Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

    spot_img

    Baca juga

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...

    PWI Kepri Terima Kunjungan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kepri

    >>>Kampanyekan Program Merdeka Belajar TANJUNGPINANG, POSMETRO.CO : Persatuan Wartawan Indonesia...

    Peran Strategis Pabrik Baru, Batam Memperkuat Posisi sebagai Pusat Industri

    BATAM, POSMETRO.CO : Batam terus berkembang sebagai pusat pertumbuhan...

    Persiapan Muhammad Rudi Menuju Pilkada 2024  

    >>>Komunikasi dengan Partai Politik Kepri  BATAM, POSMETRO.CO : Setelah menyatakan...
    spot_img

    Share

    Kelong menjadi salah satu tempat pengembangbiakan hewan laut.

    Penulis

    ​​​​​​​​​Azizah Ramadani
    Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji
    Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Jurusan Ilmu Kelautan

    SEKALI merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Itulah yang didapatkan oleh Bapak Ade Sator yang biasa dipanggil La Ade (40). Ia berprofesi sebagai tour guide selam di Pantai Trikora sekaligus nelayan.

    Sebelum La Ade menjadi tour guide selam, ia berprofesi sebagai nelayan. Dari hasil wawancara saya dengan Bapak La Ade bahwa sebagai nelayan lokal mereka tahu bahwa ada beberapa hewan yang dilindungi.

    Saat ini banyak jenis hewan yang populasinya semakin berkurang, bahkan terancam akan punah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti habitat yang semakin berkurang, pencemaran lingkungan, rendahnya tempat perkembangbiakan hewan atau yang biasa kita sebut budidaya hewan laut maupun perburuan liar.

    Populasi yang semakin sedikit, membuat berbagai pihak malakukan upaya perlindungan agar populasi hewan tadi tidak semakin berkurang. Misalnya saja membuat pusat konservasi hewan maupun melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hewan yang hampir punah agar mereka bisa menjaga kelestariannya.

    La ade sendiri pernah mendapatkan beberapa hewan yang dilindungi seperti ikan pari manta, kuda laut, hiu dan lumba-lumba. Tapi yang paling sering dijumpai Bapak La Ade adalah kima dengan nama latin Tridacna sp, yakni jenis kerang-kerangan berukuran besar yang berada di tubir.

    Bapak La Ade sendiri melihat kimia saat membawa orang menyelam. Ya selain bisa membawa para orang untuk menyelam Bapak La Ade sendiri juga bisa melihat biota-biota yang dilindungi.

    Selanjutnya beberapa hewan tadi tidak boleh ditangkap karena kemampuan berkembangbiaknya rendah atau membutuhkan waktu yang lama.

    Jika penangkapan terus dilakukan maka, bisa saja terjadi kepunahan dan tidak ada hewan baru yang lahir. Perburuan biota laut yang termasuk dilindungi tadi hanya boleh dilakukan secara terbatas saja.

    Terbatas yang dimaksudkan di sini adalah bisa diburu pada waktu dan kondisi tertentu misalnya untuk riset, serta perburuannya tidak menyebabkan populasi hewan atau biota laut tersebut berkurang secara drastis.

    Dikutip dari kompas.com, kementrian kelautan dan perikanan (KKP) juga gencar mesosialisasikan tentang spesies yang dilindungi kepada masyarakat, pemerintah daerah, penegak hukum, perguruan tinggi dan asosiasi/himpunan nelayan melalui pertemuan dan media. Serta berharap masyarakat dapat memerhatikan dan ikut menjaga kelestarian biota laut di Indonesia.***