Ketua I DPRD Lingga Monitoring Petani dan Sawah, Ini Hasilnya…

    spot_img

    Baca juga

    BP Batam Peduli, Ribuan Paket Sembako dan Santunan Anak Yatim Disalurkan

    BATAM, POSMETRO: Sucinya bulan Ramadhan 1445 H/2024 M menjadi...

    Gubernur Buka Puasa Bersama Para Pimpinan OPD, FKPD dan Instansi Vertikal Kepri

    KEPRI, POSMETRO: Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menggelar acara berbuka...

    Ansar Serukan Istiqomah di Penghujung Ramadan dan Muliakan Al-Qur’an

    KEPRI, POSMETRO: Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad melanjutkan...
    spot_img

    Share

    Aziz Martindaz (baju kurung krem) monitoring di Desa Panggak Darat. (Posmetro.co/mrs)

    LINGGA, POSMETRO.CO: Ingin mengetahui sejauh mana program pertanian Pemerintahan Alias Wello dan Muhammad Nizar, sebelumnya sempat digaung-gaungkan beberapa tahun belakangan ini, Ketua I DPRD Kabupaten Lingga lakukan memonitoring di kawasan pertanian Desa Panggak Darat Kecamatan Lingga dan Desa Sungai Besar Kecamatan Lingga Utara, Jumat (15/11).

    Terkait hal itu, Ketua I DPRD Lingga Aziz Martindaz ketika dikonfirmasi mengatakan, pada Jumat pagi (15/11), ia menerima tamu dari DPRD Provinsi Kepri Dapil Bintan-Lingga. Pukul 11.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB melakukan monitoring di Desa Panggak Darat dan Desa Sungai Besar, yang katanya menjadi sentral ekonomi melalui program unggulan.

    Dari hasil monitoring itu, kata Aziz, dia dapat memberi gambaran, kalau untuk Desa Panggak Darat, program produksi persawahan masih dimungkinkan untuk dikembangkan. Tapi perlu perhatian serius dari pemerintah dalam memberikan penyediaan pupuk supaya produksi petani semakin baik dan meningkat.

    “Kita minta pemerintah tidak separuh hati, dalam mensupport petani. Kalau dari keuangan desa, tidak diperbolehkan mengadakan pengadaan pupuk, itu perlu diperhatikan,” kata Azizi Martindaz, Senin (19/11) menyampaikan hasil monitoringnya sebagai lembaga kontrol.

    Tidak cukup hanya bantuan pupuk, tapi motivasi dan semangat masyarakat masih perlu didorong, supaya partisipasi dalam kegiatan persawahan tumbuh dan berkembang.

    Secara gamblang, dia meminta bukan hanya permasalahan hasil produksi padi di persawahan saja, tapi tanaman holtikultura lainnya. Dari 135 hektar, sawah yang tercetak tergarap baru 60 hektar, sekitar 40 persen.

    “Kalau lahan sawah yang produktif lebih kurang 30 sampai 40 hektar, sedangkan hasil yang didapat setiap 1 hektar, berkisar 4 ton. Itu pemaparan petani, kalau satu karung gabah berukuran 50 kilo, beras yang didapatkan 30 kilo,” sebut Aziz lagi.

    Dia sangat bersyukur sekali, masyarakat setempat masih dapat mengkonsumsi beras dari hasil produksi sendiri walaupun harga yang di jual sama dengan beras impor dari luar.

    Atas kerja keras kepala Desa Panggak Darat, dia sangat mendukung program kepala desa yang ingin menjadikan Desa Panggak Darat menjadi Desa Wisata Persawahan yang menurutnya pantas didukung, karena sangat mungkin sekali untuk dikembangkan.

    Adanya dukungan itu, dia memiliki alasan, disamping letak sawah strategis dan jauh dari pesisir pantai yang di mungkinkan air laut tidak sampai ke lokasi persawahan, di tambah lagi lokasinya dekat dengan hamparan pegunungan. Apalagi sumber air pengunungan yang melimpah ruah, sangat baik untuk irigasi dan kebutuhan masyarakat setempat.

    “Kondisi alam dan letak sawah sangat strategis, maka perlu ada penataan yang berkesinambungan bagaimana pematang sawah dapat di manfaatkan pada tanaman lainnya. Sedangkan pematang sawah yang dijadikan jalan lingkar sawah yang lebih representatif sehingga membuat indah area persawahan. Padi yang dihasilkan disertai dengan penyediaan kuliner siap saji yang dikemas dalam konsep kepariwisataan,” imbuhnya memberi dukungan.

    Kalau sawah di Desa Sungai Besar, yang menjadi pilot projek awal dari sebuah perusahaan ternama sebagai promotor pertama dari pembukaan lahan sawah di Kabupaten Lingga, Aziz Martindaz melihat kalau eksistensinya sampai saat ini amat diragukan keberhasilannya.

    Dalam pengamatannya, lahan yang asalnya dibuka oleh perusahan sudah diserah terima kepada masyarakat untuk mengolahnya. Sedangkan masyarakat untuk mengolah terbentur pada besarnya pembiayaan sampai pada tingkat produksifitas padi, sementara pemerintah daerah belum memberikan atensi besar terhadap lahan tersebut.

    Disamping lahan yang dimiliki masyarakat, di sekitar lokasi yang sama juga dibuka lahan sawah dari anggaran APBN yang luasnya 80 hektar, terletak di 3 lokasi yang terpisah, diantaranya, 20 hektar di Dusun II Semincut dan 60 hektar di Dusun I Sungai Besar.

    “Irigasi belum baik, serta dekatnya keberadaan sawah dengan DAS air laut, menyebabkan air laut pasang tinggi lahan yang sudah ada, akan terancam genangan air laut, yang berakibat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan padi yang di tanam,” ujar pria yang kerap sekali memperhatikan perkembangan dan kebijakan pemerintah, sejak belum terpilih menjadi DPRD Lingga.

    Belum lagi lahan paya, sebut pria yang sekarang ini kerap dikait-kaitkan kaum muda dengan Pilkada 2020 ini lagi, dimana lahan tersebut merupakan lahan basah yang mudah di genangi air tawar atau air payau bahkan air asin.

    “Sangat diragukan sekali keberhasilannya dan eksistensinya, sedangkan gedung bulog di Desa Sungai Besar sudah di bangun. Masyarakat petani yang ada di lokasi merasa pasimistis dalam mengolah lahan, ditambah lagi pembiyaan diserahkan kepada swadaya masyarakat sepenuhnya,” ucapnya sambil menyebut dirinya akan melakukan monitoring di desa lainnya, seperti Desa Panggak Laut, Desa Bukit Langkap, Desa Kerandin, di Pulau Senayang dan beberapa titik wilayah Desa di Pulau Singkep sejauh mana keberhasilan itu.(mrs)