Ini Dampak Pencemaran Limbah B3 di Laut Belakang Padang

    spot_img

    Baca juga

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...

    PWI Kepri Terima Kunjungan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kepri

    >>>Kampanyekan Program Merdeka Belajar TANJUNGPINANG, POSMETRO.CO : Persatuan Wartawan Indonesia...

    Peran Strategis Pabrik Baru, Batam Memperkuat Posisi sebagai Pusat Industri

    BATAM, POSMETRO.CO : Batam terus berkembang sebagai pusat pertumbuhan...

    Persiapan Muhammad Rudi Menuju Pilkada 2024  

    >>>Komunikasi dengan Partai Politik Kepri  BATAM, POSMETRO.CO : Setelah menyatakan...
    spot_img

    Share

    Ilustrasi lalulintas kapal di perairan Kepri dan perairan OPL. (Posmetro.co/cnk)
    BATAM, POSMETRO.CO: Endapan di permukaan air laut itu berwarna hitam seperti tumpukan oli. Berwarna hitam dan kenyal. Bila dipijak sulit dibersihkan. Limbah bahan berbahaya beracun (B3) itu di setiap musim angin utara dibawa arus menuju perairan Batam dan Kepri.Minggu (17/11) lalu, minyak hitam ‘menghantui’ perairan Belakangpadang. Camat Belakangpadang, Yudi Admaji menegaskan, ini merupakan kejahatan lingkungan.

    Dampaknya banyak, baik terhadap tangkapan nelayan, gangguan bagi penambang pancung/ motor sangkut, kesehatan masyarakat hingga rusaknya estetika Belakangpadang yang selama ini dibersihkan, tercemar.

    “Ini tak semudah mengangkat sampah plastik. Belum lagi dari aromanya (minyak hitam),” kata Yudi menyebut biasanya ramai anak-anak mandi di tepi pantai, tapi sejak kemunculan minyak itu, mereka tak berani mandi.

    Kata Yudi, Pulau Belakangpadang juga salah satu tempat tujuan wisatawan mancanegara (Wisman). Jika laut dan pantai tercemar tentunya mengganggu wisatawan yang berkunjung. Sebenarnya, sebut Yudi, tanda-tanda limbah oil sludge itu sudah nampak tiga hari sebelum ditemukan. “Sejak Kamis sudah ada informasi. Tapi belum banyak. Puncaknya itu pas Sabtu pagi,” timpalnya.

    Kemudian DLH Kota Batam turun untuk mengambil sample minyak hitam tersebut, baik yang di darat maupun di laut. Diambil dua botol. Kemudian dilakukan pemetaan wilayah yang berdampak. Pihaknya sudah mengecek dampak minyak hitam itu sudah sampai ke Dapur Arang, Tempang, pelantar pasar sampai Lang lang Laut, Batu Gajah, Kampung Bugis dan Pasir Putih.

    Setelah pemetaan yang dilakukan DLH Kota Batam, sorenya DLH Provinsi Kepri juga turun. Dan pihaknya juga konfirmasi ke Pertamina Sambu dekat dengan wilayah berdampak. Namun pihak Pertamina Sambu sudah mengklarifikasi kalau limbah tersebut bukan dari mereka.

    “Fasilitas dari Pertamina Sambu juga ditunjukkan ke kami dan itu clear semua, baik dari penahan jaring, penyimpanan oli,” kata Yudi. Bahkan, pihak Pertamina Sambu juga membantu dengan menurunkan alatnya. Alhamdulillah mulai berkurang tetapi masih ada.

    Lanjut Yudi, nelayan di Rempang juga sudah terkena minyak hitam tersebut. Tapi di perairan Belakangpadang kebanyakan nelayan tangkap.

    “Yang nelayan keramba di Sekanak juga terdampak dan lagi didata.
    Untuk Pemping masih dicek. Tapi yang sudah nampak jelas itu di wilayah Belakangpadang, Nirup sekitar Sarang, Lengkang dan Becak,” tambah Yudi.

    Diakuinya, kondisi tersebut sudah terjadi selama bertahun-tahun. Tapi tak pernah ada penyelesaiannya.

    “Masyarakat berharap, penegak hukum dapat segera menemukan pelaku usaha nakal dan menindak sesuai peraturan berlaku,” tutupnya.(cnk)