
BATAM, POSMETRO.CO : Jelang Pilwako Batam 2020 mendatang, pembicaraan politik tak lepas dari nama Mustofa Widjaja.
Pria kelahiran Kediri 15 Desember 1951 ini dikenal sebagai mantan Kepala Otorita Batam (OB) hingga berubah menjadi Badan Pengusahaan (BP) Batam, dari tahun 2005 hingga 2016.
Jadi wajar selama kiprahnya di dunia pemerintahan tersebut, membuat namanya sering di kaitkan dengan suksesi Pilwako Batam.
Dan pada Selasa (19/11), Mustofa Widjaja, atas undangan Johannes Tarigan yang juga digadang-gadangkan akan maju sebagai bakal calon Wakil Wali Kota (Balon Wawako) Batam, bertemu langsung.
Bertempat di Kantor Yayasan Tanah Perjanjian Abadi (YTPA) Komplek Rosdale Batam Centre, dua tokoh ini bertemu. Tidak hanya itu, beberapa tokoh Kristen dan Pendeta juga hadir dalam pertemuan tersebut.
”Pertemuan ini sebagai salah satu wadah silahturahmi politik jelang Pilwako Batam, ini menunjukan politik tersebut cair dan penuh persahabatan. Saya juga mau mengenalkan beberapa tokoh Kristen dan pendeta yang ada di Batam,” ungkap Johannes Tarigan.
Uniknya, tidak hanya mulai bergerak di bidang politik, keduanya ternyata pernah sama-sama berkuliah di Bandung. Mustofa Widjaja merupakan alumni Institut Tekhnologi Bandung (ITB), sedangkan Johannes Tarigan merupakan lulusan Universitas Padjajaran (Unpad).
Hasilnya pertemuan itu juga diisi dengan nostalgia diiringi canda tawa. Suasana keakraban begitu terasa di pertemuan tersebut.
Keduanya pun bersepakat jika mereka memang mendapat tiket dan maju dalam pesta politik nanti, akan siap saling mendukung.
”Kami masih ingin capek untuk memajukan Batam, dan membuat Batam lebih produktif lagi kedepan,” kata Joe sapaan akrab Johannes.
Menariknya, jika keduanya bisa sepaket dalam Pilwako mendatang tercetus sebuah nama yang akan dijadikan ikon, yakni Must Joss. Must (dibaca mas) dalam bahasa Inggirs diartikan pasti dan juga merupakan akronim dari Mustofa Widjaja. Sedangkan Joss dari nama Johannes, dan dalam bahasa slang artinya hebat, jadi Must Joss dianalogikan menjadi Pasti Hebat.
Nama tersebut diambil dari pemikiran Dado Herdiansyah yang merupakan ketua Bappilu Partai Hanura, yang kebetulan hadir dalam pertemuan itu. (dye)