Derita Penjual Nasi Sepi Pembeli, Mau di Rumah Saja Tapi Hidup Terancam…

    spot_img

    Baca juga

    BP Batam – Lions Club Indonesia Kolaborasi Hijaukan Waduk Sei Ladi

    BATAM, POSMETRO: Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) melalui Badan...

    Bottor Erikson Pardede: Harta Pengusaha Singapura Dikuasai Orang Kepercayaan dengan Melawan Hukum

    BATAM, POSMETRO: Sekelumit masalah dihadapi Dewi, termasuk harta peninggalan...

    Saldo Rekening Pengusaha Singapur Lenyap Rp 8,9 Miliar, Sidangnya Alot di PN Batam

    BATAM, PM: Orangnya sudah meninggal dunia pada pertengahan 2021...

    Sekdaprov Kepri Terima Audiensi TIM PKDN Sespimti Polri, Sambut Indonesia Emas 2045

    KEPRI, POSMETRO: Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad diwakili Sekretaris...
    spot_img

    Share

    Lauk pauk di warung Sukatmi di Kampung Bintang, Tanjunguncang, masih banyak, meski hari sudah siang, Senin (30/3). (Posmetro.jho)

    BATAM, POSMETRO.CO: Sukatmi, pemilik warung nasi di Kampung Bintang, Tanjunguncang, Batuaji ‘menjerit’. Sebab usaha yang ditekuni sejak belasan tahun itu, kini sudah sepi pembeli. Semua itu karena faktor virus corona yang masih melanda.

    “Yah, mau bilang apa lagi. Kita hanya bisa sabar sambil menunggu virus corona ini berlalu,” ucap wanita berumur 50 an tahun ini, Senin (30/3).

    Menurut Sukatmi, sepinya pembeli sudah terjadi sejak 3 minggu terakhir. Tiap harinya, hanya bisa menjual 4 sampai 6 bungkus nasi dengan pendapatn Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per hari.

    “Sebelum permasalahan corona ini, saya masih bisa menghasilkan uang sekitar Rp 450 ribu hasil jualan nasi, sekarang sudah zonk,” ucapnya.

    Loren, suami Sukatmi juga sangat mengeluhkan sepinya pembeli. Semua itu karena faktor corona. Menurutnya, ada dua versi mengapa pembeli sepi, pertama karena warga takut makan di luar rumah. Kedua, karena warga memilih berdiam di rumah untuk sementara waktu.

    “Kami merasa dilema. Jika menutup tempat usaha ini, maka kehidupan kami akan terancam,” terangnya.

    Loren mengaku, rumah yang ia huni sekalian tempat usaha itu disewa Rp 1,2 juta per bulan. Di samping itu, Loren akan menguras isi dompet untuk pembayaran listrik yang mencapai Rp 500 ribu per bulan, air Rp 200 ribu per bulan.

    “Untuk pengeluaran per bulan bisa tembus hingga Rp 2 juta, sedangkan pendapatan sudah merosot,” ucapnya.

    Selanjutnya, Loren berharap agar ada perhatian khusus dari pemerintah untuk membantu perekonomian warga, khususnya bagi pelaku usaha yang masih menyewa tempat usaha.

    “Jika diberikan keringanan, maka kami akan menutup tempat usaha dan memilih di rumah aja sampai corona ini berlalu,” tutupnya.(jho)