut, berangkat naik feri menuju Tanjungpinang. Sampai di Tanjungpinang dijemput jamaah tablig Sei Jang.

    Diantar sampai masjid Baiturrahman, karena di masjid ada musyawarah. Setelah selesai musyawarah, Tuan Nz diundang dakwah di depan masjid Polres Tanjungpinang.

    Ketika itulah Tuan Nz merasakan demam, batuk-batuk, tenggorokan sakit. “Lemah rasanya badan saya,” cerita Tuan Nz.

    Disarankan anak, berobat ke dokter. “Saya besoknya berobat ke dokter. Ternyata dokter itu menyatakan kalau saya ada gejala corona,” sebutnya lagi.

    Dokter tersebut langsung menelepon Dinas Kesehatan. Meminta mereka menjemput Tuan Nz besok paginya. Hingga akhirnya besok orang Dinas Kesehatan datang ke rumah. “Tapi, mereka datang tengah malam. Saya tak mau membukakan pintu,” kata Tuan Nz.

    Karena kondisinya semakin lemah, akhirnya Tuan Nz menelepon seorang polisi. Minta dijemput ambulan. Dengan menggunakan APD, tim medis pun datang menjemput Tuan Nz di kediamannya.

    “Ketika ada pemeriksaan swab, ternyata saya benar-benar positif corona. Saya makin panik dan tidak tenang, saat melakukan video call dengan anak. Kondisi anak lelaki saya (Maulana) yang saya ajak-ajak pergi dakwah, lemah. Tapi saya selalu memberinya semangat. Nak, ayo semangat, jangan menyerah. Lihatlah, Nak. Bapak disini semangat. Saya sesering mungkin menelepon anak saya itu,” ungkapnya.

    “Semua keluarga saya dicek swab. Alhandulillah semua hasilnya negatif. Itulah yang membuat saya semangat hidup,” ungkap Tuan Nz.

    Tak hanya itu, pelayanan rumah sakit cukup luar biasa. “Hingga saya semakin semangat,” cerita Tuan Nz penuh antusias.(aiq/bersambung)