
BATAM, POSMETRO.CO: Hari yang ditunggu. Mereka diuji. Berharap, bisa melewati dengan sempurna. Tapi, tak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka bersungguh-sungguh, berjuang dan membuktikan untuk layak mendapatkan sabuk yang lebih tinggi.
Sebanyak 200 orang siswa Taekwondo UTI Pro Kepulauan Riau mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT). Peserta ujian dimulai dari kategori sabuk putih.
“Ada juga yang ujian ke sabuk hitam,” kata Ketua Bidang UKT UTI Pro Kepri, Soewito Trikusuman. Peserta ujian itu berasal dari sejumlah dojang (tempat latihan) di Kepri, khususnya Batam.
Ujian digelar di DC Mall lantai I, Minggu (15/3). Ujian digelar sejak pukul 10.00 WIB. Seharian itu, peserta ujian berusaha membuktikan diri. Membuktikan kesabaran, ketekunan dan kedisiplinan selama ini patut diapresiasi.
Digelar di Kepri, namun ujian tersebut bersifat nasional. Mereka diuji langsung oleh Penguji Nasional UTI Pro Master Siauw Lung. Walau suasana kekeluargaan sangat terasa, namun proses ujian berjalan sangat ketat. Ujian juga melibatkan 13 asisten penguji untuk kategori
gerak.
Soewito berharap, peserta ujian ini bisa menjadi pribadi yang tangguh. “Setelah naik sabuk, artinya tanggung jawab mereka makin besar,” kata pelatih di sejumlah dojang ini. Berpengalaman sebagai pelatih yang aktif di Batam, Soewito yakin, kelak siswa taekwondo Kepri ini bisa mengembangkan keberadaan beladiri taekwondo di Indonesia, khususnya Kepri.
“Dalam berlatih, mereka sangat disiplin. Bisa menerima materi latihan dengan baik. Mereka semua juga punya bakat untuk jadi pelatih. Saya yakin, kelak mereka juga bisa punya murid,” kata Soewito.
Untuk menjadi seorang taekwondoin sejati, kata Soewito, harus tetap memiliki rasa rendah hati.
“Walau sudah naik sabuk setingkat lebih tinggi, tapi siswa tidak dibenarkan untuk sombong. Mereka justru dituntut untuk lebih memahami arti ilmu yang sudah mereka pelajari,” kata Soewito. Sebab, pada prinsipnya, kata dia, taekwondo lebih mengutamakan bisa mengontrol diri.
“Berharap, ilmu beladiri yang sudah mereka pelajari berguna untuk membela diri. Membela kebenaran,” sebutnya.
Naik sabuk, kata Soewito, bukan berarti selesai berlatih. Pria yang masih lentur di usia yang tak lagi muda ini menjelaskan, semakin tinggi sabuk seorang taekwondoin, justru ia akan dituntut semakin tekun.
“Intinya, semakin tinggi sabuknya, mereka juga harus memiliki semangat untuk tidak terkalahkan,” sebutnya. Tidak terkalahkan, sebutnya, dalam artian selalu ingin berlatih dan berlatih.
Soewito mengakui, secara umum, kebanyakan orang tahu taekwondo adalah beladiri yang mengutamakan kecepatan tendangan. Pendapat tersebut, bisa saja benar. Namun, jika seseorang sudah mempelajari taewkondo, kata dia, beladiri asal Korea ini juga memiliki banyak teknik pembelaan diri.
“Pada dasarnya, beladiri diciptakan untuk membela diri,” kata dia. Hanya saja, seiring perkembangan zaman, sudah banyak beladiri yang dipertandingkan. Termasuk dalam multievent.
Begitu juga dengan beladiri taekwondo. Sejauh keberadaannya di Kepri, Soewito juga sudah banyak melahirkan atlet berprestasi.
“Mereka bertanding di kategori kyorugi (tarung) dan poomsae (seni gerak),” ujarnya.(chi)